LOGINSi Celestine Pearl Quintana, ipinalaki sa mayamang pamilya ngunit hindi naramdamang kabilang siya rito. Mayroon siyang kambal na may sakit sa puso (Heart disease), kaya laging abala sa pag aasikaso ang kaniyang mga magulang, na halos wala ng oras para alalahanin siya simula pagkabata. 'Di kalaunan ay na diagnosed si Celestine sa sakit na Brain Tumor, at isa lang ang pwedeng piliin ng kaniyang mga magulang. Pero hanggang sa pagkakataong ito ay hindi siya iyon. P'wersahan siyang pinatay na kuntawagin ay 'Euthanasia' at naging donor para sa heart transplant ng kaniyang kapatid. Dahil sa masaklap na pangyayari ay binigyan siya ng tadhana ng pangalawang pagkakataon para mabuhay, at bumangon sa kaniyang hukay. Ipinangako niya sa kaniyang sarili na balang araw ay kakalabanin niya ang kompanya na pinakamamahal ng kaniyang daddy, at papanorin ang pagbagsak nila. Ngunit paano kung matutunan niya sinasabi nilang tunay na pag-ibig at tuluyan itong maunwaan dahil sa isang misteryosong lalake? Mananaig parin ba ang galit, o kakalimutan niya ang lahat.
View MoreTaman bermain Finn mencetak rekor dengan jumlah pengunjung tertinggi tahun itu. Semua wahana hiburan ramai dan antrian membludak, seolah-olah seluruh penduduk kota memutuskan hari itu adalah hari yang tepat untuk bermain. Jeritan senang, teriakan, tangisan, semua membaur dalam suasana musim panas. Sinar matahari yang sangat terik dan udara panas yang membakar kulit tidak membuat semangat para pengunjung surut. Mereka semua menikmati liburan musim panas yang hampir berakhir.
Di salah satu café di dalam taman bermain Finn, lima orang remaja sedang duduk beristirahat di teras luar. Bagi murid SMA Culfox, wajah kelima orang tersebut tidak asing. Bahkan mungkin ada beberapa wajah yang lebih baik dihindari jika ingin memiliki masa SMA yang tenang dan nyaman. Beberapa wajah lainnya, seperti Chang atau Cheryl, mungkin lebih susah untuk dihindari karena wajah mereka yang sangat rupawan.
Para remaja itu sedang asyik bercanda sambil merokok saat Samuel kembali dari dalam café. Ia membawa sekaleng soda dingin. Wajahnya terlihat geli ketika ia berjalan mendekati teman-temannya.
“Tebak siapa yang kulihat di dalam.”
Kelima temannya menatapnya dengan ekspresi yang beraneka ragam.
“Coba kutebak; wanita mana yang tidak beruntung kali ini?”
Cheryl mendengus. “Ayahmu?”
“Kalau dia bertemu ayahnya, dia pasti sudah mati sekarang.”
Samuel memutar bola mata. “Lucu sekali.”
Salah seorang gadis tersenyum dan bertanya, “Jadi, siapa?”
Bibir Samuel, yang menyentuh kaleng, tertekuk ke atas. Matanya berbinar dengan cara yang membuat Kim mengernyit. “Lock.”
Hening sejenak, kemudian..
“Siapa?”
Samuel berdecak melihat ekspresi kosong teman-temannya. “Gah!” ujarnya jengkel. “Lock si ‘Badut’. Pelayan Jihun dan anteknya.”
“Oh, anak aneh penyendiri itu.”
Cheryl mengunyah kentang dengan wajah jemu. “Maksudmu, pelayan Avery? Kenapa tidak mengatakan saja ‘Pelayan Avery’? Tidak ada yang tahu siapa nama aslinya.”
Beberapa temannya tergelak dan setuju.
“Jadi, kenapa dia ada disini? Apa Jihun dan Avery disini juga?”
“Uah,” Chang menjulurkan lidahnya dengan ekspresi mual. “Aku tidak mau bertemu si keparat itu disini.”
Pemuda di sampingnya nyengir lebar. “Taruhan kau tidak akan berani berkata begitu di depan wajahnya.”
“Hah!” Chang mendengus dengan angkuh. “Kuterima. Memangnya aku terlihat takut dengan si brengsek itu?”
“Sesama sampah tidak akan saling mengusik,” Kim mengangguk, menyetujui. Chang melempar popcorn ke arahnya. “Kenapa kau marah? Kau sendiri yang bangga menyebut dirimu sebagai..”
“Dia menjadi pelayan.”
“Yap, pelayan.” Kim terdiam sejenak. “Tunggu, apa?”
Samuel menyeringai. “Si Lock. Dia menjadi pelayan di dalam sana. Sepertinya dia kerja sambilan.”
“Yah, aku tidak heran. Memangnya, apa yang dia lakukan? Menjadi badut?”
Samuel langsung berdiri dan menirukan apa yang dilihatnya tadi. “Silakan, ini minumanmu. Kau butuh es batu?”
Teman-temannya tertawa melihatnya.
“Bagaimana jika kita membayarnya menjadi badut untuk kita hari ini? Aku sudah mulai bosan disini.”
“Apa? Kau bercanda?” Cheryl mendelik.
Mereka mengabaikan Cheryl. “Desas-desusnya, dia melakukan apa saja demi uang. Tempat dia tinggal adalah bangunan milik Avery. Itulah sebabnya dia menjadi pelayan wanita itu.”
“Tunggu, jadi dia pemuas nafsu Avery? Bisa dipahami.”
Semua terbahak kecuali Cheryl. Dia menggumam, “Dia bahkan tidak menarik.”
“Oh, dia keluar,” Samuel sedang mengamati pintu teras sambil nyengir. Dia melihat sosok seorang pemuda yang dikenalnya, tengah membawa nampan dan berjalan lurus ke arah mereka.
“Kau pesan sesuatu?”
Samuel mengangguk sembari menenggak soda. “Yeah, kupikir kita semua pasti ingin bertemu dengannya. Jadi, aku tadi memesan…” suara Samuel memelan. “… kentang.”
Cheryl, yang masih cemberut, tidak tertarik dan terus memakan kentangnya yang sudah dingin. Dia masih kepingin bermain, tetapi gara-gara teman-temannya, kemungkinan besar mereka semua tidak akan berpikir untuk melanjutkan permainan. Ini semua dikarenakan si pelayan Avery. Cheryl membenci Avery.
Setelah menghabiskan satu kentang goreng, Cheryl baru menyadari bahwa kelima teman-temannya terdiam. Dia memandang Kim, yang duduk di depannya, sedang bengong tanpa berkedip. Cheryl kemudian melirik Chang, dan hampir tersedak melihatnya. Chang selalu menjaga penampilannya yang sempurna dan tidak pernah menolerir jika dirinya terlihat bodoh dan jelek. Tetapi saat ini, kedua deskripsi itu tergambarkan dengan tepat di wajah eloknya. Cheryl tergoda untuk mengabadikan momen langka itu, namun kemudian sadar bahwa ekspresi kedua temannya yang lainpun tidak lebih baik – yang mana itu sangat aneh.
Pada saat itu, Cheryl mendengar suara di belakangnya.
“Um, kentangmu?”
Itu suara pria asing yang terdengar keheranan.
“Eh, ya, ya..” jawaban dari Samuel terdengar pelan, aneh, dan tidak yakin, seolah-olah dia setengah sadar. “Taruh saja di meja…”
Tangan putih terjulur menaruh kentang yang baru digoreng dan terlihat menggiurkan, ke atas meja. Cheryl suka kentang goreng dan dia langsung mencomot satu sambil menatap teman-temannya dengan kening berkerut. Semua temannya masih memandangi satu titik; dan titik itu berada tepat di belakang Cheryl.
“Ada apa dengan kalian?” tanya Cheryl heran. “Bukankah kalian ingin bicara dengan orang ini?” ibu jari Cheryl menunjuk ke belakang.
“… Denganku?”
Cheryl mengunyah kentangnya sambil tertawa kecil. “Ya,” jawabnya. Dia menoleh dengan malas ke arah pelayan rivalnya. “Mereka ingin…”
Kentang terjatuh dari tangan Cheryl, mulutnya ternganga dan isi kentang terlihat di dalamnya.
Dia melihat sepasang mata gelap, yang selalu nampak menerawang jauh, di wajah seorang pemuda yang jauh dari kata ‘menonjol’ atau ‘maskulin’. Tubuhnya kecil dan kurus dengan rambut bewarna coklat pasir yang sedikit panjang hingga ke tenguk. Cheryl pernah melihat pemuda tersebut di sekolahnya, dan karena penampilannya yang demikian, dia tidak pernah meliriknya lebih dari sekali.
Namun saat ini, baik Cheryl maupun kelima temannya yang lain, tidak bisa mengalihkan pandangan dari sosok pemuda tersebut. Mereka tidak peduli bagaimana rupa pemuda itu yang selama ini sangat mudah dilupakan; tidak peduli bagaimana tubuhnya yang kurus; tidak peduli dengan ekspresinya yang selalu menerawang bahkan saat dia ditindas... Pada detik itu, mereka sampai di satu titik dimana mereka tidak akan peduli bahkan jika pemuda itu bertanduk atau berkaki empat.
Tidak ada lagi kamus tampan atau jelek, kurus atau gendut, tinggi atau pendek, kaya atau miskin. Itu tidak penting. Yang terpenting adalah orang yang berdiri di pusat segalanya; orang yang menyediakan daya tarik yang bahkan melebihi daya tarik seksual. Itu adalah daya tarik dimana orang-orang bersedia melakukan apapun demi orang itu. Sumber kehidupan berasal darinya.
Dan orang itu tidak lain adalah si Badut. Pelayan Avery. Si anak aneh. Lock.
Cheryl tidak kuasa menahan getaran yang muncul dari dadanya. Pandangannya seketika menggelap.
Someone's POV.Habang nasa office at nag aasikaso ng documents ay biglang lumagapak ang pintuan at bumungad ang isang bababeng naka cloak na itim at itim ang aura sa paligid."It's been a while, Celestine," bati ko sa pumasok. Kahit hindi masyadong kita ang pagmukha niya ay halata ang pagkainis."Mukhang galit ka? Hindi mo parin ba nakikita ang hinahanap mo?" tanong ko. Direderetso lang siyang pumasok at umupo sa swivel chair sabay cross arm."Nasa tingin mo magtutugma ang landas namin ng evil goblin?" tanong niya na napakangiti sakin. Inayos ko muna ang papel na hawak ko pero mukhang katulad ng dati ay wala siyang pinag bago. Ayaw niya nang pinaghihintay siya."Masyado siyang malakas kaya hindi mo siya basta basta mapapatay o mahahanap. Tandaan mong New goblin ka lang," paalala ko sa kaniya.Nang tanggalin niya ang cloak niya ay bumungad sakin ang agandang mukha ni Celestine ngunit nababalit ng pagkalungkot at galit kaya masyadong nakakatakot."Anong gusto mo, patagalin ko pa ang pan
Nilingon ni Celestine nang may matang panlilisik si Celine at walang pagdadalawang-isip na itinaas ang kutsilyo handang saksakin si Celine. Dahil walang magawa ay napapikit nalang si Celine at itiniklop ang palad niya.Hindi kinakayang masaksihan ni Bryan ang unti unting paglapit nh punyal kay Celine at agad na inalala ang pangako niya kay Esperanza. "H'wag!" umalingaw-ngaw ang sigaw ni Bryan at pinilit makawala sa kapangyarihan ni Celestine.Isang patak ang luha ang tumulo sa pisngi ni Bryan bago nagsalita, "Celestine, maawa ka. H'wag mong patayin si Esperanza!" bulaslas na sigaw niya kaya napahinto si Celestine at nagdalawang isip sa narinig na sinabi ni Bryan.Pinagmasdan niya si Celine na may pagkakataka at umiling iling. "Esperanza?" taka niya at nilingon si Bryan.Nakahinga naman ng maluwang si Celine na halos namumula na ang ang mata sa pagluha. 
Celestine POV.'Nasa'n ako?''Anong lugar ito?'Naatingin ako bigla sa mabigat na damit na nakasuot sa'kin. "Filipiniana nanaman?" taka ko at binuhat ang mabigat at mahabang palda para makalabas ng kwarto."Gracia?"Nilingon ko ang tumawag at isang kasing tanda ni mommy ang lumapit sa'kin."Sino ka?" taka ko at humakbang papalayo. Ngumiti lang siya at lumapit sa'kin."Ikaw talaga, napakamapagbiro mo. Hali kana't hinihintay na tayo sa kumbento," yaya sa'kin at hinila ako palabas. Anong nangyari? Nasaan na si Daniel?Nang makarating kami sa pinto ng kumbento ay napahinto ako. "May mali rito. Mukhang nasa panaginip nanaman ako tungkol sa nakaraan.""Gracia, ano ang iyong iniisip? Pumasok kana rito at magsisimula na ang misa," aniya kaya dahan dahan akon
...Tok!Tok!Tok!Magkasunod na katok ang narinig mula sa labas ng pinto nila Celine."Celine, ikaw ba 'yan? Bakit napa gabi ka yata ng uwi!" saway ng Ina sa pag aakalang si Celine ang nakatok at kakauwi lang galing sa trabaho. Ngunit napatuloy ang katok at hindi sinagot ang tanong ni Mrs Quintana."Celine?" tawag ulit niya. Lalong tumaas ang balahibo ni Mrs Quintana ng napatuloy lang ito sa pagkatok."Celine! Magsalita ka nga d'yan! Pinapakaba mo ako e!" saway uli niya t'saka huminto ang katok. Huminga muna si Mrs Quintana ng malalim bago binuksan ang pinto at napalingon siya sa kaliwa't kanan pero walang tao."S-Sino naman 'yon? Hay, baka mga bata lang sa kapitbahay." Agad sinara ni Mrs Quintana ang pinto at nang tumalikod siya sa pinto ay bumungad si Celestine."Mommy," direktang tawag ni
reviews