Share

Road 3 KM

Taehyung sejak mendarat di bandara ia sudah menghubungi Junsu. 

Dulu mereka sempat bertetangga waktu sekolah di China. Lantas hubungan mereka hingga kini masih terjaga.

Junsu yang mendapat kabar bahwa Taehyung tiba di bandara. Segeralah dia menawarkan diri menjemput Taehyung yang kebetulan membawa barang sekiranya muat di mobilnya. 

Beberapa menit perjalanan ke bandara akhirnya sampai juga. Junsu mendapati Taehyung berdiri di luar pintu bersama Jiyeon. Mereka berdua tampak berjauhan satu sama lain. 

Dan sepertinya Taehyung enggan memperdulikan kehadiran Jiyeon apalagi memandang wajah Jiyeon yang memelas. Mereka bertingkah seolah-olah sepasang kekasih yang saling bertengkar, memilih membisu dan bersikap dingin. 

Junsu dapat membaca apa yang terjadi diantara Jiyeon dan Taehyung saat itu, ia hanya tersenyum seraya membantu Taehyung memasukan barangnya.

Junsu sudah kenal dengan sosok Jiyeon karena mereka saling bertemu saat Junsu berkunjung ke kamar Jiah. 

Baru pertama kali ini ia melihat Jiyeon memelas. Junsu belum bisa menebak apa masalah diantara mereka, sampai akhirnya di pertengahan jalan Jiyeon berusaha meminta maaf pada Taehyung.

 “Mohon maaf, dokter Kim,” ucapnya lemah.

“… . . ”

“Dokter Kim?”

“… .”

“Dok-“

“Aasshhh, berisik,” bentaknya kesal. Lampu merah menghadang jalan, Junsu menginjak rem.

“Ya, Taehyung jangan bersikap kasar terhadap wanita. Maafkan temanku yang tidak sopan ini.” ujar Junsu sopan.

Taehyung diam menyikapinya.

“Ah, tidak apa-apa karena saya yang salah, sewajarnya diperlakukan begitu,” melasnya.

“Maksud perkataanmu sewajarnya apa? Jangan membuatku seakan-akan aku ini orang jahat!” bentaknya pelan.

“Sudah sudah... lagian, apa yang Jiyeon nuna(panggilan kakak perempuan oleh laki-laki) perbuat sampai kau galak kayak gini?” lerainya mencoba mengalihkan perhatian.

“Tadi di bandara, saya tidak sengaja menabrak dokter Kim hingga kopinya tumpah di baju dokter. Bukan kopi saja yang jadi masalah, saya juga mengatai dokter Kim kabur dari rumah dan . . . menghina dokter Kim,” ungkapnya melas.

Raut wajah Jiyeon kembali merengut ketika menjelaskan kejadian yang terjadi sebelumnya.

“Benarkah! Daebak!(keren)” Junsu kini paham yang Jiyeon rasakan saat ini.

“Sudah jangan berisik! Lihat sudah lampu hijau. Junsu jalan, dan kau jangan bicara bahaya kalau dia menabrak,” perintah Taehyung. Mereka mematuhi perkataan Taehyung.

 “Kita sudah sampai!” ucap Junsu.

Taehyung, orang yang jadi bahan pembicaraan pun sudah sampai di rumah sakit bersama Jiyeon dan Junsu. Mereka berdua keluar dari mobil sport kuning Junsu.

“Terimakasih, Junsu-ssi[tuan/nona].”u cap Jiyeon dengan membungkuk.

“Okay” jawabnya lembut, “cepatlah masuk ke dalam hyung, sudah ditunggu dari tadi di ruang meeting.” lanjutnya.

“Aku tau! Kau tak ikut aku ke dalam?”

“Aku masih ada urusan.”

“Baiklah kalau gitu hati-hati.” Taehyung pergi meninggalkan mereka berdua. Junsu menjalankan mobilnya lagi.

Kini tinggal Jiyeon sendiri.

“Dokter Kim tunggu!” Jiyeon mengejar Taehyung. Ia tetap berjalan ke depan tanpa memperdulikan Jiyeon. Jiyeon tetap mengikutinya dari belakang.

“Dokter Kim maaf saya tidak tau dan tidak sengaja tadi,” ucapnya terbata-bata.

Ia masih merasa bersalah akibat kejadian di bandara tadi terutama tentang kopi yang mengenai Taehyung.

Taehyung memilih membisu daripada memperdulikan Jiyeon, “Mohon maaf, dokter Kim, dokter Kim,” Jiyeon semakin mendesak Taehyung untuk meresponnya.

Sepanjang perjalanan menuju ruang rapat Jiyeon berulang kali mengatakan kata maaf. Beruntung ruang rapat tak jauh dari tempat mereka masuk. Ruang rapat tersebut berada di bagian sudut gedung. 

Ia berhenti lalu berbalik ke belakang menatap mata Jiyeon, “Iya, iyaaa, arghh,” dengusnya. Taehyung kembali berjalan ke depan.

Ia tak tahan dengan ocehan Jiyeon. Beruntung pintu ruang meeting sudah di hadapan Taehyung. Tanpa Jiyeon sadari ia mengikuti Taehyung hingga ke ruang rapat. 

Ketika pintu di depan matanya, ia langsung menarik cukup keras gagang pintu ke dalam tanpa melihat Jiyeon di belakang sedang membungkuk berulang kali, “Terimakasih, terimakasih,teri-ukh!” 

Duk! Keningnya terbentur benda keras terbuat dari kayu, bukan lain pintu yang di buka Taehyung. 

Suara benturan berhasil menyedot perhatian semua orang yang ada di dalam ruangan terutama Taehyung.

Semua orang terlihat terkejut juga kebingungan. Taehyung baru sadar bahwa di belakang pintu ada Jiyeon yang mengikutinya sampai ke sini. 

Ia memeriksa keluar mendapati Jiyeon yang lagi menggosok-gosok pelan keningnya. 

“Kau baik-baik saja?” tanya Taehyung.

“Sakit aaah,” Jiyeon merengek kesakitan, bagaimana tidak sakit terbentur kayu setebal 5cm.

“Ssst, siapa suruh kau mengikutiku padahal aku sudah memaafkanmu tapi kau ngeyel. Hss, sini kulihat,” omelnya pelan.

Ia menyingkirkan rambut Jiyeon yang menutupi keningnya. Tangan Taehyung mengelus kening Jiyeon. Dengan posisi membungkuk sedangkan Jiyeon jongkok di bawah.

“Biar saya urus sendiri. Saya pamit ke ruang obat,” Jiyeon berlari kecil menjauh dari Taehyung.

Taehyung sendiri lebih memilih memasuki ruang rapat daripada mengejar mencemaskan Jiyeon. 

Semua dokter menanti Taehyung bertanya-tanya ada apa yang terjadi di luar sana. Kakek Taehyung mempersilahkan dia duduk di sebelah kanan dekat Minsoo. 

Ia berjalan tenang meski sepasang mata melihatnya denga tatapan intens.

Meneliti penampilan Taehyung dari kaki sampai kelapa. Dibandingkan dengan yang lain Taehyung mendapati Seungjoo memberi sebuah senyuman selamat datang cukup ramah membuat suasana nyaman.

Kakek Taehyung juga tersenyum lega mengetahui cucunya datang tepat waktu. Jadwal rapat hari ini berlangsung dengan teratur sesuai keinginan kakek Taehyung. 

 “Para dokter Gyonghee yang saya hormati, hari ini kita menyambut dokter baru, Kim Taehyung,” sambutnya kepada dokter lain. Taehyung berdiri dari tempat duduknya.

“Perkenalkan saya Kim Taehyung. Tiga bulan kedepan saya akan berkerja bersama anda, mohon kerjasamanya.” Ia membungkuk. 

Ia memperoleh tepuk tangan sebagai sambutan. Sekarang sudah cukup untuk perkenalan bagi kakek Taehyung, sekarang ia membicarakan sebuah informasi penting.

 “Aaaa-ak,” rintihnya kesakitan. 

Ia mencolek salep lagi lalu mengoleskan ke kening, “Akk-aa~” Jiyeon duduk sambil mengoles salep di keningnya yang terbentur pintu. 

Walau tangannya menyentuh dengan pelan, Jiyeon tetap merasakan nyeri.

Hyena yang tidak sengaja lewat mendengar rintihan Jiyeon, memeriksa keruangan itu. Setelah Hyena buka, ia mendapati Jiyeon sedang mengolesi keningnya.

Jiyeon menoleh ke Hyena yang terkejut, “Jiyeon!!?” kaget Hyena. 

“Maaf tidak aku ulangi lagi!” serunya saat berlari.

Kali ini Jiyeon membiarkan Hyena begitu saja. Hyena merasa ada yang aneh, ia memberanikan diri menghampiri Jiyeon. Perlahan ia memasuki ruangan obat di mana Jiyeon berada. Ia melangkah hati-hati seakan lantai yang ia injak adalah jembatan rapuh.

Hyena setengah masuk ke dalam ruangan, “Kau tak marah padaku Jiyeon?” tanyanya ragu. 

Mata Hyena melihat ujung kaki sampai kepala Jiyeon dengan teliti, mencari apa ada yang berbeda. Ia pun menemukan luka di kening Jiyeon.

Hyena pun memberanikan dirinya masuk ke dalam dan berdiri di hadapan Jiyeon.

“Lupakan.” helanya frustasi.

“Kenapa keningmu merah sekali?” tanya Hyena.

“Terbentur pintu ~” rengeknya.

“Ha, kok bisa kebentur?”

“Waktu aku membungkuk di depan pintu,”

“Kenapa kau membungkuk padahal sudah tau pintu itu terbuka keluar. Sini berikan salepnya.” 

Jiyeon memberikan salepnya ke Hyena, lalu dia mengoleskan salep ke kening Jiyeon. Hyena duduk di sebelah Jiyeon.

Ia mencolek sedikit salep lalu mengoleskan salep tersebut di kening Jiyeon. Tak sengaja Hyena agak menekan keningnya dan mengakibatkan pergerakan di tubuh Jiyeon—karena kesakitan.

“Ass… sakit!!” rintihnya kesal.

“Ehh, maaf, aku tak sengaja,”

“Jadi ceritanya . . .”

Flash back

“Akk, panas panass!!” rintih Taehyung.

“Maaf, maaf, saya tak sengaja menyenggol anda,” ujarnya panik.

Taehyung menghiraukan Jiyeon. Ia berusaha mengeringkan bajunya dari kopi secepat mungkin. Jiyeon menjatuhkan kartonya dan langsung mencari sapu tangan di dalam tas punggungnya. Begitu ia menemukan sapu tangannya, ia bergegas membantu mengeringkan baju Taehyung.

“Biarkan saya membantu anda,” 

Jiyeon menggesekan sapu tangannya secara kasar hingga Taehyung dapat merasakan sakitnya kian bertambah pada perutnya. Rasanya Taehyung ingin menjerit sekeras-kerasnya sangking perihnya.

“Sudah, sudah! Hentikan, tak usah repot-repot saya bisa sendiri,” rintihnya kesakitan. Tubuh Taehyung bergoyang untuk menghindari gesekkan kasar itu.

“Maaf, ah, bagaimana ini,” ia tetap menggesekan sapu tangannya. Jiyeon belum sadar bila ia telah menyakiti perut Taehyung dua kali.

“Sudah hentikan!~” rintihnya.

“Astaga! Banyak yang tumpah!”

“Aku bilang hentikan!” Taehyung mendorong Jiyeon.

“Kau mau kulit perutku terkelupas! Kau bodoh atau apa?!” bentaknya sambil merapikan diri.

“Saya hanya ingin membantu an-” ia memotong perkataan Jiyeon. Taehyung mengupat kesal mendengar kata membantu keluar dari mulut Jiyeon.

“Membantu katamu?! Yang ada kau membuat lukaku semakin parah. Aku juga tak peduli bajuku kotor, tapi kenapa kau malah meratakan nodanya. Dibilang berhenti malah lanjut terus, tidak tau aku kesakitan apa!” semburnya lagi.

Mendengar amukan Taehyung, semua penat dan amarah Jiyeon kini keluar, terpancing oleh Taehyung. Jiyeon merampas kopi yang di tangan Taehyung, lalu ia menguyur perut Taehyung lagi.

“Akk panaassss ak-akk!!! Wanita gila!!”

“Harusnya anda berterimakasih kepada saya bukanya memarahi saya. Dan anda tidak sopan sama sekali, menggunakan bahasa informal kepada saya! Mana tata krama anda, ha!? Dasar orang tak tau diuntung!” kini keadaan semakin panas.

“Dasar orang tak berpendidikan, aku ada rapat penting dan kau membuatku kacau. Tidak tau malu, sudah salah malah diulangi! Orang gila!!”

“Kasar sekali kau denganku! Asal kau tau aku lulusan dari perguruan tinggi dan sekarang aku bekerja sebagai suster. Mana ada suster tak berpendidikan?! Orang tua anda pasti malu sekali mempunyai anak seperti kau! Pasti anda di usir orangtua keluar negeri dan kau menyesal atas perbuatanmu lalu kembali pulang ke Seoul untuk minta maaf, iya kan? Sudah pasti iya! Semoga tidak mendapatkan maaf!!” sembur Jiyeon yang tiba-tiba berlagak tau apapun yang dialami Taehyung bagaikan seorang peramal.

Mereka berdua menggeram satu sama lain anjing dan kucing. Keduanya sama-sama merasakan kelelahan hingga pikiran mereka isinya hanya emosi. 

Tiba-tiba suara dering dari ponsel Jiyeon memecahkan aliran listrik yang muncul dari tatapan Taehyung dan Jiyeon.

Entah mengapa hatinya kian penat ditambah suara ponsel. Bertanya-tanya kenapa seseorang datang menyela di saat suasana sedang tegang. Terpaksa ia mengangkat ponsel seraya melototi Taehyung.

“Apa!” ia menjawab kasar, menghiraukan siapa yang meneleponnya sekarang.

‘Suster Park?’ suara ini seketika merubah raut wajah Jiyeon menjadi pucat. Ternyata presedir yang menghubunginya. Matilah dia telah membentak atasannya.

“Okh, presedir? Maaf, di sini terlalu ramai jadi saya berbicara agak keras supaya terdengar dan saya tidak tau anda yang menghubungi saya,” bohongnya. 

Ia berharap atasannya percaya padanya dengan mengeraskan suaranya seakan-akan di bandara memang ramai padat seperti club malam.

‘Ya sudah. Anda sudah bertemu dengan Taehyung? Tolong segera datang, rapat sebentar lagi akan dimulai,’

“Saya belum bertemu dengan Dokter Kim Taehyung tapi saya usahakan ag-” ponsel Jiyeon di rampas oleh Taehyung. 

Saat Jiyeon mengucapkan nama Kim Taehyung membuat Taehyung terdorong melakukanya.

“Apa yang kau lakukan?” berontak Jiyeon ingin mengambil ponselnya.

Jiyeon disusahkan oleh tangan Taehyung yang menahan dahinya serta mendorongnya menjauh menjaga jarak.

“Halo, kakek?” Taehyung memastikan apakah benar dugaannya bahwa ini kakeknya.

‘Siapa ini?’

“Kembalikan!” Jiyeon tetap memberontak.

Taehyung mengatikkan mode speaker agar Jiyeon mendengarnya, “Taehyung!” ia menekan kata Taehyung di depan muka Jiyeon.

‘Taehyung! Kau sudah bertemu dengan suster Park,’

“Iya, ka-kek, saya sudah bertemu dengannya untung di sini sepi jadi mudah menemukan suster Park!” ujarnya sambil memperlihatkan mimik jahil pada Jiyeon.

Dyer! Semakin pucat Jiyeon mengetahui yang di depannya adalah Kim Taehyung cucu atasannya, ditambah Taehyung yang berkata bahwa di sini tidak ramai. Sungguh Jiyeon dalam masalah besar.

Awal bertemu dengan Taehyung mendapat kesan buruk dan ia sempat membentak bahkan memaki atasannya. 

Jiyeon menghujat dirinya. Ia sudah memprediksi banyak hal negatif di otaknya yang akan terjadi padanya dihari mendatang.

“Kakek, saya akan datang ke sana secepatnya. Saya akan menutup telpon ini,”

‘Baiklah hati-hati!’

“Sampai jumpa, ka-kek!” ia mengeja kata bahkan ia beri tekanan. 

Taehyung menutup ponsel Jiyeon dan mengembalikan dengan melempar diiringi senyuman kemenangan.

Jiyeon menganga lebar. Celakalah dia karena telah membuat kekacauan dengan cucu atasannya.

“Jadi, anda, dokter Kim?” Jiyeon masih tak percaya apa yang ia dengar dan apa yang baru saja ia lakukan pada Taehyung. 

Mana mungkin bisa memungkiri apa yang terjadi karena terlalu nyata untuk membohongi diri sendiri. Jiyeon menyesali semua yang telah terjadi. 

“Tamat kau.” Ucap Taehyung.

Flash-End

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status