Share

Bab 3

Author: Kacang Merah
Suara Reina begitu tenang dan ringan.

Seolah perceraian ini hanya hal sepele.

Pupil mata Maxime menegang.

"Apa katamu?"

Selama pernikahan mereka, seketerlaluan apa pun perlakuan Maxime padanya, Reina tidak pernah menyebut kata 'cerai'.

Sebenarnya Maxime paham betul betapa Reina sangat mencintainya.

Tatapan Reina yang awalnya kosong saat ini berubah menjadi sangat tajam.

"Pak Maxime, selama ini aku sudah menjadi penghalangmu."

"Kita cerai saja."

Maxime meremas tinjunya kuat-kuat.

"Kamu dengar pembicaraanku barusan, 'kan? Keluarga Andara sudah berada di ujung jurang, apa bedanya menikah denganku atau menikah dengan orang lain?"

"Apa tujuanmu bercerai? Kamu mau anak atau mau uang? Atau mau mengancamku supaya aku nggak melakukan apa pun pada Keluarga Andara?" Maxime bertanya dengan dingin.

"Jangan lupa, aku sama sekali nggak mencintaimu, ancamanmu nggak berguna untukku!"

Sosok Maxime di mata Reina tiba-tiba menjadi kabur. Reina merasa tenggorokannya tercekat dan telinganya sakit. Bahkan dengan alat bantu dengar, dia tidak bisa mendengar dengan jelas perkataan Maxime selanjutnya.

Jadi, Reina hanya bisa menjawab pertanyaan Maxime, "Aku nggak mau apa-apa."

Takut Maxime menyadari ada yang janggal, Reina pun buru-buru meninggalkan ruang kerja.

Maxime menatap punggung Reina, entah kenapa dia belum pernah sekesal ini.

Dia tidak pernah mengendalikan emosinya demi orang lain, jadi dia langsung membalikkan meja di depannya.

Sup yang dimasak Reina pun tumpah ....

...

Reina kembali ke kamar dan menegak banyak obat.

Dia menyentuh telinganya dan mendapati jarinya terlumuri darah segar.

Mungkin karena efek obat, saat matahari baru saja terbit di ufuk timur, pendengaran Reina sudah pulih.

Reina melamun sambil memandangi sinar matahari yang menembus dari celah jendelanya.

"Hujan sudah berhenti."

Hari ini, Maxime tidak pergi ke mana-mana.

Sedari pagi dia hanya duduk di sofa dan menunggu Reina yang menyesal datang minta maaf padanya.

Selama tiga tahun pernikahan, ada kalanya amarah Reina meledak.

Namun, setiap kali setelah selesai marah dan meluapkannya dalam tangisan, tidak berapa lama Reina pasti akan datang minta maaf.

Maxime pikir kali ini pasti sama saja.

Maxime melihat Reina yang bersiap pergi setelah selesai mandi. Seperti biasa wanita itu mengenakan pakaian berwarna gelap, tetapi kali ini sambil menyeret koper dan ada sebuah dokumen di tangannya.

Ketika Reina menyerahkan dokumen itu pada Maxime, barulah dia menyadari kalau itu adalah dokumen persetujuan perceraian.

"Max, telepon aku kalau sudah ada waktu."

Reina mengucapkan kalimat ini dengan santai dan tanpa ekspresi apa pun, lalu keluar dari rumah sambil menyeret kopernya.

Setelah hujan berlalu, cuaca begitu cerah.

Seketika, Reina merasa seperti terlahir kembali.

Maxime hanya berdiri mematung sambil meremas dokumen perceraian itu.

Setelah beberapa lama, barulah Maxime tersadar dari lamunannya.

Hari ini adalah hari terakhir perayaan hari ziarah makam.

Di hari seperti ini tahun-tahun sebelumnya, Maxime biasanya membawa Reina pulang ke kediaman utama untuk berdoa untuk para leluhur.

Tentu semua kerabat Keluarga Sunandar memperlakukan Reina dengan berbeda.

Hari ini, Maxime sendirian.

Maxime sangat gembira.

Di kediaman utama.

Joanna Debrista, ibu Maxime, juga kerabat lain bingung saat melihat Maxime datang sendirian.

Biasanya di saat seperti ini, Reina sebagai cucu menantu tertua akan datang paling awal dan pulang paling terakhir untuk mengambil hati kerabat lainnya.

Apa hari ini dia tidak datang?

Joanna mengernyit dan bertanya pada putranya, "Max, mana Reina?"

Tatapan Maxime menjadi dingin saat mendengar pertanyaan ini.

"Dia minta cerai, lalu kabur dari rumah."

Semua orang tercengang dan suasana sontak menjadi sunyi. Tidak ada yang memercayainya.

Joanna juga sangat terkejut.

Di dunia ini, selain orang tuanya sendiri, tidak ada yang lebih mencintai Maxime selain Reina.

Tujuh tahun lalu, Maxime terluka parah dan Reina-lah yang menyelamatkannya.

Empat tahun lalu, keduanya sudah bertunangan. Suatu hari Maxime pergi ke Kota Debai untuk keperluan bisnis, malangnya terjadi sesuatu masalah.

Semua orang mengatakan Maxime sudah mati, hanya Reina yang tidak mau memercayainya. Tanpa mengucap sepatah kata pun, dia langsung pergi ke Kota Debai.

Di kota yang ada di negara asing itu dia berjuang sendirian mencari Maxime selama tiga hari penuh.

Begitu pula setelah menikah, Reina selalu sangat berhati-hati dalam mengurus urusan rumah tangga dan memperlakukan orang-orang di sekitar Maxime termasuk sekretarisnya dengan baik.

Bagaimana bisa Reina yang seolah tidak bisa hidup tanpa Maxime minta cerai?

Kenapa?

Joanna tidak paham, tetapi dia senang wanita itu sudah melepaskan putranya.

"Mau diusahakan seperti apa pun, wanita sepertinya nggak bisa naik kelas untuk sederajat dengan kita. Baguslah kalau cerai."

"Dia sama sekali nggak pantas untukmu."

Begitu ibu Maxime berkomentar, yang lain pun ikut menimpali.

"Ya, benar itu. Kak Max masih muda dan tampan, apalagi sekarang sedang berada di puncak kejayaan, sayang Reina sudah menjadi penghalang selama ini."

Acara yang harusnya diisi dengan mendoakan para leluhur berubah jadi gosip yang menghina Reina.

Mereka semua membuat sosok Reina seperti orang jahat.

Anehnya, Maxime harusnya ikut merasa senang, 'kan? Namun, kenapa ejekan orang-orang itu membuatnya kesal?

Maxime pun pulang lebih awal.

Langit mulai gelap saat dia sampai di Vila Magenta.

Maxime membuka pintu dan melangkah masuk, dirinya langsung diselimuti oleh kegelapan dan membuatnya sadar bahwa Reina sudah benar-benar pergi.

Maxime melepas sepatunya, lalu melemparkan mantelnya ke mesin cuci.

Entah mengapa hari ini rasanya dia begitu lelah.

Maxime berniat mengambil sebotol anggur dari tempat penyimpanan anggur untuk merayakan kepergian Reina.

Namun, dia baru sadar bahwa tempat itu terkunci dan dia tidak punya kuncinya.

Maxime tidak suka keberadaan ada orang luar, sehingga tidak ada pembantu di vila ini.

Selama ini, Reina-lah yang sudah mengurus semuanya.

Maxime akhirnya hanya bisa kembali ke kamar dan membuka ponselnya. Tidak ada notifikasi lain selain urusan pekerjaan, sudah sehari berlalu dan Reina masih belum menelepon atau mengiriminya pesan.

"Cih! Aku mau lihat sampai berapa lama kamu tahan?"

Maxime membuang asal ponselnya, lalu berjalan menuju dapur.

Dia langsung tercengang begitu membuka kulkas.

Karena ternyata selain makanan, banyak sekali berbagai macam obat tradisional.

Maxime mengambil salah satu bungkus itu dan membaca nama obatnya, "Sehari lima bungkus, ramuan khusus kesuburan."

Obat kesuburan ....

Maxime bisa mencium bau tidak sedap dari obat-obatan itu.

Ah, akhirnya dia tahu dari mana bau tidak sedap tubuh Reina yang tercium olehnya dulu.

Maxime mencibir, seberapa banyak pun Reina minum obat, dia tidak mungkin hamil karena mereka berdua tidak pernah berhubungan intim.

...

Di sisi lain, di sebuah motel kecil di jalan yang gelap.

Reina yang lemah membuka matanya perlahan, kepalanya terasa sangat sakit dan lingkungan di sekitarnya sangat sunyi.

Dia tahu kondisinya semakin buruk.

Biasanya, dia tetap bisa mendengar sedikit suara meski tanpa alat bantu dengar.

Reina berdiri dengan meraba-raba, mengambil obat dari meja di samping tempat tidur dan menjejalkannya ke dalam mulut dengan paksa. Rasa obat itu sangat pahit dan sepat.

Kemarin, Reina pergi dari Vila Magenta yang sudah ditinggalinya selama tiga tahun.

Dia pulang ke rumah orang tuanya.

Namun, baru saja sampai di depan pintu, dia mendengar ibu dan adiknya, Diego Andara sedang berdiskusi akan menikahkannya dengan kakek tua berusia 80-an tahun setelah Keluarga Sunandar mendepaknya ....

Reina memandang pintu dengan tatapan kosong, dia sadar sekarang dia sudah tidak punya rumah.

Meski belum makan apa pun selama dua hari, Reina tidak merasa lapar.

Hanya saja dunianya terasa begitu hening, begitu sunyi.

Sepertinya tahun ini Kota Simaliki lebih sering diguyur hujan dibanding tahun-tahun kemarin.

Reina memandangi para pejalan kaki yang bergegas mencari tempat berteduh di luar sana, kebanyakan mereka bersama orang lain, baik berdua atau bertiga, hanya Reina yang sendirian.

Reina yang sudah tidak tahan lagi pun membeli tiket ke luar kota, dia pergi ke sebuah desa untuk mendatangi orang yang sudah mengasuhnya dari kecil, Lyann Kintara.

Reina sampai di tempat tujuan sekitar jam sembilan malam.

Waktu Lyann melihat Reina, wajah ramahnya terlihat sangat terkejut.

"Nana ...."

Melihat dirinya disambut dengan senyum ramah Lyann, hidung Reina terasa masam. Dia mengulurkan tangan untuk memeluknya, "Bu Lyann ..."

Karena alasan kesehatan, Lyann tidak pernah menikah dan tentunya tidak punya anak kandung.

Bagi Reina, Lyann sudah seperti ibu kandungnya sendiri.

Malamnya. Reina bersandar di pelukan Lyann, seolah kembali ke masa kecilnya dulu.

Lyann memeluknya dan menyadari tubuh Reina sangat kurus, bahkan sudah seperti tulang yang terbungkus kulit.

Tangan Lyann yang ada di punggung kurus Reina tidak bisa berhenti gemetar. Dia berusaha menenangkan Reina. Dia bertanya dengan hati-hati, "Nana, apakah Max memperlakukanmu dengan baik?"

Reina tercekat waktu mendengar nama Maxime, awalnya dia ingin membohongi Lyann dan mengatakan semuanya baik-baik saja ....

Namun, dia tahu Lyann bukan wanita bodoh.

Kini setelah Reina memutuskan untuk pergi, dia tidak ingin lagi membohongi dirinya sendiri atau orang lain yang mencintainya.

"Wanita yang dia cintai sudah kembali. Aku akan melepaskannya dan menceraikannya."

Lyann tertegun tidak percaya.

Bukan hanya sekali Reina mengatakan padanya kalau dia ingin menghabisi hari tua bersama Maxime.

Lyann tidak tahu harus berkata apa. Akhirnya dia hanya menghibur Reina dengan mengatakan bahwa ada begitu banyak orang di dunia ini, pasti ada seseorang yang akan mencintainya dengan tulus.

Reina mengangguk dalam diam, dengungan di telinganya menutupi suara Lyann yang menenangkan.

Jarang sekali Reina bisa tidur nyenyak, tetapi malam itu dia terbangun dan sangat terkejut waktu melihat noda darah di seprai bermotif bunga kasurnya.

Reina menyentuh telinga kanannya dan merasa ada sesuatu yang lengket.

Reina membuka jarinya dan melihat ada noda darah ....

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (17)
goodnovel comment avatar
Buchori Arahman
p no 0 93 .,
goodnovel comment avatar
Arkana Rehan
bagus banget
goodnovel comment avatar
Tri Maryati
seru critanya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2303

    Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2302

    Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2301

    Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2300

    Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2299

    Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2298

    Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status