Setelah hening beberapa saat, Maxime berkata, "Ah jangan, tempatnya kumuh. Kamu 'kan lagi hamil.""Nggak apa-apa, aku bisa lihat dari jauh kok," jawab Reina.Maxime sepertinya tidak bisa mengelak, dia pun mengiyakan."Oke."Setelah itu, Maxime masuk kamar untuk ganti baju.Sesampainya di kamarnya, dia langsung menelepon Ekki."Malam ini siapkan kantor kita sebagai kantor amal. Siapkan para bos dan karyawannya."Saat ini Ekki sedang memasak untuk tunangannya. Dia hanya bisa tersenyum pahit saat mendapat tugas dari Maxime."Bos, apa lebih baik mengaku saja pada Nyonya? Kan nggak ada wanita yang nggak suka uang.""Sudah lakukan saja sesuai perintahku."Maxime tidak sedang bercanda.Kalau Reina tahu Maxime punya banyak uang, wanita itu pasti akan langsung minta cerai.Dia tahu betul Reina itu wanita seperti apa.Ekki tidak punya pilihan selain meninggalkan tunangannya dan melaksanakan tugas.Yang berhati lembut di rumah ini bukan hanya Reina, Lyann pun begitu.Sejak Lyann mengetahui posisi
Meski kantor Maxime tidak besar, namun dipenuhi dengan berbagai macam berita termasuk pencarian anak, pendanaan untuk anak-anak bisu-tuli dan lain sebagainya.Reina masuk dan melihat sekeliling di sana juga ada komputer dan ponsel yang khusus digunakan oleh orang buta.Keraguan di hatinya untuk sementara hilang."Ya sudah kamu kerja aja, aku nggak ganggu.""Oke, aku antar." Maxime tahu Reina sudah percaya, batu ganjalan di hatinya pun hilang."Nggak usah, kamu kerja aja."Reina pulang sendirian.Dalam perjalanan pulang, dia menelepon Alana, "Alana, barusan aku pergi ke kantor Maxime. Dia memang kerja di perusahaan amal."Reina sudah cerita pada Alana."Hoo ... jadi Maxime yang sekarang sungguh sudah berubah?" tanya Alana sambil bekerja."Sebenarnya menurutku pekerjaannya saat ini cukup bagus. Dia bisa membantu orang lain dan menjalani kehidupan yang biasa-biasa saja."Reina selalu mau menjalani kehidupan yang sederhana."Nana ... hatimu mulai tergerak ya? Kamu mau memaafkannya dan mula
Reina mengernyit.Diego masih mengoceh, "Kamu tahu nggak betapa aku sangat dihina beberapa tahun terakhir. Padahal dulu aku yang biasanya menindas orang lain!""Kak, tolonglah bantu aku. Asal Kakak mau ketemu Morgan, dia pasti mau bantu kita."Reina tidak berniat mendengar omong kosong Diego dan hendak menutup telepon saat tiba-tiba mendengar Diego berkata, "Kalau bukan karena ditipu Ibu, Keluarga Andara kita nggak akan bangkrut.""Apa maksudmu?" Reina langsung bertanya.Diego yang mabuk saat ini duduk di jalanan seperti gelandangan.Sebelum ini, Diego dihajar dan diusir oleh pihak Klub Sobernica karena tidak mampu bayar, ternyata Tanu sudah membekukan kartu banknya."Kamu kira harta kekayaan kita sebanyak itu bisa raib ke mana hanya dalam waktu tiga tahun? Itu semua karena Ibu yang minta aku mentransfer semua uang itu ke kekasih gelapnya, Tanu!""Keluarga Hinandar berengsek! Sekarang setelah punya uang dan kekuasaan, mereka nggak tahu balas budi! Berani sekali membekukan kartu bankku
Diego tercengang. Dia tidak paham kenapa Jovan yang dulu sangat membenci Reina, tiba-tiba bicara membela Reina.Namun, Diego yang kali ini cepat tanggap langsung berkata, "Oke, oke! Aku ngerti. Reina itu kakakku, aku janji akan menghormatinya."Barulah Jovan berdiri tegak, lalu dia bertanya lagi, "Barusan kamu bilang apa? Morgan akan membantumu selama Reina mau ketemu Morgan?"Diego yang takut pada Jovan langsung memberi tahu Jovan apa yang dikatakan Morgan beberapa hari yang lalu.Jovan mendengarkan cerita Diego sampai selesai dan merasa bingung setelahnya."Morgan kenal Reina?""Harusnya sih iya ya. Kalau nggak, kenapa Morgan bicara begitu?" Diego juga tidak paham.Dulu waktu Keluarga Andara dan Keluarga Sunandar masih berhubungan ....Diego ingat Reina pernah diam-diam menulis surat cinta untuk Maxime. Tapi begitu Diego memergokinya, Reina langsung merobek surat itu.Jovan merasa dirinya secara tidak sengaja menemukan sesuatu yang luar biasa.Jovan masih ingin bertanya lebih, tapi s
"Nanti kuminta Ekki periksa," kata Maxime.Reina menggeleng, "Jangan, sekarang kamu 'kan bukan bos Ekki, jadi jangan terus-terusan ngerepotin dia.""Lagian aku sudah minta Deron menyelidikinya kok. Revin bilang Deron pernah menjadi agen dan sangat pandai untuk urusan menyelidiki seperti ini."Deron lagi, Deron lagi ....Maxime hampir saja melupakan pengawal tampan dan cakap ini."Kalau Deron nggak bisa dapat info apa pun, aku bisa minta tolong Revin," lanjut Reina.Reina tidak sadar kalau pria di sampingnya ini cemburu.Bicara tentang Revin ... Reina merasa agak aneh, kenapa belakangan pria itu tidak memberinya kabar?Maxime meremas tangan Reina, lalu berkata, "Kok kamu nggak minta tolong aku?"Reina tertegun sesaat, lalu mengangkat kepalanya dan menatap wajah tegas Maxime. "Kan kamu buta dan amnesia?"Maxime menyesal sudah menggali lubang untuk dirinya sendiri.Maxime berdiri diam dan mencondongkan tubuhnya ke arah Reina."Tapi kalau kamu begini, aku malah cemburu."Hembusan napas Max
Reina mulai terengah-engah, untung ciuman itu tidak berlangsung lama.Tangan Maxime menyentuh wajah Reina yang panas, dia berhenti menciumi Reina dan berbisik, "Kamu kaget ya?"Reina memalingkan wajah dan hendak melepaskan diri dari Maxime, tapi pria itu kembali menariknya."Kamu lagi hamil, jangan banyak gerak-gerak.""Udah tahu aku hamil, kamu masih begini?" Reina menyahut kesal."Kita 'kan suami istri, wajar dong kalau ciuman," jawab Maxime dengan penuh penekanan.Reina menarik selimut untuk menutupi dirinya dan berhenti bicara.Maxime tidak terbiasa didiamkan Reina."Kita ngobrol yuk?"Maxime bahkan tidak menyadari betapa rendah hati sikapnya sekarang."Nggak ada yang perlu kita obrolin. Lepasin, aku mau balik ke kamar," jawab Reina dengan nada dingin.Maxime tidak menyetujui dan malah mempererat pelukannya.Mulai sekarang, dia akan berada di sisi Reina untuk mencegah orang-orang tertentu mencarinya."Belakangan ini samar-samar aku ingat masa kecilku."Reina menatap Maxime ragu-rag
Deron memberi tahu Reina semua informasi yang dia tahu.Hal yang paling aneh bagi Deron saat ini adalah siapa orang yang memberikan informasi ini padanya."Nanti aku kabari lagi kalau ada informasi baru.""Ya, terima kasih Deron."Reina meremas ponselnya, hatinya terasa sangat berat.Tadinya Reina hanya menerka-nerka hubungan Treya dan Tanu, sekarang semua jadi kenyataan.Sungguh, bodoh sekali Diego adiknya ini. Kenapa dia malah membantu orang lain?Ketika Maxime melihat Reina selesai mengobrol, dia bertanya, "Ada apa?"Reina memberitahunya apa yang dikatakan Deron.Sekarang Reina mau memperlakukan Maxime sebagai pendengar."Terus? Kamu mau ngapain?" Sebenarnya Maxime sudah tahu, tapi dulu dia tidak terlalu mempersoalkan hal ini."Aku mau merebut kembali apa yang menjadi milik Keluarga Andara."Tidak masalah kalau Keluarga Andara bangkrut, tapi kalau duduk perkaranya ternyata seperti ini, artinya mereka jelas-jelas tertipu.Pantas saja ayahnya meninggalkan surat wasiat untuk berjaga-ja
Ekspresi Maxime tidak banyak berubah.Untuk menghilangkan rasa malunya, Reina bertanya, "Bukannya kamu udah pergi kerja tadi?"Wajah tampan Maxime bahkan terlihat lebih kesal.Dia saja bahkan tidak keluar rumah hari ini, berangkat kerja apanya?"Hari ini nggak kerja.""Oh, ya sudah istirahatlah."Reina mau pergi, tapi Maxime menghalangi dan berdiri di depan Reina. "Sudah? Gitu aja? Nggak ada lagi yang mau kamu katakan?"Reina teringat hal semalam dan menjawab, "Nggak, aku mau kerja."Reina hendak keluar kamar, tapi Maxime memeluknya erat-erat.Maxime berkata, "Reina, kamu harus ingat kalau aku bukan Morgan, aku nggak akan pernah jadi orang kayak dia."Reina tertegun dan menatapnya."Kamu sudah ingat?""Belum." Maxime mengusap lembut pipi Reina berulang kali, "Aku cuma nggak suka dianggap seperti orang lain sama kamu."Reina memalingkan tatapannya dan menjawab, "Bukan gitu, tadi aku 'kan baru bangun, jadi salah ngomong.""Beneran?" Kata-kata Maxime ini menyiratkan peringatan.Sebelum Re