Home / Fantasi / Risking the Betrayal / Bab 2. Sistem [Selamatkan dunia ini. Gagal berarti hukuman mati.] [Y / T]

Share

Bab 2. Sistem [Selamatkan dunia ini. Gagal berarti hukuman mati.] [Y / T]

Author: Ara.Sa
last update Last Updated: 2025-01-15 16:37:24

Sistem 

[Selamatkan dunia ini. Gagal berarti hukuman mati.] 

[Y / T]

Liora menatap layar biru transparan yang melayang di hadapannya. Satu kalimat terpampang jelas, dan tidak memberikan ruang untuk menolak. 

Dunia Mystic Horizon.

Tapi kenapa bukan tokoh utama? Kenapa ia malah terjebak dalam tubuh Lyara Blackthorn si Pengkhianat Kehancuran?

“Ini gila…” bisiknya. Matanya menatap pilihan di layar, Y dan T. Hidupnya kini bergantung pada sistem misterius yang seakan mempermainkan nasibnya.

Ia mencoba mengingat alur permainan Mystic Horizon, tapi ingatannya kabur. Ia bahkan belum pernah menamatkan misi dalam game ini. Sekarang, ia tak hanya harus bertahan, tapi juga hidup sebagai karakter yang dibenci semua orang meskipun dulu diam-diam ia menyukainya.

“Bisakah aku menolak?” harapnya, hampir putus asa.

Sistem menjawab tanpa jeda:

[Quest tidak dapat ditolak.]

[Quest tetap harus dijalankan.]

Liora tertawa lirih. Tak ada jalan keluar. Dengan tangan gemetar, ia memilih Y.

Layar berganti.

[Profil Karakter: Lyara Blackthorn]

[Julukan: Pengkhianat Kehancuran]

[Status: Diburu hidup atau mati]

[Kekuatan:Berpedang - kekuatan lain akan terbuka seiring misi dan ingatan kembali]

“Diburu…hidup atau mati?” desisnya. Dunia ini tak hanya asing bahkan memusuhinya sejak awal.

Sistem kembali muncul:

[Misi Utama: Pulihkan keseimbangan Mystic Horizon]

[Kegagalan: Eksekusi langsung.]

“Terima kasih atas sambutan hangatnya,” gumam Liora sarkastis. Tapi dibalik ketakutan itu, sebuah tekad mulai menyala kembali. Jika ini ujian, ia akan hadapi. Jika ini perang, maka ia akan bertahan untuk kembali ke dunianya.

Sebuah suara kecil menyentak kesadarannya.

“Tuan?”

Seekor beast mungil berbentuk kucing hitam pekat mendekat. Matanya biru bersinar, tubuh mungilnya membawa kehangatan yang asing tapi menenangkan.

“Kael…” gumam Liora, mengenali makhluk itu dari ingatan game. Sang pelindung setia.

Kael tampak gusar. “Tuan seharusnya tidak mengambil risiko sebesar itu! Setelah menyerap mana dan perang terakhir, kekuatan Tuan tak stabil! Tapi jangan khawatir apapun yang terjadi aku akan melindungimu.”

Liora menghela napas. Sebelum sempat menjawab, layar kembali menyala.

Sistem

[Misi baru: Tetaskan Telur Naga dalam 24 jam]

[Kegagalan: Eksekusi langsung]

[Y / T]

“Setidaknya, ini tak seberat menyelamatkan dunia,” gumam Liora lega.

“Tuan!” suara Kael menegur, kesal karena diabaikan.

“Maaf, Kael…” jawabnya pelan.

Beast itu memalingkan wajah, namun suaranya melunak. “Sebaiknya kita keluar dari ruang sihir ini dan istirahat, Tuan.”

Mereka berjalan menuruni tangga, menuju kamar di lantai dua. Aroma pinus menguar dari dinding kasar. Sebuah jendela kecil memperlihatkan langit malam yang pekat, sementara lentera di atas meja memancarkan cahaya temaram.

“Silahkan bersihkan diri dulu, Tuan,”

Setelah membersihkan diri, Liora meletakan  telur naga dengan hati-hati dalam keranjang kecil yang sudah di taruh Kael di kasurnya. 

Liora menatap telur itu. Hangat, rapuh dan penuh harap.

“Terima kasih, Kael… Kau sudah bekerja keras. Sekarang, giliran aku yang akan menjaga telur ini. Beristirahatlah.”

Kael mengangguk, lalu beristirahat dengan tubuh lelahnya.

Liora membaringkan tubuhnya. Misi ini mungkin tampak sederhana, tapi ia tahu…kehidupan baru sedang tumbuh di dalam cangkang itu dan dunia bisa saja bergantung padanya.

“Selamat malam. Mimpi indah telur naga.”

Ia mengelus pelan permukaan telur yang dingin.

Namun belum sempat terpejam, layar biru kembali muncul.

Sistem

[Ada entitas asing mendekat!]

Catatan: Beast adalah makhluk mistis yang memadukan pesona hewan dengan kekuatan magis dan perilaku luar biasa. Ia memiliki kontrak sakral dengan tuannya, beast tidak hanya berperan sebagai pelayan setia tetapi juga sebagai pelindung.


Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Risking the Betrayal   Bab 20. Pertarungan di Bawah Langit Membeku

    Perlahan, angin kencang dengan salju menjadi badai ganas, menggulung langit kelabu dan membekukan nafas siapapun yang berdiri disini. Ini bukan sekedar badai biasa tapi kemarahan dari Fronstntra.Dua matanya yang membara membelah kabut, menatap tajam ke arah mereka yang berdiri di hadapannya.“Kemurahan hatimu, Cael…. telah membawa kehancuran ini! Sudah kuperingatkan kau!”Cael mengepalkan tangan, rahangnya mengeras. Dia tahu, semua ini adalah buah dari keputusannya sendiri. “Saya… akan bertanggung jawab, Sang Naga.”Ysirth mengeluarkan tawa panjang, bergema hingga puncak gunung yang jauh. Suaranya mengguncang salju.“Ha..Ha…Ha.. Tanggung jawab?”Badai makin menggila. Liora yang berdiri di sisi Cael menatap sosok naga itu dengan tajam. Namun, saat matanya bertemu dengan tatapan biru Ysirth, sejenak waktu terasa seperti terhenti.“Zuko…” suara naga itu menggelegar, menyebut nama yang membuat mereka menegang.“Kau akan menerima hukuman atas kematian Lore.”Cael membatu.Lore yang menjag

  • Risking the Betrayal   Bab 19. Melawan monster di Fronstntra

    Happy Reading ❄️Aelric berteriak, “Lioraaa!!”Tanpa sadar, Liora mengalirkan elemen Electro dari dalam tubuhnya. Pedangnya berubah memancarkan cahaya ungu menyala.Dalam satu tebasan cepat, ia membelah serangan es yang meluncur ganas ke arahnya. Retakan es menyebar di udara menjadi serpihan debu putih.Dari kejauhan, Cael menyipitkan mata, terkekeh. “Huh, keren juga. Tapi aku tidak akan kalah.”Ia melompat turun dari punggung Row dengan kelincahan khasnya, elemen icy mulai berputar di sekelilingnya.Liora melirik ke arahnya, senyum tipis muncul di bibirnya. “Kalau begitu, waktunya kita tunjukkan siapa yang sebenarnya berkuasa di medan ini.”Tanpa aba-aba, Blizzenok melolong dan meluncurkan serangan es ke arahnya. Bongkahan es sebesar manusia ditembakkan, memecah tanah. Liora melesat ke kanan, lalu ke kiri, menghindari setiap serangan dengan gerakan yang lincah dan berani. Saat satu serangan nyaris mengenainya, ia meloncat tinggi, mengalirkan elemen Electro ke pedangnya hingga bilahny

  • Risking the Betrayal   Bab 18. Sekutu baru

    Cael dengan hati-hati memasukkan bunga Cryzale ke dalam ramuan yang sedang mendidih. Aroma manisnya menyebar di gubuk kecilnya, mengisi udara dingin dengan harapan yang hangat. Dengan cepat, ia melumuri ramuan itu ke seluruh tubuh ayah Erdo, yang terbaring membeku dalam keheningan. Seketika, cahaya biru berkilau memancar dari tubuh Erdo yang pucat, dan perlahan-lahan, warna kehidupannya kembali pulih.“Ughh... Aku di mana?” suara ayah Erdo terdengar lemah, tetapi penuh kebingungan.“Ayah..”Erdo memeluk ayahnya dengan penuh kebahagiaan, air mata mengalir di pipinya. Ramuan yang Cael berikan telah menghapus kutukan yang mengikat ayahnya, mengembalikan harapan yang hilang.“Terima kasih, Tuan Cael.” ucap Erdo, suaranya bergetar penuh rasa syukur.Namun, Cael hanya mengangguk acuh, wajahnya kembali dingin dan tak terbaca. “Kalian harus pergi dari sini, Liora,” katanya, nada suaranya tegas.“Tuan Cael, Anda harus kembali ke desa,” pinta ayah Erdo, gelisah, matanya penuh harap.“Tidak. Ram

  • Risking the Betrayal   Bab 17. Cael Winterblade - Ksatria Penjaga Gerbang Icy

    Di puncak tebing berselimut salju, seorang pria bertopeng berdiri membisu, menatap ke bawah. Di bawah sana, kawanan Blizzenok bersorak liar, menikmati pesta dingin mereka dengan raungan yang menggema di udara. Angin membawa tawa dan teriakan mereka, tetapi Maltherio hanya menatap, muak karena harus tetap diam.“Berapa lama lagi kita hanya akan menonton?” gumamnya kesal, suaranya penuh ketidakpuasan. “Ayolah, Zuko. Sudah waktunya membuat sedikit kekacauan, bukan?”Anak laki-laki berjubah dengan kepala tanduk rusa perlahan menatap Maltherio. Ia melepas penutup kepalanya, memperlihatkan mata emas yang menyala di tengah badai salju, seolah menyimpan kekuatan yang tak terduga.“Diam,” ucap Zuko dingin, suaranya seperti salju yang jatuh perlahan, menambah ketegangan di antara mereka.Maltherio mendengus, topeng di wajahnya menyembunyikan senyum miring. “Kau tahu aku tak suka dipaksa menunggu. Kekacauan... adalah permainan yang lebih mengasyikkan daripada hanya diam melihat kawanan Blizzenok

  • Risking the Betrayal   Bab 16. Anak kecil di tengah monster

    Happy Reading ❄️Liora menghentikan langkahnya. Matanya menyipit, berusaha menangkap suara itu.“Aelric… kau dengar itu?”Aelric menoleh. Ekspresinya menegang.“Ya, aku mendengarnya.”Di kejauhan, bayangan gelap mulai terlihat di balik kabut. Para monster sedang mengelilingi sesuatu, gerakan mereka lincah dan penuh ancaman. Liora menahan nafas, jantungnya berdegup kencang.Lima monster kristal salju berdiri mengelilingi sesuatu di tengah lingkaran mereka. Tubuh mereka transparan, berkilau seperti pecahan kaca, memantulkan cahaya bulan yang redup.“Aertherwing, lihat dari atas!” perintah Aelric tegas, suaranya penuh otoritas.Burung besar itu langsung mengepakkan sayap emasnya dan terbang menembus hawa dingin, menghilang ke dalam kabut.Beberapa detik kemudian, Aertherwing kembali turun, wajahnya serius. “Ada anak laki-laki di sana. Ia terjebak... oleh Blizzenok.”Liora menegang. “Blizzenok?”Aelric tidak menjawab. Ia sudah menarik tombaknya, melempar dengan kekuatan mana penuh ke arah

  • Risking the Betrayal   Bab 15. Teleportasi ke Frostntra

    Liora menatap kastil megah di halaman belakang Duke, dikelilingi oleh rimbunnya pepohonan yang menjulang tinggi. Saat gerbang besi perlahan terbuka dengan derit berat, hawa dingin dan misterius menyambut mereka. Langkah kaki mereka menggema di halaman belakang yang luas, menciptakan suasana yang penuh harapan dan ketegangan.“Jika ini dunia nyata,” pikir Liora, “kastil ini sudah pasti aku jadikan latar utama dalam novel.”Baginya semua terasa terlalu sempurna untuk dianggap nyata, terutama sosok karakter game Aelric, Roderick, dan sang Duke sendiri. Mereka bukan hanya berkarisma, tetapi juga tampak menakjubkan dalam kenyataannya.Di depan pintu belakang kastil, Aelric berdiri dengan Aertherwing, burung itu bertengger tenang di pundaknya. Di sebelahnya, Duke Vireon dan Theo menyambut mereka dengan senyum tipis.“Selamat datang, Liora,” ucap Duke Vireon, suaranya dalam dan penuh wibawa.“Terima kasih, Yang Mulia,” balas Liora, sedikit membungkuk dengan rasa hormat.Ia membalas senyum Ael

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status