Share

Tetangga Baru

Wira masih terus mengulum senyum di bibirnya. Sepanjang perjalanan pulang sampai kini sudah di rumah ia masih terus menampakkan giginya. Kali ini di depan benda pipih berukuran enam inci. Ia hanya mengucapkan salam pada Mamak yang tengah fokus di balik mesin jahitnya. Lalu mondar-mandir tanpa berkata-kata dengan handuk sudah melingkar di leher.

“Girang amat, Wir? Tumben pulang senyum-senyum?” tanya Mamak sambil mengoperasikan lagi mesin jahitnya.

Wira tak menjawab, baginya sia-sia menjawab bila mesin jahit Mamak masih bekerja. Lebih baik menunggu sampai mesin itu jeda. Ia duduk si kursi kayu ruang tamu dan mengambil satu kudapan yang ditata apik di piring atas meja. Matanya masih terus menatap gawainya.

“Ah, Mak bisa aja,” jawab Wira singkat. Kue tradisional yang tadi ia ambil sudah amblas semua masuk ke rongga mulut.

“Nggak pernah-pernahnya begini. Sampe rumah biasanya ngeluh,” sambung Mamak. Wanita itu lalu menunjukkan hasil jahitannya pada serang g

A.R. Ubaidillah

Bersambung.... Kira-kira Wira bakal tahu nggak ya? Comment ya, Kunjungi juga ceritaku yang lain, Terima kasih.

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status