Share

The Festival

last update Last Updated: 2021-04-28 10:09:29

"Aku akan memakai pakaian perompak ini!" seru Swan pada Lexia. 

"Kupikir kita hanya menonton saja, Swan! Bukan turut dalam festival?" tanya Lexia. 

"Aduh, Lexia! Kita harus tampil maksimal dan berhenti menjadi penonton biasa," tukas Swan antusias.

Pengasuh juga temannya itu menghela napas kesal. Swan menjadi terlalu semangat dan menginginkan hal aneh-aneh. 

"Silahkan pakai sendiri, tapi jangan paksa aku!" cetus Lexia tidak ingin terlibat menjadi aneh. 

"Kamu sendiri aneh! Perempuan tapi tidak pernah lepas celana panjang!" cibir Swan. Lexia tertawa kecil. 

"Ok. Jadi aku termasuk aneh dan kita dalam satu kategori. Make sense!" balas Lexia menyindir. 

Swan jarang sekali melewatkan hari tanpa bertengkar dengan Lexia. Tapi justru dengan ketidak akuran mereka, kedua gadis itu selalu bersama-sama dan menikmati perbedaan mencolok karakter masing-masing. 

"Lexia! Bilang sama Moses, besok malam kita berangkat naik kuda, tinggalkan mobil!" teriak Swan dari kamar mandi. 

"Katakan sendiri! Aku tidak bisa menundukkan sifat keras kakakmu!" tolak Lexia membalas dengan teriakan. 

Swan tertawa geli dan terus mandi dengan bernyanyi riang. 

***

Swan melirik Lexia yang dengan tenang masuk ke dalam mobil tanpa rasa bersalah. 

"Kupikir kita naik kuda?" tanya Swan setengah memprotes. Moses mengerutkan kening dengan heran. 

"Tidak ada yang memberitahuku?" balas kakaknya. Swan melotot pada Lexia dengan jengkel. Pengasuhnya terlanjur duduk di depan dengan tenang dan pandangan lurus ke depan. 

"Sudah jam tujuh, sebentar lagi jalanan penuh dan kita bisa tidak dapat tempat strategis buat menonton. Ayo cepat!" ajak Moses sembari menyalakan mesin mobilnya. Swan masuk tanpa bisa memprotes lagi. 

Ketiganya melaju dengan mobil mewah keluaran terbaru di negara mereka. Begitu tiba di pusat kota, Moses mendekat pada salah satu petugas keamanan dan mereka mendapat parkiran istimewa tepat di depan lapangan. 

Di sanalah nanti semua peserta festival akan berkumpul. Para peserta dengan kostum warna warni yang unik akan menari dan bernyanyi riang, iringan genderang juga band musik akan tampil di belakang mobil terbuka sementara berjalan. Pertunjukan festival panen akan sangat epik dan seru.

Beberapa teman Moses datang dan kakaknya menyapa dengan ramah. Swan mengenali mereka sebagai anak-anak dari jajaran bangsawan lainnya. 

Hidup di kota Barner memang klasik. Sementara tatanan pemerintahan yang berbau kerajaan masih terasa, fasilitas kota mereka adalah yang paling modern dibandingkan kota besar lainnya. 

Bangsawan kaya akan mendapat kehormatan seperti era dulu serta masyarakat masih menunjukkan sikap sungkan juga segan pada kaum tersebut. 

Swan mulai malas bergabung dengan teman Moses karena asyik membicarakan topik membosankan sehari-hari. Pacuan kuda, karir, pesta, investasi dan segudang hal elit lainnya. 

"Bolehkah aku mendekat ke sana? Supaya dekat jalan yang akan mereka lalui?" tanya Swan ragu. 

Lexia sibuk bicara tentang pertandingan memanah yang akan ia ikuti. Pengasuhnya mendapat posisi yang sangat istimewa di mata Hector, ayahnya. 

Setiap pertandingan memanah dan berkuda, Hector mendukung Lexia untuk turut berpartisipasi dan menang! Bahkan dua bulan lalu, Lexia mengalahkan para lelaki dalam pertandingan berburu.

"Pergilah, tapi jangan terlalu jauh! Kau adalah berlian berharga papa, bisa dipenggal kepalaku jika kau hilang," sahut Moses menggoda adiknya. 

Swan memajukan bibirnya kesal dan berlalu, sementara teman-teman mereka tertawa geli termasuk Lexia. 

"Tuan Hector begitu rapat menyimpan adikmu, hingga berkilau. Aku berharap bisa mempersuntingnya!" timpal Angus, anak menteri kelautan. Moses tertawa.

"Swan tidak akan memilih pria berbau ikan, Angus!" ledek Moses. Semua terbahak dan Angus meringis jengah. 

Swan terus mencari celah di antara penonton yang berdesakan. Dalam jarak sekitar sepuluh meter, Swan berdiri dan mendapat posisi paling depan. Swan merogoh saku dan mengambil sesuatu. Kaca kecil itu menjadi panduannya memasang aksesoris terakhir. Kostum perompaknya kini lengkap dengan kumis palsu yang Swan buat sendiri dari potongan rambut bonekanya. 

Lem perekat itu menempel sempurna dan tidak tergoyahkan bahkan oleh angin puting beliung. Swan tersenyum bangga. Rambutnya yang hitam legam panjang ia ikat sembarang. Tidak akan ada yang mengenali dirinya. Mata hijaunya mengerjap penuh pijar kegembiraan. Iring-iringan itu makin mendekat dan gegap gempita pesta perayaan menyambut panen telah dimulai. 

Swan turut memekik gembira dan menari sepuasnya. Para wanita cantik juga seksi menari dengan pria gagah yang sepadan. Semua terlihat sempurna di mata Swan.

Inilah kehidupan impiannya! 

Penonton mulai berdesakan mendekati lapangan dan Swan terdesak semakin menjauh dari tempat semula. Swan tidak lagi bisa melawan arus apalagi mempertahankan posisinya. 

Sejauh ini, Swan belum panik. Dirinya masih bersikap tenang karena terlalu menikmati hiburan tradisional yang terus berlangsung. Genderang bertalu-talu dengan lantang dan menggetarkan gendang telinga penonton. Tiba-tiba bunyi letusan terdengar dan Swan membeliakkan mata ketika melihat pijaran kembang api yang meledak di angkasa. 

Pijaran bunga api itu membentuk lingkaran magis serta menyihir Swan. Tanpa terasa, air mata Swan merebak. Ia merasa bahagia. Ini pencapaian tertinggi dalam hidupnya! 

"Terima kasih, Tuhan," bisik Swan haru. 

Swan kembali terdorong ke arah lapangan dan arus manusia semakin tidak terkontrol. Ada yang menabrak dirinya dengan kasar tanpa meminta maaf sedikit pun. Swan makin terombang-ambing dalam gelombang manusia yang setengahnya mabuk juga lepas kendali. 

Jauh dari Swan, Moses dan Lexia mulai gugup karena Swan tidak mereka temukan. Dengan bantuan semua teman-temannya, mereka mencari dengan cepat. 

"Moses! Apa yang kamu lakukan di sini?" seru Fabrice, kepala detektif, yang dekat dengan keluarganya. 

"Kami sedang menonton dan tiba-tiba Swan menghilang. Mungkin terdesak arus penonton!" jawab Moses cemas. Fabrice memucat.

"Cari adikmu secepatnya dan segera pergi menjauh dari kerumunan, ada gerakan mencurigakan yang mungkin mengacaukan festival!" desis Fabrice kalut. 

Moses sontak panik dan mengangguk. Ia tidak lagi bersantai, tapi segera mencari Swan dengan gesit. 

Baru saja kembang api yang berbentuk tangkai gandum berpijar di angkasa, mendadak letusan yang lebih memekakkan telinga terdengar. Semua menjerit histeris ketika menyadari letusan tersebut adalah bom! 

Swan tergagap tapi bingung harus lari kemana. Ia berlarian tanpa arah dan kalut. Seseorang menabraknya dari belakang hingga membuatnya jatuh tersungkur. 

Swan meringis kesakitan. Ia bangkit dan kembali terjangan manusia yang berlarian panik menabrak juga menginjaknya. 

Gadis itu berteriak ketakutan serta menangis, tapi tidak seorang pun mempedulikan dirinya. Swan merangkak karena kakinya ternyata sakit luar biasa  . Serbuan penonton tadi yang membuatnya terkilir.

Sebuah kereta kuda sedang berlari ke arahnya tanpa kusir. Kuda itu meringkik liar dan makin dekat ke arahnya. 

Swan pasrah, ia tidak mampu menghindar. Pada detik-detik terakhir, dua tangan kokoh menyambar tubuhnya. Swan berteriak histeris dalam pelukan seorang pria. 

"Diam! Dasar banci! Kau sudah selamat!" bentak suara itu kesal. Dengan kasar, tubuhnya dilempar ke atas jerami yang memang tersusun sepanjang jalan. 

Swan meringis kesakitan dan tidak mampu lagi menangis. Baru saja ia mendapatkan kebahagiaannya, kini dirinya harus mengalami hal terburuk! 

Ia menoleh pada pria yang menyelamatkannya dan baru sadar jika kumisnya masih terpasang. 

'Pantas dia menganggapku seorang pria banci,' batin Swan. Dengan sekuat tenaga, Swan mencoba melepaskan kumisnya tapi sulit. 

"Hei! Jangan bodoh! Kenapa kau lepaskan kumismu begitu?!" teriaknya kaget. 

"Aku perempuan! Bukan pria!" bantah Swan. 

Pemuda yang ternyata sangat tampan itu mendekat dan menyingkirkan tangan Swan. Jarinya menarik kumis dan Swan menjerit. 

"Sakiiit!" jeritnya. 

"Dan kau masih mencoba mengatakan dirimu perempuan?" sindirnya sambil bangkit dan bertolak pinggang. 

"Kujelaskan nanti!" bentak Swan jengkel. 

"Kita harus kabur, ada bom!" lanjut Swan putus asa. 

"Ya, kau benar! Sampai jumpa!" balasnya dan bersiap pergi. 

"Tunggu aku! Tolong, aku tidak bisa berjalan. Kakiku sakit sekali!" pinta Swan. 

Dari bahasa tubuhnya, pria itu ragu. Sekilas ia melihat pada lelaki aneh bersuara mirip perempuan dengan kostum norak tersebut. Tubuh pria itu menurutnya terlalu kurus. 

'Pantas, lemah!" batinnya merasa terbebani. Dengan menahan jengkel dan rasa enggan, ia mengangkat dan memanggul tubuh Swan serta berlari. 

Baru seratus meter langkahnya, seseorang berteriak padanya. Pemuda berambut hitam dan tampan itu terus mengejarnya. Pemuda yang memanggul Swan berhenti. Letusan bom kembali terdengar. Mereka sontak merunduk. 

"Turunkan, dia adikku!" pinta Moses. 

Seketika Swan berteriak gembira. Pria penolongnya menurunkan tubuh Swan dan memberi tahu jika Swan terluka. 

"Terima kasih telah menyelamatkan adik perempuanku! Ayo, ikut kami supaya selamat!" ajak Moses. Pria itu terkejut. Swan melebarkan mata dengan kesal seakan ingin bicara 'sudah kubilang'.

"Ayo!" ajak Moses kembali. Tampak penolong Swan itu sempat ragu, tapi akhirnya berlari mengikuti Moses yang memanggul adiknya tanpa kesulitan.  


Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Romeo for Princess Swan   I'll Change the World for You

    Dusk meletakkan lasagna ke dalam oven, lalu melepas sarung tangan tahan panas.Rose baru selesai menidurkan Leon dan kini waktunya menikmati masa santai dengan segelas wine. Sementara menunggu Dusk memasak untuk makan malam, Rose menyalakan televisi dan duduk dengan segelas wine di tangan.Tidak lama, tayangan berita mulai muncul dan Rose mengeraskan volume. Reporter memberitahu mengenai pengumuman penobatan ratu yang akan dilaksanakan dalam waktu tiga bulan dari sekarang.Dusk yang tadinya ada di dapur, berjalan dengan langkah pelan menuju ke ruang tengah. Sikapnya terlihat tertegun, begitu melihat Swan yang berada di layar televisi saat ini. Gadis yang tampak mulai menjadi seorang wanita sepenuhnya, mengenakan setelan jas celana panjang berwarna biru muda. Topi kecil yang menghiasi kepala, melengkapi penampilan penuh gaya Swan.Dusk menatap sepuasnya sosok tersebut. Rose menyadari jika tatapan mata itu masih menyimpan rasa yang sama. Kini dengan pandang

  • Romeo for Princess Swan   I Won't Bow Down

    Lorong istana pagi itu sibuk dengan para pelayan dan pegawai istana. Hari senin pada minggu pertama tiap bulannya, adalah waktunya mengganti semua dekorasi. Dari tirai, taplak hingga pernak pernik terkecil.Swan melangkah dengan ayunan kaki mantap, menuju ke ruang neneknya. Meski riasan wajahnya menutupi kesan sembab yang disebabkan kejadian kemarin, tapi mata Swan tidak bisa disembunyikan.Semua menyapa Swan yang tidak peduli membalas sedikit pun. Gadis itu lurus berjalan tanpa menoleh atau melontarkan sapaan kembali.Kate baru saja keluar dari kantor Theodore ketika melihat Swan datang. Dengan tatapan mata nanar, Kate memandang Swan.Calon ratu Northery hanya melihatnya sekilas, tanpa menyapa, Swan segera mendorong pintu. Gadis itu melewati Kate tanpa sepatah kata pun terucap.“Putri Swan, tunggu!” tahan Kate menahan Swan untuk masuk.Sebagai pengawal pribadi ratu, Kate berhak menahan Swan untuk bertanya kepentingan bertemu The

  • Romeo for Princess Swan   Other Happiness

    Tempat duduk yang berbentuk ayunan di teras tersebut baru selesai diperbaiki oleh Dusk. Mereka menempati rumah bergaya country di sebuah desa yang jauh dari kota Barner. Menempuh sekitar sepuluh jam dengan menggunakan mobil.Di kota kecil inilah Dusk memilih tempat tinggal bersama Leon, putranya, dan Rose, yang ternyata bersedia menemani dirinya.Alasan Rose karena tidak ada hal lain yang ia lakukan di Barner, maka pilihannya adalah menempuh petualangan bersama Dusk. Mereka menyewa rumah yang tadinya hampir bobrok tersebut. Dusk tidak ingin menghamburkan banyak uang untuk tempat tinggal.Ia harus berhemat demi masa depan Leon nanti. Rose muncul dengan dua gelas wine dan sepiring pie hangat yang baru ia keluarkan dari oven. Dusk tersenyum samar dan menepuk ayunan untuk memastikan kokoh.“Pie yang memiliki rasa standar namun terbaik untuk saat ini,” goda Dusk sementara tangannya mencomot salah satu pie tersebut.Rose tertawa kecil dan men

  • Romeo for Princess Swan   Fear of Self Destruction

    Polin menatap Swan yang melesat dengan mobil porsche hitamnya, meninggalkan halaman losmen. Tidak ada yang bisa menebak kebahagian dalam hidup. Siapa pun yang berada dalam situasi Swan, pasti akan merasakan kehancuran yang mengubah segala pola pikir juga mental.Swan memacu mobil mahalnya melewati jalanan yang mulai sepi, di tengah guyuran hujan bulan September. Musim gugur baru saja dimulai dan angin bertiup cukup kencang, dengan suhu udara yang dingin dan kering. Air mata menguburkan pandangannya. Swan melihat jembatan di depan dan entah kenapa, mendadak ia menekan pedal rem.Gadis itu menepikan mobil dan untuk sesaat ia terdiam dengan pandangan ke luar. Hanya lampu jalanan yang menerangi sisi jalan. Trotoar yang biasa digunakan oleh pemakai sepeda juga pejalan kaki tampak sepi.Tidak ada satu orang pun yang ingin berkeliaran di malam musim gugur yang cukup dingin tersebut.Swan keluar dari mobil, melangkah menuju ke tempat ia hampir melompat turun untu

  • Romeo for Princess Swan   The World Just Don't Care

    Gaun berwarna biru pastel selutut itu membalut tubuh Swan dengan sempurna. Pagi ini, ia baru saja selesai melakukan pertemuan resmi pertamanya dengan para anggota dewan kerajaan dengan menteri baru yang terpilih.Selama rapat berlangsung, Theodore, neneknya, menunjukkan bagaimana kiprah seorang ratu dalam memimpin rapat dan memutuskan beberapa hal penting yang mendesak.Sudah hampir seminggu lebih, Dusk tidak menemuinya lagi. Sempat Swan mendengar jika kini Dusk juga merawat bayi yang diadopsinya.Tidak banyak pembicaraan yang mereka lakukan sejauh ini. Minimnya waktu dan tuntutan pekerjaan juga tanggung jawabnya, menghalangi Swan untuk melakukan keperluan pribadi.Sementara mengganti baju dengan celana panjang dan kaos, Swan melihat Lexia masuk dan menyapanya dengan buru-buru. Rentetan kalimat yang meminta Swan membaca beberapa tugas dari Theodore, tidak ia indahkan.“Aku mau libur hari ini, Lexia!” tukas Swan dengan cepat memakai jake

  • Romeo for Princess Swan   Romeo O Romeo, You Have to Go

    Dusk memeluk Leon dengan dekapan erat penuh kerinduan. Bayinya tertawa senang seakan tahu jika pria yang ia selalu lihat dan dekat dengannya selama ini telah kembali.Leon membasahi seluruh wajah Dusk dengan ciuman penuh liur. Dusk terbahak geli sementara Leon memekik senang saat mendengar tawa ayahnya.“Kau benar-benar pencium yang buruk, Leon! Saat besar nanti, papa akan mengajari yang benar!” seru Dusk di antara derai tawa yang terlontar.Rose yang mendengar semua kelakar, tersenyum diam-diam. Siapa pun menginginkan untuk menjadi pendamping pria tampan yang ternyata bisa berperan sebagai ayah yang luar biasa penyayang.“Dia sempat rewel tidak mau tidur pada hari pertama. Aku sempat dibuat kalang kabut hingga menjelang dini hari. Ternyata Leon suka sekali tidur dengan memeluk salah satu kemejamu. Untung aku menemukannya di lemari,” tutur Rose dengan geli.Dusk terenyuh saat mendengar cerita Rose mengenai Leon sementara dir

  • Romeo for Princess Swan   Forbidden Love for the Queen

    Tiga hari berturut-turut Dusk melakukan penyelidikan dengan teliti dan cermat. Satu persatu ia bongkar dan selidiki. Segala kiprah Weston dan Newton tidak ada yang lepas dari pengamatannya.Data-data yang diberikan oleh Remmy, ahli teknologi kerjaan Northery yang notabene anak buah Kate, mampu memudahkan semua urusan yang Dusk tangani.Bahkan sector impor dan ekspor ternyata juga melibatkan mereka berdua. sejumlah kejahatan memang berhasil Dusk dapatkan melalui oknum yang ia bayar dengan mahal. Uang memang mampu menyelesaikan segala permasalahan saat ini.Orang yang pernah kedua penjahat itu tugaskan, ternyata tidak sepenuhnya melenyapkan barang bukti yang akan meringankan hukuman Hector.Secara teknis, Hector tetap saja akan menerima ganjaran atas keterlibatannya dalam aksi yang dilakukan oleh dua bekas pejabat negara tersebut.Namun tidak seperti ancaman yang akan ditimpakan pada Hector dengan tudingan makar.Sejauh ini, Kate cukup puas da

  • Romeo for Princess Swan   Life Choices

    Life ChoicesLucu permainan orang dalam dunia ini. Ada yang beralasan demi kenyamanan hidup, seseorang sanggup melakukan hal yang tidak sesuai dengan hati nuraninya juga merugikan orang lain. Ambisi mengalahkan segalanya. Itulah yang terjadi pada sebagian manusia.Ambisi.Bagi Dusk sendiri, mendengar kisah Anne yang meninggalkan Hector adalah sesuatu yang sebenarnya tidak mengejutkan. Wanita itu berhak bahagia dan mencari tujuan hidupnya sendiri, setelah sekian lama mengalah dan mundur demi suami tercinta.Tapi Hector, seorang pahlawan negeri ini yang salah mengambil langkah, juga patut mendapat kesempatan kedua. Dia tidak pantas ditinggalkan oleh istrinya, walau Hector telah memperlakukan begitu buruk, juga tidak sepatutnya dihukum karena begitu banyak jasa untuk Northery tercinta.Hector melupakan semua urusan keluarga, mengorbankan hal-hal penting dalam hidupnya, demi negeri yang ia banggakan.Kil

  • Romeo for Princess Swan   Nothing Left

    Anne masih duduk dengan piring makan malam yang belum tersentuh sedikit pun. Moses duduk di seberangnya dengan raut prihatin.Ibunya masih belum mau mengunjungi ayahnya hingga detik ini.Alasan Anne cukup membuat Moses naik pitam tadinya, tapi kini ia hanya melihat seorang wanita kesepian yang masih ragu memaafkan.Hector adalah pria yang Anne cintai hampir seluruh hidupnya. Tapi kekecewaan terus Hector berikan selama dua tahun belakangan. Rasanya kembali pada pria yang membuat hidupnya berantakan adalah sulit. Bukan hanya rasa tidak percaya, tapi ada ketakutan jika masa itu akan terulang kembali.“Aku tahu, Ma. Tidak nyaman rasanya kembali pada titik yang kita tinggalkan. Tapi siapa tahu, kita bisa memulai ulang dan memperbaiki eror tersebut?”Mata Anne bergerak dan kini menatap Moses.“Kau tidak tahu, Nak. Mama terlanjur meletakkan harapan untuk kembali pada hari pergi dari rumah. Cinta dan keinginan menjalani hidup denga

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status