Share

Revival In Another World! From Zero
Revival In Another World! From Zero
Penulis: Ajipang

Chapter 1 — Perselisihan

Sinar mentari menyelinap melalui jendela, memeluk wajah remaja berumur tujuh belas tahun berambut hitam yang tertidur lelap. Tidak lama kemudian, alarm yang disetel berdering keras.

“Berisik, aku sudah bangun,” ujarnya dengan malas dan mematikan alarm.

Sontak dia terbangun, iris matanya yang biru seakan menyinari kamar berantakan dan gelap itu. Meskipun sudah bangun, belum ada tanda-tanda darinya ingin meninggalkan kasur, sampai dia ingat sesuatu teramat penting yang mengharuskannya bangun sepagi ini.

“Benar! Aku harus membeli figure edisi terbatas!” dia bergegas bangkit dari kasurnya dan membersihkan dirinya dengan air.

Sesudahnya, dia segera mengenakan jersey merah dengan baju hitam di dalamnya dan membawa uang pribadinya.

Remaja itu bernama Kanzaki Pratama, seorang pemuda yang menghabiskan kesehariannya bermain game dan mengurung dirinya. Jarang bersosialisasi dengan lingkungannya, bahkan dia tidak mengenal tetangganya sendiri.

Hidup menjadi beban bagi keluarganya, memiliki keseharian yang menyedihkan, tanpa memiliki hal apa pun yang bisa dia banggakan sekarang ini.

Bukan berarti dia yang menginginkan kondisi semacam ini, melainkan keadaan yang memaksanya. Tanpa cinta dari orang tua, dia tersesat dan menjadi salah satu dari sedikit remaja tanpa masa depan.

“Sudah dua bulan, ya … semenjak terakhir kali aku meninggalkan rumah,” ujarnya selagi menatap langit biru.

Kanzaki berhenti di persimpangan jalan dan menunggu lampu hijau bagi pejalan kaki seperti yang lainnya.

Karena ini pagi hari, tidak sedikit orang yang menunggu bersamanya. Dimulai dari para pekerja kantoran hingga siswa-siswi SMA sepertinya. Kanzaki seharusnya berangkat menuju sekolah seperti mereka namun dia sudah sangat tidak mempedulikan sekolah.

Lagipula dia tidak memiliki apapun untuk dicapai, selama bisa menafkahi dirinya sendiri sudah cukup.

Ini menjadi alasan mengapa aku benci keluar, matahari sangat menyengat dan membuat kepalaku sakit. Pikirnya.

Bahkan punggungnya mulai basah akan keringat. Mungkin ini efek samping karena dirinya jarang terpapar sinar matahari, sehingga tubuhnya jauh lebih rentan terhadap panas.

“Sial, mungkin sebaiknya matahari hancur saja, ya,” gumamnya selagi menoleh ke kanan dan menemukan gadis seusianya.

Gadis itu juga menatapnya balik, wajahnya seketika tersipu saat tatapannya bertemu dengan Kanzaki. Yah, itu tidak mengejutkan karena Kanzaki memiliki wajah yang terbilang bagus. Namun hal paling misterius adalah Kanzaki tidak pernah sekalipun berkencan.

“Umm, apa kamu berbicara denganku?” tanya gadis itu dengan malu.

Kanzaki menatapnya dengan aneh, tidak sekalipun terlintas di benaknya untuk mengajak gadis itu bicara. Tidak salah lagi, dia salah paham dengan gumaman Kanzaki sebelumnya.

“Kamu siapa? Aku bahkan tidak mengenalmu atau mencoba berbicara denganmu,” ujar Kanzaki dengan acuh.

Gadis itu sedikit terguncang dengan reaksi Kanzaki, dia segera memaksakan senyumnya yang kaku.

“Ehh … tapi kamu mengatakan sesuatu dan melihat ke arahku, wajar bila aku berpikir kamu akan berbicara denganku.” gadis itu memberikan penjelasannya.

Kanzaki tidak berpikir gadis itu berkata jujur. Bahkan jika apa yang dikatakannya kebenaran, tidak semudah itu baginya untuk percaya.

“Jangan berbohong. Aku tahu bahwa itu hanya akal bulusmu saja untuk mendekatiku dan menjadikanku sebagai dompet pribadimu!” Kanzaki memberikan tatapan yang merendahkan dengan wajahnya yang akan membuat orang kesal.

“Aku bukanlah orang seperti itu! Apa yang akan dipikirkan orang-orang jika aku melakukan hal sehina itu?”

Memang bahwa wajah yang dimiliki gadis itu tidaklah buruk, bahkan mungkin dia cukup populer di sekolahnya. Namun bagian dadanya sudah cukup untuk menjawab.

Jika perlu dibandingkan mungkin setara dengan milik pria, teramat datar!

“Yah, mungkin itu benar karena tidak ada orang yang cukup aneh untuk menyukai papan cuci itu. Jika ada, mereka pastinya lolicon. Lagipula kecilnya dada seorang wanita menunjukkan kecilnya kesabaran.” Kanzaki tertawa riang sampai mengeluarkan sedikit air mata.

Gadis itu gemetar marah, dia tentunya sadar bahwa dada miliknya berada di bawah rata-rata gadis SMA. Namun mendengar orang mengatakannya langsung jelas membuatnya naik pitam.

Meskipun mereka baru pertama kali bertemu, gadis itu merasa heran karena Kanzaki mampu mengatakan perkataan buruk kepada orang yang baru dijumpainya, belum lagi yang dia hina tetaplah seorang wanita. Lantas, sebuah pertanyaan terlintas dalam benaknya, “Apa kamu tidak diajarkan sopan santun oleh orang tuamu? Mengatakan perkataan buruk kepada orang yang baru kamu jumpai bukanlah sikap yang pantas!” ujarnya dengan suara tinggi.

Perhatian terpusat kepada Kanzaki dan gadis itu, tanpa mereka sadari orang-orang berkerumun di sekitar mereka.

Sebagian berpikir bahwa ini hanyalah pertengkaran sepasang kekasih, namun sebagian sudah mengetahui masalahnya sejak awal.

“Oi, kamu terlalu berisik sampai lalat datang karena tertarik, segera menjauhlah dariku, papan cuci,” ujar Kanzaki selagi mengusir gadis itu seperti serangga.

Kanzaki tidak menyukai banyak perhatian seperti ini, segera dia ingin kabur dari situasi semacam ini. Hal itu dikarenakan dia akan teringat dengan kenangan di masa lalu yang menyebalkan.

Kanzaki mencoba pergi dan melewati gadis itu, namun sebuah tangan menarik kerahnya dan tangan lainnya menampar pipinya, meninggalkan bekas merah berbentuk tangan, Kanzaki merasakan sakit disertai panas di pipinya.

Dia memegang pipinya yang kemerahan, tidak terlintas di benaknya gadis itu akan bertindak terlalu jauh. Memang bahwa Kanzaki juga bersalah karena mengatakan hal-hal yang menyakiti gadis itu. Namun, tetap saja ….

“Dasar lancang! Meskipun kamu benar seharusnya kamu bisa lebih menghargaiku dengan tetap diam! Aku yakin orang tuamu benar-benar kecewa melahrikanmu!” gadis itu menunjuk Kanzaki dengan geram.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status