Home / Thriller / Revenge / Aku Tak Akan Terpengaruh

Share

Aku Tak Akan Terpengaruh

Author: Crearuna
last update Huling Na-update: 2021-05-14 22:18:08

Selang berapa lama setelah Bintang dan Diara pergi, seseorang mengunjungi Gita. Sepertinya mereka berselisih waktu hingga tak saling bertemu.

“Nona Gita, masih betahkah dirimu di sini?” tanyanya, membuat Gita mengerutkan dahinya. Dia tak mengenal orang ini.

“Siapa Anda?” tanya Gita mencoba bersopan santun.

“Tak perlu kamu tahu siapa aku, di sini kutawarkan sesuatu untukmu. Aku, bisa mengeluarkanmu dari sini, tanpa syarat.” Orang itu tersenyum pada Gita yang kebingungan.

“Tanpa syarat? Untuk kepentingan apa?” selidik Gita tak percaya.

“Bagus. Ternyata sedikit darah Prana Jiwomu masih aktif.” Orang itu terkekeh, semakin membuat Gita penasaran.

“Aku akan mengeluarkanmu, tanpa syarat. Aku menjamin itu. Aku hanya tak ingin melihatmu menderita sendirian dalam kegelapan. Pikirkan. Aku akan kembali untuk beberapa hari lagi,” kata orang itu, kemudian berpamitan pada Gita yang mas

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Revenge   Akhir Segalanya

    Diara, Bintang, Laut berkumpul di apartemen Anton. Menunggu Glagah kembali dari kantor polisi.Sementara di televisi, media sudah memberitahukan soal penangkapan Randu sebagai pembunuh Ratih Prana Jiwo. Keberadaan Glagah di kantor polisi bahkan tersorot kamera dan memperkuat opini publik tentang hal itu.“Pelaku penusukan Ratih Prana Jiwo ditengarai sudah ditangkap. Seorang wanita muda yang belum diketahui secara detail identitasnya. Beberapa orang juga ikut ditangkap, dan sepertinya hanya sebagai saksi. Bahkan Glagah sendiri yang menangani kasus ini.” Penjelasan pembawa berita itu membuat mereka bertiga saling pandang lalu tersenyum bersamaan.“Suamiku terlihat tampan di televisi.” Diara membanggakan wajah Glagah yang terlihat di sana.Bintang dan Laut seketika mencibir ke arahnya lalu tertawa. “Besok, Ayah dan Ibu ingin berziarah ke makam Nenek. Mas Laut mau ikut?” tanya Diara.“Aku masih harus mengurusi bebe

  • Revenge   Tertangkap Tangan

    Gita terkejut dengan keakraban Rana dan Laut.“Paman dalam keadaan sehat saja aku sudah tenang. Aku kira Paman sudah pulang ke kampung, karena tak pernah memberiku kabar.” Laut menepuk pundak Rana.“Aku harus menjaga agar rumah itu tak jatuh ke tangan yang salah,” jawab Rana membuat Laut menganggukkan kepalanya.“Ini, bukti dari kejahatan Randu. Aku memungutnya saat dia membuangnya ke tempat sampah di rumah setelah kejadian itu,” kata Rana.“Dia tidak begitu pintar.” Gita menambahkan informasi yang membuat Laut paham.“Maafkan aku telah membiarkan dia sampai sejauh ini. Kedatangan Non Gita sudah memberiku kekuatan untuk menemuimu,” kata Rana lirih.Selama ini dia berusaha untuk mengekang Randu, terlebih setelah wanita itu pulang ke rumah. Tapi, semua perkataannya tak pernah didengar. Laut menerima pisau yang berada di dalam kantong plastik itu. Bersih.“Dia sudah membersihkanny

  • Revenge   Rencana

    [Besok datang dan bawa buktinya ke Heritage]Rana membaca pesan dari nomor asing. Tapi dia menyimpulkan ini Laut, karena Gita sudah menghubungi Laut tadi.Dengan langkah mengendap, Rana menuju kamar Gita. Memastikan Randu tak melihatnya. Dia mengetuk pintu kamar Gita perlahan. Saat Gita membuka sedikit celahnya, Rana mengulurkan ponsel dan menutup pintu. Kembali ke kamarnya.Gita membaca pesan itu, dan mengerti apa yang harus dilakukan. Dia menatap jendela dan langit malam tertangkap oleh matanya. Menatap bulan yang mengantung di sana. Ingatannya melayang kepada Bulan, adik yang dia bunuh dengan tangannya sendiri. Hanya sebuah ambisi. Menuruti keinginan orang yang bahkan tak peduli tentang orang lain.Randu masih tak bisa memejamkan matanya. Dia duduk di tepi ranjangnya. Rencananya tak mengarah ke mana pun, yang menandakan ini akan berhasil. Satu per satu orang yang dia harap bisa menjembatani keinginannya sudah pergi.Keinginannya untuk membantu Daya Cipta

  • Revenge   Keraguan

    Laut menatap tajam Frasa yang menunduk di depannya. Tak percaya wanita itu sudah membuatnya kelimpungan. Tidak terlihat kalau dia mempunyai kemampuan yang mumpuni. Kecil, tak terawat, walau jelas terlihat gurat kecantikan di sana. Seperti gelandangan yang tak punya rumah.“Siapa yang menyuruhmu?’ Tanpa basa-basi Laut langsung menanyakan hal itu.Frasa terlihat gelisah, jika dia menyebut nama Randu, dia tak tahu apakah Laut akan mengenal wanita itu atau tidak.“Randu, dia yang menyuruhku, karena aku mempunyai hutang budi dengan Ibu angkat dari wanita itu,” kata Frasa pada akhirnya.“Randu?” Laut langsung teringat dengan rumah masa kecilnya yang sudah beralih tangan atas nama Randu.“Bagaimana rupa orang itu?” selidik Laut.“Dia tak lebih tinggi dari aku, berwajah lonjong dan mempunyai mata bulat yang khas,” papar Frasa mencoba mengingat rupa Randu yang hanya ditemuinya sesekali.Kriterianya

  • Revenge   Konfrontasi

    “Jebak dia,” kata Laut di ponselnya setelah Glagah membuat harinya bertambah pusing.“Bagaimana? Anton harus menemuinya dan mengonfrontasinya?” tanya Glagah di seberang sana.“Ya, lakukan saja dan buat dia mengaku. Kita harus tahu intensi dia yang sebenarnya,” papar Laut Glagah mengerti, dia mematikan ponsel dan menatap Anton yang masih kebingungan di depan layar.“Temui dia, kita akan mengonfrontasinya,” kata Glagah.Anton menghela napasnya berat dan mengangguk mengerti.Temui aku di kafe dekat kampus.Anton membalas email Frasa singkat. Kemudian dia berdiri, bersiap untuk pergi.“Aku akan mengantarmu, tenang saja, aku tidak akan memperlihatkan diri sebelum waktunya,” kata Glagah.Anton sebenarnya enggan, karena ini akan membuatnya dalam kesulitan. Tapi jika dia tak menuruti keinginan Laut, maka dia melakukan wanprestasi akan kontrak kerja mereka.Glagah mematikan laptopny

  • Revenge   Pertarungan yang Sesungguhnya

    Anton sedang mengunyah ayam kare yang Glagah masak saat layar monitornya memberikan tanda ada penyusup. Tangannya secepat kilat meletakkan piring di meja dan menyambar keyboard komputernya untuk membentuk firewall agar penyusup itu tak bisa masuk ke sistemnya.“Ada apa?” tanya Glagah melihat Anton membiarkan makanannya tergelatak di meja.“Sepertinya Frasa mulai beraksi,” desis Anton tanpa mengalihkan wajahnya dari monitor.Glagah pusing melihat kecepatan tangan Anton bermain di keyboard dan menggerakkan tetikus itu.“Sepagi ini sudah melancarkan serangan,” gumam Glagah membuka laptopnya dan melihat email yang masuk untuk Prana Jiwo.Diara keluar dari kamar dan menghampiri Glagah dan mencium kening suaminya itu. “Aku berangkat dulu. Mas Bintang sedang sensitif. Suka mengomel,” kata Diara sambil tersenyum usil.“Anton, selamat pagi,” sapa Diara sambil berlalu.“Ya, Di,” ba

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status