Diego tercengang. Dia tidak paham kenapa Jovan yang dulu sangat membenci Reina, tiba-tiba bicara membela Reina.Namun, Diego yang kali ini cepat tanggap langsung berkata, "Oke, oke! Aku ngerti. Reina itu kakakku, aku janji akan menghormatinya."Barulah Jovan berdiri tegak, lalu dia bertanya lagi, "Barusan kamu bilang apa? Morgan akan membantumu selama Reina mau ketemu Morgan?"Diego yang takut pada Jovan langsung memberi tahu Jovan apa yang dikatakan Morgan beberapa hari yang lalu.Jovan mendengarkan cerita Diego sampai selesai dan merasa bingung setelahnya."Morgan kenal Reina?""Harusnya sih iya ya. Kalau nggak, kenapa Morgan bicara begitu?" Diego juga tidak paham.Dulu waktu Keluarga Andara dan Keluarga Sunandar masih berhubungan ....Diego ingat Reina pernah diam-diam menulis surat cinta untuk Maxime. Tapi begitu Diego memergokinya, Reina langsung merobek surat itu.Jovan merasa dirinya secara tidak sengaja menemukan sesuatu yang luar biasa.Jovan masih ingin bertanya lebih, tapi s
"Nanti kuminta Ekki periksa," kata Maxime.Reina menggeleng, "Jangan, sekarang kamu 'kan bukan bos Ekki, jadi jangan terus-terusan ngerepotin dia.""Lagian aku sudah minta Deron menyelidikinya kok. Revin bilang Deron pernah menjadi agen dan sangat pandai untuk urusan menyelidiki seperti ini."Deron lagi, Deron lagi ....Maxime hampir saja melupakan pengawal tampan dan cakap ini."Kalau Deron nggak bisa dapat info apa pun, aku bisa minta tolong Revin," lanjut Reina.Reina tidak sadar kalau pria di sampingnya ini cemburu.Bicara tentang Revin ... Reina merasa agak aneh, kenapa belakangan pria itu tidak memberinya kabar?Maxime meremas tangan Reina, lalu berkata, "Kok kamu nggak minta tolong aku?"Reina tertegun sesaat, lalu mengangkat kepalanya dan menatap wajah tegas Maxime. "Kan kamu buta dan amnesia?"Maxime menyesal sudah menggali lubang untuk dirinya sendiri.Maxime berdiri diam dan mencondongkan tubuhnya ke arah Reina."Tapi kalau kamu begini, aku malah cemburu."Hembusan napas Max
Reina mulai terengah-engah, untung ciuman itu tidak berlangsung lama.Tangan Maxime menyentuh wajah Reina yang panas, dia berhenti menciumi Reina dan berbisik, "Kamu kaget ya?"Reina memalingkan wajah dan hendak melepaskan diri dari Maxime, tapi pria itu kembali menariknya."Kamu lagi hamil, jangan banyak gerak-gerak.""Udah tahu aku hamil, kamu masih begini?" Reina menyahut kesal."Kita 'kan suami istri, wajar dong kalau ciuman," jawab Maxime dengan penuh penekanan.Reina menarik selimut untuk menutupi dirinya dan berhenti bicara.Maxime tidak terbiasa didiamkan Reina."Kita ngobrol yuk?"Maxime bahkan tidak menyadari betapa rendah hati sikapnya sekarang."Nggak ada yang perlu kita obrolin. Lepasin, aku mau balik ke kamar," jawab Reina dengan nada dingin.Maxime tidak menyetujui dan malah mempererat pelukannya.Mulai sekarang, dia akan berada di sisi Reina untuk mencegah orang-orang tertentu mencarinya."Belakangan ini samar-samar aku ingat masa kecilku."Reina menatap Maxime ragu-rag
Deron memberi tahu Reina semua informasi yang dia tahu.Hal yang paling aneh bagi Deron saat ini adalah siapa orang yang memberikan informasi ini padanya."Nanti aku kabari lagi kalau ada informasi baru.""Ya, terima kasih Deron."Reina meremas ponselnya, hatinya terasa sangat berat.Tadinya Reina hanya menerka-nerka hubungan Treya dan Tanu, sekarang semua jadi kenyataan.Sungguh, bodoh sekali Diego adiknya ini. Kenapa dia malah membantu orang lain?Ketika Maxime melihat Reina selesai mengobrol, dia bertanya, "Ada apa?"Reina memberitahunya apa yang dikatakan Deron.Sekarang Reina mau memperlakukan Maxime sebagai pendengar."Terus? Kamu mau ngapain?" Sebenarnya Maxime sudah tahu, tapi dulu dia tidak terlalu mempersoalkan hal ini."Aku mau merebut kembali apa yang menjadi milik Keluarga Andara."Tidak masalah kalau Keluarga Andara bangkrut, tapi kalau duduk perkaranya ternyata seperti ini, artinya mereka jelas-jelas tertipu.Pantas saja ayahnya meninggalkan surat wasiat untuk berjaga-ja
Ekspresi Maxime tidak banyak berubah.Untuk menghilangkan rasa malunya, Reina bertanya, "Bukannya kamu udah pergi kerja tadi?"Wajah tampan Maxime bahkan terlihat lebih kesal.Dia saja bahkan tidak keluar rumah hari ini, berangkat kerja apanya?"Hari ini nggak kerja.""Oh, ya sudah istirahatlah."Reina mau pergi, tapi Maxime menghalangi dan berdiri di depan Reina. "Sudah? Gitu aja? Nggak ada lagi yang mau kamu katakan?"Reina teringat hal semalam dan menjawab, "Nggak, aku mau kerja."Reina hendak keluar kamar, tapi Maxime memeluknya erat-erat.Maxime berkata, "Reina, kamu harus ingat kalau aku bukan Morgan, aku nggak akan pernah jadi orang kayak dia."Reina tertegun dan menatapnya."Kamu sudah ingat?""Belum." Maxime mengusap lembut pipi Reina berulang kali, "Aku cuma nggak suka dianggap seperti orang lain sama kamu."Reina memalingkan tatapannya dan menjawab, "Bukan gitu, tadi aku 'kan baru bangun, jadi salah ngomong.""Beneran?" Kata-kata Maxime ini menyiratkan peringatan.Sebelum Re
Grup Rajawali.Morgan mengutus seseorang mengantarkan Syena pulang.Jess, asisten Morgan menghampiri bosnya dengan ekspresi kesal. "Tuan Morgan benar-benar mau bertunangan dengannya?"Jess merasa meski Syena punya rekam jejak yang bagus, wanita ini terlalu sombong dan suka memanfaatkan orang lain, wanita seperti ini tidak terlalu cocok untuk Morgan.Morgan menyesap air hangat di cangkirnya, tidak ada emosi apa pun di matanya yang lembut."Aku sudah cukup umur dan sudah waktunya menikah."Beberapa pria di usianya bahkan sudah punya anak berusia lima tahun."Tapi pernikahan seperti ini ...."Sebelum Jess selesai bicara, Morgan sudah menyela lebih dulu, "Sudah, balik kerja sana."Jess pun hanya bisa pergi dengan mata yang memerah.Undangan pertunangan langsung disebar, tentu Maxime juga mendapatkannya.Maxime sedang bekerja ketika dia menerima undangan itu. Dia bersandar di kursinya dan terdiam ketika Ekki memberitahunya tentang pertunangan Morgan dan Syena."Apa mau ditolak aja?" Ekki me
"Bodoh, mana mungkin ada dokter sehebat itu?" Lyann tahu bahwa Reina sedang bercanda.Dia menepuk tangan Reina sembari berkata, "Aku nggak hidup lama-lama. Orang tua itu makin menjengkelkan kalau makin tua. Aku sudah merasa cukup bisa hidup sampai sekarang."Mata Reina mulai basah, dia berusaha menahan air matanya."Jangan ngomong gitu dong Bu Lyann. Ibu masih harus lihat Riko dan Riki tumbuh besar, melihat mereka menikah dan punya anak, Ibu nanti bisa jadi nenek buyut."Lyann menatap mata Reina yang penuh pengharapan.Dia tentu mau menunggu sampai saat itu tiba, tapi dia sendiri tahu kondisi tubuhnya yang tidak mungkin bisa bertahan selama itu.Dia sudah merasa puas bisa hidup sampai hari ini dan memiliki Reina sebagai putri kandungnya.Satu-satunya hal yang masih dia khawatirkan sampai sekarang adalah karena Reina masih sendiri.Beberapa hari yang lalu, Lyann akhirnya sadar kalau ingatan Maxime pasti sudah banyak kembali, dia juga tahu Maxime tidak punya utang dan terlihat jelas baga
Banyak orang yang memperhatikan wajah tampan Maxime dan berseru kagum."Aduh memang tampan sih, tapi kalau buta tetap aja nggak bisa mandiri.""Kok kamu mikirnya dia dirawat sama si cewe sih? Menurutku cewenya juga cantik.""Iya juga, berarti si cowo menghidupi si cewe? Ya ampun, cewe cantik gitu mau sama cowo buta?"Beberapa wanita yang juga sedang berbelanja di tempat yang sama mulai bergosip.Maxime mendengar perbincangan itu dengan jelas dan auranya menjadi dingin."Reina, aku keluar sebentar.""Mau kubantu?" Reina bertanya."Nggak perlu."Maxime ingat jalannya, dia hanya takut menabrak seseorang.Salah seorang resepsionis pun langsung memapah Maxime dan terpana dengan ketampanannya. "Pak, mau pergi ke mana? Mari saya antar."Namun, senyum di wajah resepsionis itu tidak bertahan lama karena Maxime langsung menepis tangannya sambil membentak."Pergi!"Resepsionis itu kaget dan takut, tubuhnya terhuyung ke belakang dan karena tidak bisa menjaga keseimbangan, dia pun terjatuh.Semuany