Share

Chapter 3 — Dewi Violet

“Selamat datang di alam kematian, wahai yang terpilih, Kanzaki Pratama.”

Suara lembut menembus gendang telinganya, lantas dia membuka mata dan menemukan gadis teramat cantik.

Iris mata ungu yang serasi dengan rambutnya, gaun putih keunguan yang seperti seorang bangsawan dia kenakan, betis dan pahanya terekspos dengan jelas.

Lekuk tubuhnya juga bagus, sesuatu yang mungkin akan membuat wanita di dunia iri kepadanya. Kecantikan yang tiada bandingnya, Kanzaki sangatlah terpesona oleh gadis di depannya.

“Kamu siapa? Dan di mana ini?” tanyanya dengan bingung.

Kanzaki akhirnya ingat bahwa dia seharusnya sudah mati terlindas truk. Dia memang tidak pernah merasakan kematian sebelumnya, namun Kanzaki segera menyimpulkan bahwa ini alam kematian. Persis seperti perkataan wanita di depannya.

“Aku adalah Violet, Dewi Violet yang mengawasi ruangan antara manusia bumi dengan alam kematian,” jawabnya dengan senyuman lembut.

Kanzaki sedikit merona melihat gadis cantik yang tersenyum dan membuatnya semakin cantik. Jika bisa dia ingin memilikinya namun dia sadar diri bahwa kastanya bagai langit dan bumi.

Manusia dengan Dewi dapat bersama? Bahkan dalam setiap legenda sekalipun, tidak ada diantara mereka berakhir dengan baik.

“Alam kematian? Maksudmu ini adalah tempat sebelum menuju alam kematian?” tanya Kanzaki, mengamati ruangan.

Tidak ada apa-apa selain dua kursi yang ditempatinya dan Dewi Violet. Ruangannya sepenuhnya hitam dan terdapat debu-debu cahaya yang terbang di ruangan.

Bahkan lantai tempatnya berpijak sepenuhnya berwarna hitam. Kanzaki nyaris berpikir bahwa dia sedang menapaki langit hitam tanpa bintang.

“Benar. Setiap mahkluk yang telah kehabisan masa hidupnya akan mengunjungi tempat ini, tanpa terkecuali. Di tempat inilah, hukuman atau kebebasan akan diberikan.”

Manusia yang memiliki banyak kebaikan semasa dia hidup akan diberikan kebebasan, tempat yang diinginkan seluruh mahkluk hidup, surga.

Sementara manusia yang hanya berbuat jahat selama hidupnya, akan dilimpahkan segala hukumannya ke tanah keputusasaan, neraka.

Kanzaki tahu sebatas itu, dan dia tahu ke mana tempatnya akan tiba. Hanya ada satu tempat yang akan dijumpai oleh orang yang tidak bisa dibilang baik sepertinya.

“Begitu, ya. Tidak perlu repot melakukannya, aku akan dengan sukarela pergi ke neraka. Orang sepertiku tidak akan pernah cocok mendapatkan tempat seindah surga.” Kanzaki tersenyum masam.

Dewi Violet memberikan tatapan sedih kepadanya. Kanzaki bukanlah orang pertama yang bertindak demikian namun yang membuat Dewi Violet sedih adalah kehidupan yang dijalaninya.

Kanzaki menjalani hidup tanpa sedikitpun mengenal hal terindah yang pernah diberikan kepada kehidupan yaitu, cinta. Dia jelas tahu kehidupan Kanzaki setelah membaca riwayat hidupnya.

Ibu kandungnya meninggalkan saat umurnya baru menginjak dua tahun dan ayahnya langsung menikah lagi setelahnya. Dia mendapatkan perlakuan tidak adil, baik ayahnya ataupun ibu tirinya.

Untuk mendapatkan pengakuan, Kanzaki berusaha dengan keras dengan bidang yang dia kuasai, namun kecewa karena tidak mendapat apa yang diinginkan.

Berbeda dengan adik tirinya yang tujuh tahun lebih muda. Dia tidak melakukan apapun yang dibanggakan namun mendapatkan segalanya. Tidak terima dengan hal itu, Kanzaki pernah mencoba membunuhnya, namun gagal dan ayahnya menghajarnya sampai mendekati sekarat.

‘Kehidupan terpuruk seperti itu, bagaimana bisa dia bertahan menjalaninya?’ batinnya dengan sedih.

Tidak jarang Dewi Violet meneteskan air mata saat menyaksikan riwayat hidup Kanzaki. Tentunya banyak yang memiliki kehidupan menyedihkan. Ada berbagai kisah berbeda dari setiap kehidupan yang lahir. Namun yang seperti Kanzaki, tidaklah banyak.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status