Share

Romeo for Princess Swan
Romeo for Princess Swan
Penulis: Theresia Rini S

Girl Behind the Wall

Halaman luas itu tampak terawat rapi dengan rumpun bunga dan semak yang terpotong oleh tangan yang kreatif. Jajaran pohon pinus tinggi menghiasi sepanjang jalan menuju pintu masuk kediaman keluarga bangsawan Reinard yang mirip dengan istana kecil. 

Bangunan yang berbentuk kastil itu sudah berdiri selama kurun seratus tahun lebih. Namun masih tampak kokoh. Walau mengalami pemugaran kecil beberapa kali, bentuk aslinya tidak pernah berubah. 

Masyarakat sekitar menyebutnya kastil Mawar, karena begitu banyaknya bunga mawar dengan berbagai jenis warna yang tertanam pada tiap sudut taman. 

Luas tanah sekitar satu hektar tersebut memang terdesain rapi sebagai kediaman termewah di kawasan kota Barner, pusat pemerintahan negara Northery. 

Northery sendiri adalah sebuah negara kecil paling makmur di daratan Eropa. Pemerintahannya dipimpin oleh seorang ratu, Theodore Reen Longstar. Wanita tangguh yang sukses membawa negaranya menjadi sejahtera dan mandiri dalam berbagai sektor, terutama pertanian. 

Semua mengetahui jika keluarga bangsawan Reinard adalah keponakan kandung sang ratu. Akses yang didapatkan oleh Hector Barnes Reinard sangat istimewa. 

Sebagai menteri yang memegang sektor paling menonjol, yaitu pertanian, Hector mendukung penuh ratunya untuk membawa negara menjadi penghasil gandum dan kopi terbesar di Eropa. 

Mendapatkan pekerjaan di kediaman Reinard adalah impian bagi kaum muda di kota Barner. Seluruh karyawan mereka mendapat upah yang sangat layak dan jika berbakat, akan disekolahkan oleh Hector sendiri serta berkesempatan menjadi petugas pemerintahan. 

Semua berpikir alangkah beruntungnya menjadi bagian dari keluarga tersebut. Tetapi tidak bagi putri bungsu Hector, Swanaya Reinard. 

Dirinya terkungkung dalam peraturan keras yang diterapkan Hector padanya. Ayah Swan, panggilan gadis itu, membatasi semua pergerakannya. 

Bahkan untuk bergaul saja, Swan mengalami seleksi ketat dan hanya diperbolehkan dengan kalangan tertentu. 

Selama delapan belas tahun hidupnya, Swan tidak pernah merasakan indahnya hidup normal di alam pedesaan yang selalu ia inginkan. Sebagian besar waktu, ia habiskan di balik tembok tinggi rumahnya. 

"Ini bukan rumah. Lebih mirip penjara bagiku! Aku seperti narapidana yang tidak memiliki kebebasan!" keluh Swan. 

Lexia, pengasuh yang lebih tua darinya beberapa tahun, melemparkan senyum samar. Lexia dipekerjakan oleh Hector sebagai teman sepermainan untuk Swan. 

"Kau lebih beruntung dariku, Lexia. Bisa sekolah tinggi, bergaul dan menikmati hidup dengan kebebasan tidak terbatas. Aku?" 

"Jangan lupa bersyukur, Swan. Aku ini dari kalangan biasa yang harus berjuang untuk mendapatkan semuanya," tukas Lexia sembari terus merapikan tempat tidur Swan. 

"Aku ingin hidup itu juga! Merasakan indahnya pedesaan atau sekedar berlarian di sepanjang trotoar pertokoan hanya untuk membeli manisan!" bantah Swan. 

Lexia menghela napas pendek. 

"Selama tiga tahun aku bersamamu, baru kali ini aku mendengar kamu mengeluh. Ada apa? Kamu mau berkuda? Mungkin bisa menghilangkan kebosanan," ajak Lexia. 

"Tidak mau! Aku mau meneruskan membaca buku novel yang baru," tolak Swan lalu meninggalkan Lexia. 

Dengan pandangan prihatin, Lexia mengikuti langkah Swan menuju perpustakaan. 

***

Dua wanita setengah baya tampak sedang menebar butiran beras bercampur bekatul untuk makanan ternak ayam milik keluarga Reinard. Seloroh penuh canda terlontar dari keduanya. Mereka terlihat gembira dan bekerja tanpa beban sedikit pun. 

Swan yang sedang berjalan menuju istal kuda berhenti. Ia ingin tertawa lepas seperti mereka. 

Tidak banyak yang mengetahui karakter Hector sesungguhnya. Bagi Swan, ayahnya adalah seorang pria diktaktor yang kaku dan memegang kendali penuh hidupnya. 

Ibunya, Anne, adalah wanita lemah yang selalu bungkam dan mengikuti semua keinginan suaminya. 

"Swan! Ayolah, kita harus bergegas sebelum matahari berhenti bersinar!" seru Lexia tidak sabar. 

Lexia mungkin diminta atau terlatih menjadi pengasuh yang tegas untuk Swan. Wanita itu yang mengingatkan Swan untuk terus memenuhi peraturan ayahnya.

Swan bergegas mengikuti langkah Lexia dan melupakan semua pikiran liarnya. 

***

"Kamu jangan meminta yang aneh-aneh, Swan! Itu semua hanya perbuatan orang bodoh tidak berpendidikan!" tolak Hector pada Swan. 

"Papa, aku hanya minta ijin satu kali saja untuk melihat festival panen, kenapa dilarang? Bukannya itu tidak berbahaya? Bodohnya ada di mana?" desak Swan mulai berani membantah. 

"Kamu pikir festival itu tidak dipenuhi orang-orang yang jahat? Jambret, perampok, tambah lagi berandalan!" bentak ayahnya mulai tidak sabar. 

"Belum lagi oponen politikku! Kamu tahu apa tentang bahaya?!" cibir Hector ketus. 

Suasana makan malam yang tadinya tenang, berubah menjadi tegang. Anne mulai gelisah dalam hati. Suaminya mulai geram dan ini akan merembet ke hal lainnya. 

Swan menunduk dan menatap piring porselen yang berisi bebek madu kesukaannya. Gadis itu telah kehilangan selera makannya. 

Kakak lelaki Swan, Moses, menaruh simpati untuk adik semata wayangnya. Pria yang memiliki jarak enam tahun dengan Swan itu meletakkan garpu dan pisau makannya. 

"Aku akan menemani dia, Papa!" cetus Moses. 

Swan terkesima. Ia tidak menyangka jika Moses memiliki kemauan untuk menjamin keinginannya! 

Wajah Swan terangkat dan menatap Moses dengan haru. Kakaknya tersenyum hangat. 

"Swan sudah cukup dewasa, mungkin dia ingin menikmati suasana baru tentang dunia luar," sambung Moses. 

Hector tampak berpikir. Ia sangat membanggakan putra sulungnya yang tangkas dan cerdas. Selain pandai dalam bidang teknologi, Moses juga salah satu pilot muda terbaik negerinya. 

"Kamu yakin? Bukannya kamu akan sibuk latihan untuk pertunjukan resmi bulan depan, Moses?" tanya ayahnya tiba-tiba melunak. 

"Kami libur juga selama tiga hari dan itu bersamaan dengan waktu festival panen. Swan pasti sering menonton acara panen tiap tahun dan ingin menyaksikan sendiri acara tersebut, kali ini," sahut Moses yakin. 

Hector menghela napas panjang. Ia mengelap mulutnya dengan serbet dan menatap Swan. 

"Kau bisa pergi dalam pengawasan Moses dan didampingi Lexia. Jangan bertindak macam-macam, pulang sebelum tengah malam!" tandas Hector. 

Swan tersenyum lebar dan tidak lagi peduli akan aturan pulang cepat yang Hector kemukakan. 

"Terima kasih, Papa!" balas Swan.

Hector acuh dan melanjutkan santapannya. Swan berpaling pada Moses yang tertawa kecil melihat keceriaannya. 

"Kamu yang terbaik," bisik Swan sembari mengedipkan matanya. Moses mengangguk dengan tatapan penuh kasih. 

Ia iba pada adiknya yang kurang mendapat kesempatan menikmati hidupnya. Ini tidak seharusnya terjadi jika Joana, adik bungsu Hector, tidak meninggal saat kawin lari dengan bajingan dari dataran seberang. 

Ya, bibi mereka meninggal lima belas tahun yang lalu. 

Mereka menerima kabar bahwa Joana hidup terlantar dan sengsara di perbatasan Spanyol. Ketika berusaha menyelamatkan, ternyata terlambat. Joana keburu meninggal saat melahirkan bayinya. 

Hector murka dan mencari suami bibinya yang terlanjur kabur bersama wanita lain. Pria itu berakhir meregang nyawa dan memicu konflik dengan keluarga dari negeri seberang. 

Bayi yang Hector pikir bisa ia selamatkan, ternyata juga meninggal karena kurang asupan gizi sejak dalam kandungan. Sejak saat itu, Hector menjaga semua wanita dalam keluarganya. 

Swan yang menerima semua resiko sekarang ini. Dua sepupunya yang juga perempuan, memilih menjadi biarawati dan meninggalkan keistimewaan hidup sebagai bangsawan. 

Swan, seorang gadis jelita yang harus menjalani hidup di balik tembok tebal, dalam kungkungan sangkar emas. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status