Share

Chapter 2 — Harapan Kecil

Dia berharap Kanzaki akan jera dan merenungkan perbuatannya lalu memberikan permintaan maaf kepadanya. Gadis itu awalnya tidak berencana melakukan kekerasan semacam ini, mau bagaimanapun yang ada dihadapannya seorang pria. Jika berhubungan dengan kekuatan fisik, dirinya jelas tidak sebanding.

Belum lagi perawakan Kanzaki tidak seperti pengurung diri pada umumnya, tubuhnya justru terlihat berbentuk dan kuat. Dia jelas memperhatikan kesehatan tubuhnya dan rajin berolahraga.

“Ini sakit, gadis sialan! Bukan salahku mengatakan itu, salahkanlah ibumu yang memiliki genetika dada kecil!” Kanzaki mulai menaikkan suaranya.

Selain rasa sakit tidak terlihat di dadanya, Kanzaki hampir tidak pernah lagi merasakan rasa sakit secara fisik. Tidak peduli seberapa sering seseorang merasakan sakit, tidak akan ada satupun manusia yang akan terbiasa.

“Anggaplah tamparanku mewakili kekecewaan orang tuamu!” balas gadis tersebut.

Kanzaki dengan lesu menurunkan bahunya, wajahnya yang terlihat kesal mulai melunak, berubah menjadi wajah mengejek disertai senyuman lebarnya itu.

“Heh, mereka memang sudah seperti itu sejak aku dilahirkan, bahkan tidak akan ada yang berubah jika aku bersujud di depannya,” ujar Kanzaki yang hendak meninggalkan lokasinya saat ini.

Pembicaraan tentang orang tua dan hal lainnya yang berhubungan kekeluargaan membuatnya tidak nyaman. Bukannya dia sedang bertengkar dengan mereka, sejak awal hubungannya dengan orang tua tidak pernah baik.

Terakhir kali ibunya memeluknya, mungkin adalah ketika dia memberikan ASI. Yah, itu hanya spekulasinya saja karena dia tidak memiliki ingatan orang tuanya pernah menyayanginya.

“Yang lebih penting, bisakah kamu berhenti mengusikku, gadis aneh?!” tanya Kanzaki dengan bermasalah.

Gadis itu terbelalak, dia semakin tidak mengerti tentang pria di depannya. kesampingkan wajahnya, mungkinkah otaknya bermasalah?

“Siapa yang kamu sebut aneh, pria lancang?!” gadis itu hendak menampar Kanzaki lagi, namun sebuah tangan menghentikannya.

Tidak lain dan bukan, tangan yang menghentikannya adalah tangan Kanzaki. Dia mencengkram tangan gadis itu dengan erat.

Mustahil dirinya tidak menyimpan dendam dan marah kepada gadis itu, lagipula dia yang memulai main kekerasan!

Meskipun dia membiarkan tamparan yang pertama, itu hanyalah sedikit bentuk belas kasihnya. Sebenarnya dia tidak ingin melakukannya karena sedang diperhatikan banyak orang.

“Le-lepaskan tanganku!” bentak gadis itu yang merasakan sakit di tangannya, karena cengkraman Kanzaki.

“Kamu tahu aku ini pria, kekuatanku berada di atasmu dan kamu mengandalkan kekerasan melawanku? Jangan besar kepala, kamu hanyalah wanita. Aku bukanlah orang yang akan segan menggunakan kekerasan kepada wanita,” ujarnya dengan dingin.

Ada sekelompok kecil orang yang mendukung kesetaraan gender, di mana hak pria dan wanita setara. Meskipun kelompok itu tidak benar-benar dibuat namun tidak sedikit pria yang menyetujui hal itu.

Alasan kelompok pria mendukung hal itu bermacam-macam namun mereka memiliki satu kesamaan … muak karena wanita menganggap dirinya lebih superior!

Rahasia umum tentang perkataan “Wanita selalu benar” adalah bentuk nyata bahwa makhluk aneh bernama wanita memiliki sifat egois yang berlebih.

Bukannya Kanzaki membenci wanita, dia hanya tidak tahan dengan sifat mereka yang demikian sama dan mengecewakan. Meskipun begitu, mereka memiliki nilai plus di tubuh mereka.

“Ugh, sakit, lepaskan aku! Apa kamu tidak malu menyakiti wanita?!” teriak gadis itu selagi berusaha melepaskan genggaman Kanzaki.

Kanzaki hanya diam dan tidak melepaskan genggamannya, lagipula yang memulainya adalah gadis itu, dia mempunyai alibi yang bagus jika harus dituntut.

“Bukankah kamu yang mulai kasar kepadaku? Lantas kamu pikir aku tidak bisa membalasnya hanya karena kamu wanita?” Kanzaki mencengkram tangannya semakin kuat.

“Ugh, m-maafkan aku—” gadis itu tidak menyelesaikan perkataannya karena rasa sakit di tangannya.

Sebelum dia bisa bicara lagi, dua polisi yang kebetulan bertugas datang menghampiri Kanzaki. Jelas bahwa mereka akan tertarik begitu melihat kerumunan orang di sekitar Kanzaki dan gadis itu.

“Pak polisi tolong! Aku dilecehkan oleh pria ini!” gadis itu segera memberikan tuduhan palsu.

Kanzaki mulai geram, dia tentunya tidak dapat menerima tuduhan semacam itu. Bahkan jika itu benar, bagian tubuh mana yang bisa dia pegang?!

“Kamu yang di sana, hentikan perbuatan tercela itu!” polisi yang lebih tua memperingatkan.

Kanzaki menurutinya, menatap sinis polisi yang menghampirinya. Tatapannya cukup menyeramkan hingga membuat orang yang menonton bergidik ngeri. Bahkan polisi sendiri sedikit ragu untuk menegur Kanzaki.

Mereka khawatir bahwa Kanzaki adalah anggota mafia ataupun gangster ternama di kota ini. Siapapun yang ingin hidup damai, jelas tidak ingin terlibat dengan mereka.

Namun dari pakaian yang digunakan, Kanzaki hanyalah seorang anak SMA yang biasa-biasa saja.

“Kamu, mengapa bertindak seperti itu di tempat umum? Apa kamu tidak punya malu?!” bentak polisi tersebut selagi mendekati Kanzaki.

Mendengar ucapannya hanya membuat Kanzaki geram karena di sini seakan dia yang memainkan peran penjahat. Mereka tidak mengetahui kejadian sebenarnya namun mengapa pula mereka bertindak seperti itu?

“Hah? Kalian sendiri mengapa bertindak seolah aku tersangka utama tanpa mengetahui kejadian sebenarnya? Gadis itu yang lebih dulu memulainya dengan menamparku.” Kanzaki menunjuk gadis yang melihatnya dengan takut.

Dia pastinya tidak pernah berharap bahwa Kanzaki akan membalas kekerasan yang ditujukan kepadanya, padahal dia seorang wanita. Derajatnya lebih tinggi, namun bagaimana ada pria yang mau melakukan kekerasan?

Tentunya ada, gadis itu hanya terlalu memandang tinggi dirinya sebagai wanita. Kesalahan tetaplah kesalahan. Tidak peduli apakah itu pria atau wanita, mereka yang memulai harus menerima konsekuensinya.

Polisi tersebut menatap Kanzaki dengan kesal dan merasa tidak dihargai olehnya. Kanzaki menatap langsung mata polisi tersebut dan tidak terlihat menunjukkan rasa hormat kepadanya.

“Saat berbicara dengan orang yang lebih tua, tidak sopan menatap mata dan memasang wajah seperti itu. Apakah orang tuamu tidak mengajarkan tata krama?” ujar polisi yang lebih muda dengan kesal.

Untuk polisi yang lebih tua, dia sedang mengintrogasi gadis tersebut secara terpisah dan menanyakan kebenarannya melalui orang yang menyaksikan sejak awal.

Polisi tersebut nampak lebih profesional, umurnya bukan hanya tampilan belaka. Pernah ada kata-kata seperti, “Semakin tua seseorang, semakin bijaksana.”

“Orang tua? Tidak ada yang cukup peduli mengajarkannya. Bahkan tidak akan ada yang datang menjenguk jika aku berada di sel tahanan nantinya.” Kanzaki berbalik dan berniat pergi meninggalkan lokasi, “Singkat saja, gadis itu yang memulai kekerasan dan salah paham karena aku sedang bergumam sendiri. Aku memang mengatakan perkataan buruk tentang dadanya, namun itulah faktanya.”

Kanzaki pergi meninggalkan polisi itu, dia tidak memiliki urusan lagi dengan mereka dan memilih untuk segera bergegas ke tempat yang dia tuju.

Polis muda mengepalkan tinjunya dengan kesal dan segera menarik kerah baju Kanzaki dengan wajah merah karena marah.

“Apa-apaan sikapmu itu?! Aku seorang polisi dan lebih tua darimu, tidak bisakah dirimu bersikap lebih hormat?!” polisi mengumpat dengan keras.

Kanzaki terdorong mundur. Dia berbalik kemudian mengumpat dengan keras.

“Apa pantas seorang polisi bersikap demikian?!” Kanzaki membentak dan mencengkram balik kerahnya.

Dia bukanlah orang yang akan tunduk kepada penguasa, peraturan diciptakan hanya untuk menciptakan tempat yang damai. Kanzaki mana peduli persoalan itu, semenjak dia menyerah terhadap dunia, semuanya menjadi membosankan.

Karena hal itulah dia beralih ke dunia maya, di mana kehidupan yang dia idamkan berada di dalam game.

“Kalian berdua, hentikanlah pertikaian ini!” polisi yang lebih tua memotong dan menengahi mereka.

Kanzaki dan polisi tersebut melepaskan kerah secara bersamaan, namun tatapan mereka tidak jauh berbeda dengan serigala yang menerkam mangsanya.

“Maafkan aku, dia masihlah baru di kepolisian dan belum banyak berpengalaman.” polisi tua mengelap keringatnya dan menatap sinis Kanzaki.

“Aku telah mendengar pernyataan gadis itu dan orang-orang yang menyaksikan. Nampaknya ada kesalahpahaman kecil antara dirimu dengan gadis itu dan kamu mulai melecehkannya secara verbal.”

Karena geram dan tidak terima dengan perkataan Kanzaki, gadis itu segera menamparnya. Saat gadis itu ingin mengulang tindakannya, Kanzaki melakukan perlawanan dan mencengkram tangannya sehingga menyebabkan situasi yang sekarang ini.

Meskipun polisi tersebut dapat menjabarkan situasi dengan jelas, namun tatapannya membuat Kanzaki ragu dia tidak akan memihak.

“Ya, begitulah adanya. Karena aku belum menghajar gadis itu, maka tidak ada hukum yang bisa membuatku menjadi kriminal.” Kanzaki secara tidak langsung menyatakan bahwa dia tidak ingin memperpanjang urusan.

Sesuatu akan benar-benar terjadi jika saja dia tidak menahan diri untuk menggunakan kekerasan.

“Ya, namun tetap saja perbuatanmu tidak bisa diabaikan.” Polisi tua menatap Kanzaki dengan tatapan licik.

“Apa maksudmu?” tanya Kanzaki.

“Seperti kataku, perbuatanmu tidak bisa diabaikan. Setidaknya kamu akan menginap di penjara selama beberapa waktu … tangkap dia.” polisi yang lebih tua memberikan perintah.

Tangan Kanzaki segera ditangkap dan hendak diborgol, namun tentunya tidak akan menjadi semudah itu. Kanzaki menarik kembali dan memberontak.

“Apa-apaan kalian? Tanpa alasan yang jelas berniat menangkapku, mana mungkin aku menerimanya!”

“Menyerahlah dan ikut dengan kami!” Polisi yang lebih muda mendorong Kanzaki yang memberontak.

Kanzaki berniat menghindari polisi tersebut, namun secara mengejutkan kakinya terpelintir dan terjatuh ke tepi jalan. Dia menyadari wajah semua orang terlihat ngeri, sedetik setelahnya suara keras berbunyi.

TIN!

Mobil truk berkecepatan tinggi melaju ke arahnya, Kanzaki menatapnya dalam diam dan menyadari tidak akan bisa menghindarinya.

‘Ah~, inikah akhirnya? Setidaknya aku ingin merasakan kehidupan yang lebih menyenangkan dan menegangkan seperti di banyak anime.’

Sesaat mobil truk tepat di depannya dan melindasnya, yang Kanzaki lihat hanyalah cahaya teramat silau sampai semuanya menjadi kegelapan abadi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status