Share

Chapter 6 — Another World

Angin menderu, suara kicauan burung yang stereo di telinga, udaranya segar tanpa polusi dari kendaraan bermesin. Namun dia belum melihat sperti apa rupa dunia ini.

Kanzaki merasa takut membuka matanya. Setiap kali dia melakukannya, tampilan akan dirinya yang menyedihkan dari balik kaca, sosok yang dia benci menjadi pemandangan yang dia lihat, yaitu dirinya sendiri.

Untuk alasan menyedihkan semacam itu, dia takut melihat apa yang ada di depannya. Akankah itu dirinya yang busuk, menyedihkan dan sampah? Ataukah pemandangan baru dari dunia yang dia pikir tidak akan pernah bisa dirinya kunjungi?

“Kamu boleh membuka mata, Kanzaki. Tempat ini sengaja kupilih untuk menjadi pemandangan pertama dari duniamu yang baru.”

Suara lembut, penuh cinta dan kehangatan berbisik di sisinya. Hatinya melompat senang dan ingin mengetahui siapa si baik hati yang begitu peduli kepadanya. Perlahan Kanzaki membuka matanya.

Tatkala dia membuka matanya, air mata besar membasahi pipinya. Tangisnya tidak disebabkan oleh menonton cerita sedih atau meratapi kehidupannya, melainkan pemandangan menakjubkan di hadapannya.

“Indah sekali, bagaimana bisa dunia seindah ini?” gumam Kanzaki selagi menyeka air matanya.

Pulau yang melayang seakan tidak terkena dampak gravitasi menjatuhkan air dalam jumlah besar dan menjadikannya pemandangan air terjun paling memukau yang pernah dilihat.

Bunga ungu yang uniknya berputik kristal ungu muda, Kanzaki hampir berpikir bahwa dirinya berada di dalam mimpi. Bahkan jika dunia ini benar mimpi sekalipun, mustahil dia berpikir untuk bangun.

“Bagaimana, hebat kan? Pulau mengapung seperti itu sudah hal biasa di dunia ini. Dengan ingatan yang kamu lihat dan pengetahuan yang aku berikan, seharusnya tidak perlu bagiku menjelaskan.” suara gadis yang sama terdengar lagi.

Kali ini gadis tersebut tidak hanya memunculkan suara, kini Kanzaki dapat melihat gadis berambut ungu yang sangat cantik, Dewi Violet.

Seperti katanya, Kanzaki tahu asal-usul mengejutkan dunia ini. Di dunia ini ada sesuatu yang disebut dengan peri. Jika perlu dibandingkan dengan yang ada di bumi, para peri mungkin mirip seperti jin dan hantu.

Pulau tersebut dapat melayang karena ditinggali peri air dan udara. Peri udara membuat pulau terbang agar monster dengan niat jahat tidak mencapainya, sementara peri air membuat air terjun sebagai tempat bermain mereka.

“Tempat ini bernama Valhalla, salah satu tempat wisata paling indah di dunia ini.” Dewi Violet mengambil beberapa langkah di depan Kanzaki.

Dia berbalik dengan tangannya yang di belakang pinggang, tersenyum penuh keramahtamahan.

“Valhalla … Jadi bisa dibilang tempat ini adalah tanah kelahiranku, ya?” tanya Kanzaki.

Dengan tempat yang sangat indah dan seorang Dewi cantik di tengahnya sedang tersenyum, Kanzaki bersumpah tidak akan melupakan pemandangan ini. Sekalipun tidak akan.

“Ini sangatlah indah, Dewi Violet. Sangat disayangkan dunia seperti ini untuk hancur …”

Kanzaki kembali ingat tentang pemandangan mengerikan yang dia lihat. Hanya ada satu kata yang bisa mendeskripsikan semua pertempuran mengerikan tersebut, neraka.

Iblis dan monster berlomba-lomba untuk membunuh manusia, begitu juga sebaliknya. Manusia memburu iblis dan monster demi keberlangsungan hidup mereka.

Tidak ada hukum yang secara khusus melarang mereka untuk mengambil nyawa, berperang ataupun membantai satu sama lainnya. Belum lagi dengan keberadaan Empat Pangeran Neraka yang menjadi pencemar terbesar dunia ini.

Hukum rimba dunia ini jauh lebih keras dari bumi. Yang lemah akan diburu, ditindas dan menjadi mangsa sementara yang kuat akan berdiri di puncak dunia dan memperbudak yang lemah.

“Ya, karena itulah kami memilihmu untuk melindungi dunia ini. Sebagai seorang Dewi, aku malu mengakui bahwa ada banyak dunia yang jauh lebih indah dari ini hancur lebur. Sosok jahat tidak pernah ada habisnya, bahkan Dewi sekalipun tidak mampu bertindak banyak,” ujar Dewi Violet.

Tatapannya menggambarkan kesedihan, kekecewaan dan penyesalan mendalam. Bahkan seorang Dewi sekalipun memiliki beban hidup yang tidak ringan. Belum lagi mereka amerta dan tidak akan menjumpai kematian, beban hidup akan ditanggung selama-lamanya.

“Kanzaki, kamu adalah yang terpilih. Akan kutanyakan sekali lagi, maukah kamu menyelamatkan dunia ini?” Dewi Violet tersenyum tipis.

Jika benar kenangan yang dia lihat adalah pengetahuan dari dunia ini, maka tidak ada salahnya dia mempraktekkan salah satu etikanya.

Kanzaki berlutut dan meraih tangan Dewi Violet, dia mencium tangannya dan segera meletakkan tangan lembut serta hangat di keningnya.

“Aku bersedia melakukannya, Dewi Violet. Aku akan menyelamatkan dunia ini, melindungi keindahannya dan menjaga senyumanmu tetap cantik.”

Dewi Violet sedikit tertegun dan merona, dia tersenyum setelahnya.

“Terima kasih, mulai dari sini panggil saja aku Violet, Kanzaki.”

Kanzaki tersenyum balik, “Baiklah, Violet.”

Ajipang

Jangan ragu untuk berkomentar ya

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status