Share

Bab 7

"Kenalin ... namaku Jansen!" ujar General Manager baru di kantor tempatku bekerja.

"Claudia," ujarku.

Jansen memang tampan di usianya yang kelihatan masih muda.

Mungkin seumuran denganku, tapi bisa juga beberapa tahun di atasku.

Siapapun bisa suka dengan Jansen, tapi tidak dengan diriku.

Tujuanku hanyalah kerja keras agar bisa menanjak karirku di kantor.

Pertemuan dengan Jansen juga biasa-biasa saja antara atasan dan bawahan.

Tidak ada yang istimewa yanag akan mengarah ke hubungan yang tidak pantas.

Perkenalan singkat yang setahuku juga tidak berlanjut kemana-mana.

Jadi aku heran kalau wanita kejam ini menyebutku Pelakor.

*****

DUUAARR ....

Suara guntur yang keras mirip ledakan menyadarkan Claudia dari pingsannya.

"Sudah berapa lama aku tidak sadarkan diri? Kenapa aku sulit sekali menggerakkan badanku ini?" pikir Claudia.

Claudia mencoba melihat ke arah luar.

Hari masih gelap, berarti masih dini hari.

"Beruntung aku tidak pingsan lama, dan dibantu bangun oleh suara guntur yang sangat keras ini," ujar Claudia bersyukur masih ada waktu dan kesempatan untuk pergi dari gedung kosong ini.

Hujan turun lagi dengan derasnya, tapi Claudia tidak ingin lagi menunda kepergiannya dari gedung kosong ini.

Badannya sangat lemas, tapi dipaksakannya untuk tetap bisa bergerak meslipun dia harus menggesekkan tubuhnya ke lantai bangunan ini untuk bergerak ke arah luar.

*****

"Claudia, kamu dipanggil Pak Bos!" ujar teman kantorku, Janet saat melewati meja kerjaku.

"Buat apa Pak Bos memanggilku?" tanyaku padanya.

"Aku tidak tahu! kamu tanya sendiri saja sama Pak Bos!" ujar Janet dengan nada sinis.

Janet setahuku sering berusaha mendekati Jansen, atasanku di kantor.

Tapi tidak ada tanggapan apa-apa dari Jansen, yang membuat sikapnya sangat sinis saat dia disuruh Jansen untuk memanggilku ke kantor atasanku itu.

Aku segera beranjak dari meja kerjaku menuju ruangan Pak Bos alias Jansen ini.

Sejak Jansen bergabung di perusahaan tempatku bekerja ini, baru kali ini Jansen memanggilku ke kantornya.

"Ada apa ya? Apa aku membuat kesalahan besar?" tanyaku kepada diriku sendiri.

Sambil berpikir, tanpa sadar aku sudah berada di dalam ruangan atasanku tepat di hadapannya, tapi aku tetap dalam mode berpikir. Bahkan aku lupa mengetuk pintu kantornya terlebih dahulu untuk diijinkan masuk.

"Sudah selesai mikirnya?" tanya Pak Bos yang berada tepat di hadapanku, membuatku terkejut.

"Maaf Pak!" ujarku singkat.

"Kamu tahu kenapa dipanggil kemari?" tanya Jansen, atasanku ini.

"Tidak tahu, Pak! Kalau aku melakukan kesalahan, mohon segera diberitahukan kepadaku, Pak biar bisa segera keperbaiki!" ujarku dengan tegas.

"Kamu tidak melakukan kesalahan!" ujar Jansen.

*****

"Setahuku, aku memang tidak melakukan kesalahan apapun! Atas dasar apa wanita kejam itu memanggilku Pelakor dan menuduhku telah berselingkuh dengan kekasihnya atau suaminya ini!"

Claudia berusaha merayap dengan cepat, karena sudah banyak waktu yang terbuang karena pingsannya tadi.

'Seperti kata kekasihmu ... aku tidak pernah melakukan kesalahan apapun, wanita kejam!" geram Claudia dalam hati.

Hujan masih deras dengan awan hitam yang masih menutupi langit, sehingga Claudia tidak tahu pasti apakah sudah pagi atau belum.

Lantai bawah bangunan ini lebih parah karena penuh puing-puing yang tajam dan kasar, membuat Claudia kesulitan bergerak karena puing-puing ini sangat sakit menggores tubuhnya.

Tanpa menyerah, gadis ini memaksakan diri bergerak lebih cepat yang mengakibatkan luka semakin parah di sekujur tubuhnya.

Tapi perjuangannya membawa hasil, dengan dirinya berada di area luar gedung kosong ini.

Sekeliling bangunan kosong ini ditumbuhi rumput yang cukup tinggi sehingga Claudia tidak tahu arah tujuannya hendak kemana.

'Bagaimana caranya aku menerobos padang ilalang belukar ini tanpa bisa berjalan sama sekali?"

Rasa putus asa mulai menghinggapi hati Claudia.

Sementara pagi sudah mau tiba, dia masih berada di bangunan kosong ini dengan tenaga yang sudah hampir habis.

Claudia harus menerobos hujan deras menuju tempat yang aman.

Semakin lama dia berada di dalam bangunan kosong ini, semakin rentan dia bertemu dengan wanita kejam dengan tiga pengawal mesumnya.

Claudia lalu menjatuhkan tubuhnya ke tanah berlumpur yang masih tergenang air hujan.

Air kotor berwarna kekuningan ini memercik ke wajahnya begitu dia berusaha bergerak dengan menggesekan tubuhnya ke tanah berlumpur ini menuju tempat yang lebih aman.

Berhasilkah Claudia meninggalkan bangunan kosong ini, sekaligus bebas dari wanita kejam ini?

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Titan
siapa sih Jansen
goodnovel comment avatar
BebbyZoe
Keren thor gaya ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status