Yansen menoleh dan mendapati Ekki turun mobil diikuti oleh pengawal dan beberapa pelayan.Yansen pun tidak berkata lebih banyak dan pergi.Lyann keluar rumah tergopoh-gopoh setelah mendengar keributan di luar. Dia langsung bertanya dengan panik saat melihat rombongan Ekki, "Siapa mereka?"Reina takut Lyann masuk angin kalau di luar."Bu Lyann masuk aja. Nanti aku jelaskan ya.""Oke." Lyann mengangguk dan kembali ke kamarnya.Reina menutup pintu dan berjalan menghampiri rombongan Ekki.Ekki juga berjalan mendekat. Dia khawatir saat melihat betapa bobroknya tempat tinggal Reina sekarang.Pak Maxime sudah dimanja sejak kecil, gimana dia bisa terbiasa tinggal di sini?Reina menghampiri mereka dan tidak melihat Maxime. Jadi, dia bertanya pada Ekki, "Pak Ekki, kalian ngapain?""Nyonya Joanna memintaku membawa semua pakaian dan perlengkapan Pak Maxime," jawab Ekki.Tampaknya Yansen benar. Joanna benar-benar siap membiarkan dia menjaga Maxime.Reina memasang tampang dingin, "Mana Maxime?""Pak
Setelah memastikan Ekki dan rombongannya pergi, Reina pun kembali ke kamar.Hari ini Riki mulai dirawat di rumah sakit sedangkan Riko masih baca buku di kamar.Jadi, hal terpenting yang harus Reina lakukan sekarang adalah bagaimana cara memberi tahu Riko kalau Maxime akan datang untuk tinggal di sini.Pertama, Reina ke kamar Lyann dan menceritakan semua yang baru saja terjadi.Setelah mendengar ini, Lyann memegang tangan Reina dengan lembut dan berkata, "Nana, inget lho kamu cuma sendirian. Kamu harus menjagaku dan kedua anak itu, kamu yakin sanggup? Hahh ... Dasar! Keluarga Sunandar itu sungguh keterlaluan."Dulu Lyann pikir keluarga kaya lebih murah hati dibanding orang biasa seperti mereka.Tapi kini dia sadar. Seperti pepatah lama, makin kaya seseorang, makin pelit pada orang lain."Aku nggak akan ngurus Maxime. Saat dia di sini, biarkan dia lakukan semuanya sendiri."Setelah Reina selesai bicara, dia memberi tahu Lyann apa yang dia khawatirkan, "Riko dan Riki masih belum tahu kisa
Waktu Reina sampai di rumah, waktu sudah menunjukkan lewat jam sembilan malam.Dia membereskan kamar tamu yang akan ditempati Maxime. Ruangannya tidak terlalu luas, tapi ada kamar mandi sendiri jadi pria itu tidak akan mengganggunya dan Lyann.Tepat pukul sepuluh malam.Sebuah mobil Maybach terparkir di depan rumahnya.Maxime duduk tegap di kursi belakang, mata hitamnya terlihat tenang dan tidak berkedip.Sopir yang mengantarnya lebih dulu turun dari mobil, berdiri di luar jendela dan berkata dengan hormat, "Pak Max, kita sudah sampai, aku akan minta Nyonya menjemputmu."Sesuai permintaan Maxime, tidak ada orang lain yang menemaninya kecuali sopir.Maxime ingat dengan janjinya pada Reina di kantor sipil kemarin bahwa dia tidak akan pernah mengganggu Reina lagi."Tolong anterin aku ke sana."Setelah itu, Maxime juga turun dari mobil.Dari sudut pandang ini, dia sama seperti orang biasa."Ya."Sopir itu mengulurkan tangan untuk menuntun Maxime, tapi ditolak. "Kasih tahu aja aku harus jal
"Biar kuperiksa."Reina langsung turun ke bawah, tapi pintu kamar Maxime tertutup.Dia pikir Maxime pasti tidak betah tinggal di sini.Keesokan harinya.Reina bangun pagi dan menyiapkan sarapan.Dia sengaja masak sepanci bubur dengan campuran wortel. Dia ingat Maxime adalah orang yang pilih-pilih makanan dan tidak menyukai wortel.Riko mewarisi hal ini darinya. Ada sedikit wortel di piring saja, Riko tidak akan menyentuh masakan itu.Lyann belum bangun jadi Reina menyisihkan sebagian bubur di panci.Maxime keluar kamar setelah mandi.Maxime mengenakan pakaian rumah. Ketika Reina menoleh, dia melihat luka memar besar di dahi pria itu.Reina langsung mengerti apa yang terjadi. Suara kemarin sepertinya suara kepala Maxime terbentur.Reina pura-pura tidak melihatnya dan berkata, "Ayo sarapan.""Ya." Maxime berjalan dengan hati-hati.Rumah ini memang tidak besar, tapi penuh dengan perabotan.Maxime takut tidak sengaja menyentuh perabotan di rumah dan membuat Reina marah.Meski Reina ingin M
Lyann terkejut memandang sosok Maxime di depannya.Pria itu menggulung lengan bajunya dan sedang mencuci piring di wastafel yang penuh dengan busa.Lyann hanya pernah menghubungi Maxime sekali saja, yaitu waktu dia meneleponnya lima tahun lalu.Waktu itu Lyann memohon pada Maxime untuk memperlakukan Reina dengan baik.Tapi Maxime sangat acuh tak acuh dan Lyann masih ingat apa yang dia katakan.Maxime berkata, "Mau hidup Reina seperti apa, itu bukan urusanku!""Dia pantas hidup seperti itu!"Begitu teringat dengan semua yang terjadi dulu membuat Lyann sama sekali tidak merasa kasihan pada Maxime.Dalam hati dia merasa, Maxime juga pantas hidup seperti ini!Sekarang kondisi kesehatan Lyann naik turun karena sakit paru-parunya dan sadar hidupnya tidak lama lagi, jadi Lyann ingin lebih banyak menghabiskan waktu terakhirnya dengan Reina.Lyann berjalan ke dapur dan berkata dengan nada dingin."Pak Max, kalau kamu merasa tertindas, mending pulang aja. Kamu nggak terbiasa hidup sederhana sepe
Jam sebelas siang.Aula konferensi Grup Rajawali sudah penuh dengan anggota rapat. Mulai dari anggota Keluarga Sunandar, para pemegang saham, para senior eksekutif dan reporter dari awak media.Semua orang menunggu penggantian penanggung jawab Grup Rajawali, mereka mau lihat siapa yang akan bertanggung jawab atas Keluarga Sunandar selanjutnya.Rapat pemegang saham pun dimulai. Dari Tuan Besar Latief, Rendy dan istrinya dan semua anggota Keluarga Sunandar lainnya hadir.Masing-masing ingin mendapatkan manfaat sebesar-besarnya dari rapat pemegang saham kali ini.Ada banyak anak muda di Keluarga Sunandar yang berbakat, tapi hanya sedikit yang bisa menandingi Maxime. Kalau sampai sesuatu terjadi pada Maxime, pasti tidak ada satu pun dari mereka mau tunduk satu sama lain karena merasa diri mereka berbanding seimbang.Itu sebabnya begitu pertemuan dimulai, persaingan menjadi sangat ketat.Anehnya, batang hidung Joanna masih belum terlihat sampai sekarang.Semua orang berpikir Joanna sengaja
Awalnya Alana ingin bergosip, tetapi Riko tiba-tiba muncul jadi dia langsung menutup telepon."Riko, kok sudah pulang? Hari ini pulang lebih cepat?"Hari ini Alana kembali mengantarkan Riko ke TK.Sebenarnya dari tadi Riko ada di depan pintu dan menguping percakapan mereka. Ternyata ayahnya buta dan amnesia dan sekarang tinggal bersama mamanya.Pantas saja mamanya tidak sabar menyuruhnya ke rumah Tante Alana."Iya, kata Bu Guru belakangan cuacanya dingin jadi hari Jumat kami pulang lebih cepat. Tante Alana, bukannya Bu Guru udah kasih tahu ya di grup?"Alana menepuk keningnya, "Ya ampun, maaf aku lupa baca grup."Karena tidak ada sopir, Riko jalan pulang sendirian.Alana menghampirinya dengan rasa bersalah."Maaf, sini Tante cium dulu."Riko tampak jijik dan lari menghindar."Nggak mau.""Ya sudah." Alana kecewa.Riko menatapnya dan berkata, "Tante, kalau kamu merasa bersalah, boleh nggak akhir pekan ini anterin aku pulang ke Kabupaten Sariang? Aku kangen Mama."Dia juga ingin lihat ba
Saat ini di Kabupaten Sariang.Setelah Reina menutup telepon, dia melihat ke arah Maxime yang masih belajar Braille dan bertanya, "Kamu dengar beritanya nggak?""Ya." Maxime menjawab bahkan tanpa mengangkat kepalanya, "Ada orang yang pura-pura menjadi aku.""Kamu nggak peduli?" tanya Reina lagi."Nana, sekarang aku cuma ingin menjalani kehidupan yang baik sama kamu, cepat menguasai braille supaya aku bisa merawatmu dan anak kita," jawab Maxime.Anak ....Tangan Reina spontan memegang perut bagian bawahnya, "Anak apa?""Ibuku bilang kamu hamil." Maxime mengangkat kepalanya dan melihat ke arah Reina, "Jangan khawatir, meski aku nggak bisa lihat, aku nggak akan menyusahkanmu dan anak kita."Reina tidak menyangka Joanna akan menceritakan kejadian ini pada Maxime. Apalagi dia tidak ingat apa pun sekarang.Reina menyahut dengan dingin, "Anak yang kukandung bukan anakmu."Maxime mematung.Reina kira Maxime akan marah, tapi perkiraannya itu meleset.Maxime hanya mencengkeram buku di tangannya