Share

Bab 4

Author: Kacang Merah
Alat bantu dengarnya terselimuti darah ....

Pupil mata Reina bergetar, dia buru-buru menyeka telinganya dengan tisu, melepas seprai dan mencucinya.

Reina takut akan ketahuan karena Lyann pasti mengkhawatirkan kondisinya. Jadi, dia diam-diam mengemasi semua barangnya lalu membuat alasan asal dan berpamitan pada Lyann.

Sebelum pergi, diam-diam Reina meninggalkan sebagian uang tabungannya di meja di samping tempat tidur.

Lyann mengantar Reina ke stasiun sambil melambaikan tangan dengan enggan.

Lyann sangat mengkhawatirkan Reina yang sangat kurus, jadi dia menghubungi orang dalam Grup Sunandar.

Sekretaris Maxime langsung melapor begitu tahu pengasuh Reina yang menelepon.

Hari ini adalah hari ketiga sejak kepergian Reina.

Ini juga pertama kalinya Maxime menerima telepon yang berhubungan dengan Reina.

Maxime sedang duduk di kantornya dan begitu mendapat kabar ini, dia sangat senang. Benar 'kan perkiraannya, wanita itu tidak akan bertahan lebih dari tiga hari.

Suara Lyann pun terdengar dari ujung telepon.

"Pak Maxime, saya adalah pengasuh Reina sedari kecil. Saya mohon, bisakah Anda bermurah hati dan memperlakukan Reina dengan lebih baik?"

"Dia nggak sekuat kelihatannya. Waktu baru lahir, Nyonya Treya langsung membuangnya dan menyerahkannya padaku karena dikira tuli."

"Dia baru boleh pulang ke rumah setelah menginjak usia masuk sekolah. Tapi di rumahnya sendiri, hanya Tuan Besar Anthony yang menyayanginya sedangkan yang lain memperlakukannya seperti pembantu ...."

"Pak Maxime dan Tuan Besar Anthony adalah orang yang paling dia sayangi, anggap saja saya memohon pada Anda, tolong perlakukan dia dengan baik ...."

Maxime merasa tertekan saat mendengar suara Lyann yang mulai terisak di ujung telepon.

"Hmph, kenapa bukan dia sendiri yang ngomong padaku? Nggak berani? Sampai perlu orang sepertimu yang mengatakannya padaku."

Maxime menjawab dengan nada dingin, "Mau Reina jadi apa lah, nggak ada hubungannya denganku!"

"Dia pantas hidup seperti itu!"

Setelah itu, Maxime langsung menutup telepon.

Lyann hanya tahu Maxime itu pria yang baik karena Reina memang menceritakannya seperti itu.

Baru sekarang akhirnya Lyann sadar ternyata pria ini begitu kejam dan sama sekali tidak pantas untuk Reina.

...

Reina sedang duduk di mobil dalam perjalanan pulang ke kota.

Ponsel Reina tiba-tiba bergetar, dia membukanya dan mendapati sebuah pesan masuk dari Maxime.

"Bukannya kamu minta cerai? Sampai ketemu besok jam 10 pagi."

Reina menatap kosong pesan itu dan membalas singkat, "Oke."

Sepatah kata itu rasanya menusuk mata Maxime.

Sepanjang hari Maxime tidak bisa fokus.

Akhirnya dia mengajak teman-temannya minum-minum di sebuah kelab.

Marshanda juga datang.

"Hari ini kalau belum mabuk, aku nggak akan pulang."

Jovan duduk di samping Maxime dan bertanya tentang Reina, "Bagaimana kabar si tuli?"

Maxime mengangkat alisnya.

"Nggak perlu menyebutkan namanya lagi, besok kami akan urus surat cerai."

Jovan tercengang tidak percaya. "Serius?"

Mata indah Marshanda berbinar, lalu menuangkan anggur ke gelas Maxime. "Max, aku bersulang untuk hidupmu yang baru."

Malam ini Maxime minum gila-gilaan.

Marshanda ingin mengantarnya pulang, tetapi Maxime menolak.

"Nggak usah, nggak pantas."

Karena besok mereka akan bercerai, mungkin Reina akan pulang malam ini.

Marshanda tidak senang atas penolakan ini, dia pun bertanya, "Kenapa? Toh kalian sudah pasti cerai, apanya yang nggak pantas?"

"Kamu takut hubungan kita ketahuan?"

Hubungan mereka?

Maxime memicingkan mata.

"Jangan berpikir macam-macam."

Setelah masuk mobil, Maxime tetap menyuruh orang untuk mengantar Marshanda pulang.

Sepanjang perjalanan.

Maxime terus melirik ponselnya untuk melihat apa Reina ada mengirimkan pesan untuknya.

Nihil ....

Sesampainya di pintu Vila Magenta, Maxime kembali disambut oleh suasana gelap gulita.

Maxime terlihat kesal, dia masuk rumah dan menyalakan lampu, tetap tidak ada sosok Reina di sana.

Dia tidak pulang ....

Kondisi rumah sama persis seperti saat ditinggalkan Reina.

Efek anggur yang tadi Maxime minum sangat kuat. Dia duduk di sofa dan merasa tidak nyaman, tetapi setelah beberapa saat dia pun tertidur dan mimpi buruk.

Dalam mimpi, dia melihat Reina yang berlumuran darah tersenyum padanya dan berkata, "Max, aku sudah nggak mencintaimu."

Maxime langsung terbangun karena kaget dan mendapati matahari sudah terbit.

Maxime memijit pelipisnya, lalu pergi mandi. Setelah itu dia berganti pakaian memakai setelan jas dan pergi ke kantor sipil.

Di pintu masuk kantor sipil.

Maxime melihat Reina yang mengenakan pakaian berwarna gelap sedang berdiri di bawah pohon besar yang tidak jauh dari situ.

Di bawah gerimis hujan dan dilihat dari jauh, Reina terlihat kurus kering sampai seakan ditiup angin pun bisa terbang.

Maxime teringat sosok Reina waktu mereka baru saja menikah. Wanita itu terlihat sangat ceria dan menawan seperti gadis muda. Beda jauh dengan penampilannya sekarang yang begitu sendu, sudah seperti tanaman hidup segan mati tak mau.

Maxime berjalan lurus menghampiri Reina sambil memegang payung.

Butuh waktu lama sampai Reina menyadari kehadirannya.

Selama tiga tahun ini Maxime tidak banyak berubah, dia tetap tampan, berkarisma, hanya lebih dewasa dan terampil dari sebelumnya.

Sesaat, Reina tenggelam dalam lamunannya. Entah kenapa tiga tahun terakhir yang rasanya berlalu dalam sekejap mata membuatnya merasa seperti sudah menghabiskan seluruh waktu hidupnya.

Maxime mendatangi Reina dan menatapnya dengan dingin, dia sedang menunggu Reina minta maaf.

Sudah cukup 'kan marah selama tiga hari?

Tidak disangka, Reina malah berkata seperti ini padanya, "Maaf sudah mengganggu waktu kerjamu, ayo kita masuk."

Maxime tertegun, tetapi langsung kembali tenang.

"Jangan sampai menyesal."

Setelah itu, Maxime berjalan masuk ke kantor sipil.

Reina menatap punggung Maxime dengan hati pilu.

Apa dia akan menyesal?

Entahlah.

Di loket pengurusan perceraian.

Petugas bertanya pada keduanya apa mereka sudah mantap untuk bercerai, Reina berkata dengan tegas, "Ya."

Tatapan tegas Reina membuat Maxime merasa tertekan.

Setelah selesai mengurus administrasi, mereka diberikan masa tenang dan harus kembali sebulan lagi.

Kalau mereka tidak datang, maka permohonan cerai mereka otomatis batal.

Setelah keluar dari kantor sipil, Reina menatap Maxime dengan tenang dan berkata, "Sampai jumpa bulan depan. Jaga dirimu baik-baik."

Setelah itu, Reina berjalan menerobos hujan dan mencegat sebuah taksi.

Maxime mematung di tempat sambil menatap taksi yang pergi, ada sebuah rasa tak terjelaskan yang timbul di hatinya.

Mungkin ... rasa lega?

Karena Maxime tidak perlu lagi berurusan dengan Reina, dia tidak lagi akan ditertawakan orang lain karena mempunyai istri yang cacat.

...

Reina bersandar di jendela taksi, dia melamun sambil mengamati tetesan air hujan yang meluncur ke bagian bawah jendela.

Si sopir melirik kaca spion dan melihat ada darah mengalir dari telinga Reina, sopir pun berteriak kaget.

"Nona, Nona!"

Sopir sudah berteriak beberapa kali tetapi Reina tidak menjawab.

Sopir pun buru-buru menghentikan mobilnya.

Reina bingung, kenapa mobilnya berhenti padahal dia belum sampai tujuan.

Reina menatap sopir dan mendapati mulut si sopir membuka tutup seolah sedang bicara dengannya, Reina sadar saat ini dia tidak dapat mendengar.

"Maaf Pak, ada apa? Aku nggak bisa dengar."

Sopir pun mengetik di ponselnya untuk memberi tahu Reina kondisi telinganya.

Reina mengulurkan tangannya perlahan dan merasakan sentuhan hangat di ujung jarinya.

Sepertinya dia sudah terbiasa.

"Nggak apa-apa, aku sudah terbiasa, nggak masalah."

Pendengaran Reina memang lemah, tetapi awalnya tidak sampai berdarah seperti ini.

Ini semua bermula saat dua tahun lalu, sahabat Maxime, Jovan mendorongnya ke kolam renang.

Reina tidak bisa berenang sehingga dia hampir tenggelam dan gendang telinganya bengkak, waktu itu dia hampir saja mati.

Setelah dirawat di rumah sakit, gendang telinganya membaik.

Jelas-jelas sebelumnya sudah sembuh, tetapi belakangan entah mengapa kambuh lagi.

Si sopir khawatir dan membawanya ke rumah sakit terdekat.

Reina mengucapkan terima kasih, lalu turun mobil dan pergi menemui dokter sendirian.

Reina pergi ke dokter langganannya.

"Dokter Vino, sepertinya ingatanku belakangan ini sangat buruk, aku sering lupa apa yang sedang aku lakukan," jelas Reina.

Kejadian ini terjadi lagi pagi ini. Tadi pagi waktu bangun, dia butuh waktu cukup lama untuk mengingat bahwa hari ini dia punya jadwal mengurus perceraian dengan Maxime.

Dokter tampak sedih dan khawatir saat membaca laporan diagnosis terbaru Reina.

"Nona Reina, saya sarankan Anda melakukan tes lain seperti tes psikologi."

Tes psikologi ....

Reina mengikuti saran dokter dan memeriksakan kondisi psikologisnya.

Hasilnya, dia didiagnosis menderita depresi.

Pasien yang menderita depresi berat bisa kehilangan ingatan.

Sebelum pulang ke hotel, Reina membeli buku catatan dan sebuah pulpen. Dia mencatat semua hal yang terjadi beberapa hari belakangan dan meletakkan buku itu di samping tempat tidurnya. Esok pagi saat bangun, Reina akan membaca catatannya untuk mengingat kembali cerita hidupnya.

Semua orang heboh saat mendengar kabar perceraiannya dengan Maxime.

Malam itu, Treya meneleponnya berkali-kali, tetapi Reina tidak mendengarnya.

Keesokan paginya, barulah Reina melihat tumpukan pesan dari Treya.

"Sekarang kamu ada di mana?"

"Kamu pikir kamu ini siapa? Bahkan kalau mau bercerai, harusnya Maxime yang menceraikanmu!"

"Benar-benar lintah nggak berguna! Waktu kamu menikah, ayahmu kecelakaan, sekarang setelah bercerai, kamu ingin Keluarga Andara bangkrut?"

Reina sudah terbiasa dengan pesan kasar ini.

Reina membalas.

"Bu, mulai sekarang kita harus mandiri, jangan terlalu bergantung pada orang lain."

Tidak lama kemudian, Treya membalas pesannya.

"Dasar wanita licik nggak berperasaan! Harusnya aku nggak melahirkanmu!"

Reina tidak membalas lagi dan meletakkan ponselnya di samping.

Reina sudah membayangkan, sebulan lagi dia sudah resmi bercerai dengan Maxime, setelah itu dia akan meninggalkan Kota Simaliki dan memulai hidup baru.

...

Hari terus berlalu, kesehatan Reina semakin memburuk dari hari ke hari.

Frekuensinya menjadi tuli semakin sering dan terkadang butuh waktu lama untuk pulih.

Daya ingatnya juga menurun drastis.

Mungkin kecacatan pendengarannya tidak bisa sembuh, tetapi depresi bisa.

Jadi, Reina ingin membahagiakan dirinya sendiri dengan menyibukkan diri.

Dia mendaftar menjadi relawan untuk merawat para lansia dan yatim piatu.

Ternyata kehadirannya cukup membantu, Reina seakan menemukan arti hidup.

Beberapa hari kemudian, di suatu pagi ....

Setelah bangun, Reina langsung membaca buku catatannya, lalu bersiap pergi ke panti asuhan.

Namun, begitu melihat ponselnya, Reina mendapati ada tumpukan pesan yang belum dibaca.

Pesan pertama dari Treya.

Selanjutnya dari adiknya, Diego.

Terakhir dari Marshanda ....

Reina membacanya satu per satu.

Pesan dari Treya: "Selamat, semua terjadi seperti rencanamu. Keluarga Andara bangkrut."

Pesan dari Diego: "Sembunyi saja sana, aku belum pernah melihat kakak yang begitu kejam dan pengecut sepertimu."

Pesan dari Marshanda: "Reina, turut berbela sungkawa ya. Sebenarnya bagus sih, karena Grup Andara pasti bisa lebih maju di tangan Max."

Pesan dari Marshanda: "Karena dulu Keluarga Andara sudah membantuku, katakan saja kalau ada yang bisa kubantu, kalau aku bisa, pasti akan kutolong."

Reina yang sudah hampir memutus koneksi dengan dunia luar masih belum mengerti apa yang terjadi.

Tidak berapa lama, berita hangat tersaji di hadapannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (15)
goodnovel comment avatar
Arkana Rehan
bagus banget
goodnovel comment avatar
Yovan Reri08
ad Aj masalahnya
goodnovel comment avatar
Beatrix Abineno
urus diri masing masing
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2303

    Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2302

    Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2301

    Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2300

    Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2299

    Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2298

    Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status