Lucas masih memaksa Sera untuk segera pulang bersamanya, "Ayo kita pulang, Anandita sudah tak bekerja di sini lagi."
"Apa, tapi kenapa ayah? Aku ingin bertemu dengannya.."
"Untuk apa?" sahut El yang baru saja keluar dari lift, "Bukankah kau tak pernah akur dengan nona muda?"
Apa? Nona muda, kapan gadis sialan itu menjadi nona muda? Kapan mereka menikah?
Sejuta pertanyaan itu terus bergentayangan di dalam hati dan fikirannya.
"Apa maksudmu?" tandas Sera seolah ia tak terima dengan gelar nona muda yang baru saja ia dengar.
"Ya.." El menggedikan bahu sembari tersenyum menatap sinis padanya. "Nona Sera bolehkah aku tahu apa alasan mu ingin bertemu dengannya?"
"Aku kakaknya, masih perlu alasan apa lagi untuk bertemu?" imbuhnya dengan kesal.
"Tuan, tolong maafkan putriku.." sela Lucas dengan mmeberikannya bow.
Mobil masih melaju dengan kecepatan sedang menuju taman oval."Kenapa kau masih mengikat rambut mu? Aku kan sudah bilang kalau aku tidak suka rambut mu di ikat-ikat seperti ini.." mengatakan kalimat 'seperti ini' sembari meremas ujung rambut Dita yang dikuncir, "Apa ini.. sudah seperti ekor kuda saja. Cepat lepaskan ikatan rambut aneh mu itu!"Yang ikat rambut siapa terus yang emosi siapa? Kedua telinga Dita sudah kembang kepis seperti balon yang ditiup lalu dibuang lagi udaranya.Dasar yang mulia raja! Selalunya dia yang harus dituruti kemauannya."Hei kau ini dengar tidak? Dan lihat ini.." meremas poni Dita yang menutupi alisnya, "Kenapa tidak kau panjangkan saja sekalian sampai menutupi wajah mu?"Dita memejamkan matanya dengan sabar ia menghela nafas, lalu meraih tangan Henry dan menggigitnya."Aaa!!! Owh, gigimu kenapa tajam sekali."Mendapatkan gigitan dilengannya
Jalan-jalan melihat taman oval yang begitu luas, ah indahnya andaikan saja mereka sudah menikah pasti bisa lebih romantis lagi."Ayo duduk.." ajak Henry yang hanya di jawab dengan anggukan pelan Dita.Mereka duduk di sebuah kursi panjang, tak jauh dari pandangan mereka ada monumen berbentuk hati dan patung dewa amor."Kau pernah ke taman ini?"Dita mengangguk, "Ya pernah dengan mantan pacar ku."Kesalahan fatal telah di lakukannya, namun Dita tak menyadari hal itu. Tangan Henry sudah terkepal erat dengan hawa berat yang mengelilinginya. "Mantan?" imbuhnya dengan penuh penekanan pada kalimat 'mantan'.Gawat sepertinya aku sudah melakukan kesalahan yang menyebabkan nya emosi.Dita mencoba untuk menjelaskannya, "Maksudku -""Diam!" Henry melirik dengan ekor matanya yang tajam, sedang menunjukan ketidaksukaannya. "K
Henry dan Dita masih menikmati suguhan pemandangan yang ada di taman oval, "Aku haus.." kata Dita.Orang kaya tapi tak pernah kencan, Henry memberikannya kartu Gold S. "Belilah dan gunakan ini untuk membayarnya.""Kartu, untuk apa?""Tadi kau bilang haus -""Iya.. tapi mana mungkin aku akan membayarnya dengan sebuah kartu.""Kenapa? Di dalam kartu ini ada banyak uangnya, tuan muda seperti ku tak pernah menyimpan uang cash!" entah dia salah atau tidak, yang pasti tuan muda tak pernah salah.Haaah... Dita menghela nafasnya dengan pelan, dia mendorong kartu itu kearah dada Henry."Simpan saja..""Hei kenapa kau malah menyuruhku untuk menyimpannya?""Tuan muda, coba lihat ke sekeliling mu." Dita merangkul tangan Henry dan menunjukinya para pedagang jajanan dan minuman di beberapa titik taman.Dia membulatkan
Henry yang khawatir akan keadaan Dita benar-benar membuatnya berfikir, bagaimana caranya agar bisa cepat sampai ke rumah sakit.Sementara itu Dita masih cegukan, "Henry turunkan aku.. ini bukan masalah besar, sungguh!"Namun Henry masih enggan mengomentarinya, dia menurunkan Dita dekat dengan pintu mobil. "Masuk!" ucapnya demikian sambil membuka pintu."Percayalah padaku Henry, kita hanya akan jadi bahan tawaan petugas medis jika tetap datang kerumah sakit.""Aku bilang MA-SUK! Masuk, ya masuk.. cepat jangan tanya jawab dengan ku lagi."Dita memutar bola matanya dengan malas, dan segera masuk ke dalam mobil. Dia menduduk kan tubuhnya dengan rasa kesal.Bodoh! Umpat Dita kesal sambil meremas jemarinya sendiri.Setelah Henry masuk dan duduk di kursi kemudi, ia pun langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.***
Seribu langkah kesal Henry terus menyeret kakinya menuju mobil, "Sial! Memalukan sekali."Henry melonggarkan dasinya sembari menghela nafas kasar, dilihatnya Dita yang masih berjalan agak jauh darinya."Hei cepat sedikit, lambat sekali sih kau ini seperti siput saja."Dia yang membuat masalah, tapi tetap aku juga yang disalahkannya.. dasar tuan muda aneh, maha raja bodoh. Hanya ccegukan saja sudah menyangka aku kejang-kejang!
Masih dalam perjalanan menuju vila utama, Henry menurunkan laju mobilnya dari cepat menjadi pelan.Dia melakukannya karena ingin menelefon sekretaris El, Henry merogoh hp dari dalam saku jasnya.Dan telefonnya pun bersambung."Hallo tuan muda.." sapa El dari ujung telefon."El!!" nada bicaranya terdengar tinggi, "Apa-apaan kau ini hah?"Apanya? "Maksud tuan muda?" bahkan El saja sampai bingung dibuatnya."Bisa-bisanya kau terlibat dalam konspirasi dengan Anandita! Kau membantunya untuk memiliki pria lain?!" tandasnya dengan dipenuhi emosi.Anandita?Aaaah El mulai mengerti pokok permasalahannya, "Apa yang nona katakan?""Kenapa kau malah bertanya padaku, seharusnya aku yang menanyakannya padamu El!""Baik, tuan..""Baik apanya?" kesal, sementara itu Dita hanya menggigit kecil bibir bawahnya me
Tangan Dita sedikit gemetar, dan mendadak ia merasakan dingin saat di tatap seperti itu oleh tuan besar Sagaara.Saat ini mereka berempat tengah duduk di sofa yang berada di ruang keluarga."Siapa?"Tanya Sagaara dengan wajah datarnya, bahkan ia tak memberikan senyumannya."Tentu saja calon menantu kita, sayang.." seru Vely sembari mengusap punggung tangan suaminya."Mm... na- nama saya Anandita Antoni, tuan be -""Papah.." secara mengejutkan jawaban Sagaara membuat mereka bertiga terbelalak, "Panggil aku dengan sebutan papah.."Hah? Setelah berhasil membuatku hampir mati karena gugup, dan sekarang dia membuat lelucon seperti ini, haha.. haruskah aku tertawa mendengarnya? "Mm.. pa - papah.." ucapnya dengan lirih.Bagaimana tidak, Sagaara mengatakannya setelah dilempar tatapan mata yang tak kalah dinginnya dari sang anak.&nb
Ditengah perjalanan hp milik Henry berbunyi, sekretaris El ternyata mengirimkan artikel tentang Army ke email nya.Apa ini? Kenapa malah mengirimkan nya ke email?Henry menepikan sebentar mobilnya di bahu jalan dan segera mengecek nya."Ada apa?" tanya Dita sembari mencuri pandang ke hp milik Henry.Mendadak Henry mendengus kesal, dia menguatkan genggaman tangannya pada hp. Lalu menatap wajah Dita."Kenapa tidak bilang kalau Army itu sebutan fans untuk BTS?""Kan tadi aku sudah bilang, kalau aku ini Army bukan fandom lain.." Dita sudah menahan tawanya dan segera memalingkan wajahnya karena takut jika si tuan muda itu akan marah.Henry terkekeh dibuatnya, dia menekan pucuk kepala Dita sambil berkata, "Aku juga Army."Seketika itu juga Dita membulatkan kedua matanya.Mendadak jadi Army hanya karena aku juga Army? Haha lucu