Share

He Just Annoying

Penulis: Theresia Rini S
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-28 10:11:25

Rangkaian penjelasan telah disampaikan oleh Lexia. Awalnya Dusk sempat meremehkan kemampuan gadis tersebut. Tapi setelah melihat dengan mata sendiri, Dusk dalam hati kagum. 

Lexia terlihat lincah di atas kapal mewah yang akan menjadi tanggung jawabnya nanti. Gadis tomboi aneh itu juga menguasai mesin dan sistem kemudi yang otomatis. 

Ia mengajarkan pada Dusk tentang semua panel yang ada, termasuk GPS. Dusk mencibir dan mengatakan ia sudah mengetahui semua itu. 

"Aku pernah menjadi asistan kepala mesin kapal Paradise selama dua tahun!" cetus Dusk. Lexia mendengus kesal. Pemuda itu sangat sombong. 

Paradise memang salah satu kapal milik perusahaan dari negara Spanyol yang terkenal. Kapal pesiar Paradise juga terkenal sebagai salah satu yang terbaik di Eropa. 

"Akan ada dua orang lainnya yang membantumu. Sebagai kapten kapal, tugas utamamu adalah memastikan kedua kapal dalam kondisi prima, bersih dan siap dipakai oleh keluarga Reinard. Ada jadwal untuk Tuan Reinard dan anaknya memakai kapal ini. Baca dan pahami. Jika kau teledor dan lupa menyiapkan semuanya, bersiaplah menerima hukuman!" papar Lexia dengan lantang dan tegas. 

"Kau yakin dirimu perempuan?" sindir Dusk sembari menggulung tali. Lexia mengerling ketus. 

"Kau ada masalah dengan gender?!" cecar Lexia geram. 

"Orang Spanyol selalu memuja wanitanya, Lex! Orang Northery yang menganggap perempuan adalah perhiasan yang tidak memiliki mulut untuk bicara dan hati untuk merasakan. Jadi, yang memiliki masalah dengan gender adalah kalian! Tidak seharusnya wanita di sini diperlakukan seperti barang tidak bernyawa. Sebaliknya, aku berharap wanita Northery memiliki selera yang lebih dari sekedar kilauan harta!" seru Dusk panjang lebar. 

"Jangan lancang mulutmu, Dusk! Kau hanya pendatang!" bentak Lexia kesal. 

"Ironisnya, ratu kalian adalah perempuan! Aku tidak lancang. Mungkin jika memiliki status dan pendidikan tinggi, pandanganku akan menjadi pencetus bagi kaum wanita untuk bangkit dan membela martabatnya. Benar bukan?" tangkis Dusk tidak peduli. 

Lexia membuang muka dan pura-pura sibuk dengan panel di depannya. Dalam hati Lexia, ia membenarkan ucapan Dusk. 

Dirinya mendapat kesempatan yang baik karena Hector tidak menganggap Lexia seorang wanita. Mungkin majikannya lupa tentang dirinya yang perempuan. 

Namun di luar semua itu, Lexia mungkin salah satu dari segelintir perempuan yang memiliki posisi dan hak sejajar dengan pria.

Loreta Deiz, adalah perempuan terkuat yang kini berhasil duduk di kursi parlemen kerajaan sebagai menteri pemberdayaan perempuan. Sayangnya, Loreta juga berakhir hanya mengurusi kiprah perempuan dalam menjaga tradisi yang masih ketat dijaga dalam tatanan sosial Northery. Sistem yang ada di negara makmur ini, tidak pernah menguntungkan pihak wanita sedikit pun. 

"Lex, aku dan kau adalah sama! Jadi jangan anggap diriku musuh. Tapi apa pun anggapanmu, aku tidak peduli!" ucap Dusk yang sudah ada di belakangnya. 

Lexia berbalik dan tiba-tiba menerjang tubuh Dusk hingga merapat ke lambung kapal. Gerakan itu mengunci Dusk hingga tidak bisa bergerak. 

"Kita tidak sama, Dusk! Aku bukan pembakang sepertimu! Panggil atau sebut aku sebagai anjing Reinard yang setia, aku tidak peduli! Tapi apa pun pandanganmu tentang negara ini, pastikan dengan baik! Jangan menjadi pengacau di keluarga Reinard! Paham?!" bentak Lexia dengan garang. 

Dusk tidak menyangka jika Lexia sangat kuat dan bisa melumpuhkannya. Dusk bisa saja memuntir balik, tapi ia memilih untuk tidak melakukan itu. Bagaimanapun, Lexia adalah wanita. 

"Ok-ok, Lexia! Tenang! Aku hanya mencari bahan obrolan saja!" balas Dusk pura-pura meringis. 

Lexia merenggut tangannya dengan kasar dan membuang napas keras-keras. Tanpa berkata lagi, ia melompat dengan lincah dan mendarat di dermaga. Tubuhnya terlihat ringan. Lexia menstater motor lalu melesat dengan kecepatan tinggi. 

"Mirip Dineth," gumam Dusk. 

Dineth adalah adik Gerald yang telah meninggal lima tahun lalu karena kecelakaan. Dusk sangat menyayanginya dan ia sangat terpukul ketika kehilangan Dineth. 

Dusk menepis semua kenangan buruk yang menyerbu benaknya beberapa hari ini. Dengan cekatan, ia kembali meneruskan pekerjaannya.

***

Balutan kain kasa yang membungkus lengannya dibuka dan diganti dengan yang baru oleh perawat. Semua omelan ibunya hanya Swan dengarkan tanpa merespon. 

"Kau adalah putriku satu-satunya, Swan. Jaga sikap dan dirimu. Jangan membuat hal aneh-aneh menentang tradisi," cetus Anne dengan lembut. 

"Mama, aku juga ingin seperti wanita-wanita yang memiliki kesempatan yang sama dengan pria di negara lain. Kenapa negara semodern Northery harus mengekang wanitanya untuk berkembang?" tanya Swan. "Terutama aku. Bahkan keluar dari tembok kastil saja aku harus melewati berbagai larangan dan aturan." 

Wajah Swan meredup dan Anne tersenyum kikuk. Ia tahu keresahan Swan. Dirinya pernah berada di posisi putrinya dulu. Menjadi istri Hector adalah perjodohan yang tidak pernah ia ketahui. 

Anne beruntung karena Hector setia dan masih memberikan porsi cukup dalam rumah tangga mereka. Untuk beberapa wanita, kaum bangsawan terutama, mereka bahkan tidak memiliki akses dalam mengasuh dan membesarkan putra putrinya sendiri. Semua diambil alih oleh pihak suami yang kemudian memilih pengasuh profesional untuk mendidik keturunan mereka. 

Sahabat Anne, Belti, harus menelan kepahitan dalam rumah tangga karena suaminya memiliki begitu banyak wanita simpanan. Hector tidak pernah melakukan itu. Walaupun sifatnya keras dan kadang menjengkelkan, Anne masih bisa mengajak bicara layaknya suami istri. Hanya beberapa hak saja yang tidak Hector berikan, termasuk tentang peraturannya yang tidak bisa ditentang. 

"Swan, pilih pria yang baik dan bisa menjadi teman hidup. Pria yang menganggap dirimu adalah partner, bukan sekedar wanita yang melahirkan anak-anak dan patung dalam koleksi istananya," saran Anne lemah lembut. 

Swan menunduk. Ia menyembunyikan air matanya. Betapa sulit mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya. 

"Aku ingin jalan-jalan di taman, Mama," pamit Swan dan meninggalkan ibunya yang terdiam dengan hati yang pedih. Gadis itu menghindari ibunya setiap membahas topik yang sensitif.

Suasana sore ini cukup dingin. Swan merapatkan cardigannya dan berjalan menyusuri jalan setapak yang terbuat dari susunan batu lempeng yang rapi. 

Danau buatan yang luasnya sekitar dua ribu meter persegi tampak alami dengan hiasan bunga lotus putih. 

Tanpa mempedulikan roknya kotor, Swan duduk di rumput dan melepas sepatu serta mencelupkan kakinya ke dalam danau. Air yang dingin membalut kakinya menjadi sedikit kebas. Swan tidak peduli. 

Hatinya terlalu sesak dengan segala tekanan menjadi putri dari Hector Reinard. Swan merasakan adalah mustahil baginya memilih pria sesuai keinginannya sendiri. Ia membayangkan akan menjalani hidup yang membosankan untuk selamanya.

Gadis lainnya masih beruntung memiliki ijin untuk pergi ke luar negeri, tapi tidak dengan dirinya.

Swan ingin lari dan kabur dari kehidupannya saat ini! 

"Hei, Gadis Berkumis!" 

Swan menoleh dan melihat ke atas dataran tinggi dekat danau. Ada pria yang menolongnya tadi kemarin malam! 

Sejak kapan ia menempati paviliun Gerto? Sejak Gerto meninggal, paviliun itu kosong selama setahun. Kapten kapal mereka tinggal di tempat tersebut selama lima belas tahun. Tapi sayangnya kebiasaan mabuk Gerto, membuatnya meninggal dalam usia empat puluh lima tahun. Usia yang terlalu muda untuk mati. 

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Swan bingung. 

'Haruskah aku memanggil penjaga?' batin Swan cukup gugup. Pria itu tampak seperti berandalan. 

Rambutnya yang ikal panjang dikuncir satu dan wajahnya dihiasi kumis juga berewok kasar yang baru tumbuh. Sebetulnya pemuda itu tampan, tapi tampang kumalnya membuat Swan ngeri. Bayangan perampok dan orang jahat melintas di benaknya. 

"Kenapa? Kau keberatan aku di sini?" tanya Dusk sembari jalan mendekat. Swan tercekat. Ia mengangkat kakinya buru-buru dan segera menyambar sepatunya. 

"Jangan mendekat!" teriak Swan panik. 

Dusk mengerutkan dahi dan memandang gadis cantik yang tinggal berjarak lima meter darinya. 

"Kau takut denganku?" tanya Dusk mulai tergelitik ingin menjahilinya. 

Swan menelan ludah dengan cemas. Langkah kakinya mundur satu persatu. 

"Siapa bilang?! Aku tidak takut!" tukas Swan sedikit menekan suaranya yang bergetar. Dusk menyeringai lebar. Pria itu tetap melangkah dan kini tinggal dua langkah dari Swan. 

"Aku tidak menyangka jika pria kurus gemulai itu adalah kamu. Beruntung juga kau lahir dari keluarga bangsawan," cetus Dusk. 

"Tidak ada keberuntungan di sini! Aku merasa sial terlahir sebagai perempuan keluarga Reinard!" desis Swan getir dan geram. 

Dusk tercekat. Gadis itu tampak habis menangis dan sangat tertekan. 

"Hei, Dusk! Jangan ganggu Swan!" teriak Lexia dari jauh. Pengasuh Swan itu melangkah dengan ayunan kaki cepat. Wajahnya terlihat garang dan jengkel. 

Swan menatap Dusk terakhir kali dan berbalik pergi. 

Pemuda itu masih tertegun melihat Swan menarik Lexia menjauh bersamanya. Ada pancaran duka pada matanya.

Seberat itukah hidup sebagai putri dari dinasti Reinard? 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Romeo for Princess Swan   I'll Change the World for You

    Dusk meletakkan lasagna ke dalam oven, lalu melepas sarung tangan tahan panas.Rose baru selesai menidurkan Leon dan kini waktunya menikmati masa santai dengan segelas wine. Sementara menunggu Dusk memasak untuk makan malam, Rose menyalakan televisi dan duduk dengan segelas wine di tangan.Tidak lama, tayangan berita mulai muncul dan Rose mengeraskan volume. Reporter memberitahu mengenai pengumuman penobatan ratu yang akan dilaksanakan dalam waktu tiga bulan dari sekarang.Dusk yang tadinya ada di dapur, berjalan dengan langkah pelan menuju ke ruang tengah. Sikapnya terlihat tertegun, begitu melihat Swan yang berada di layar televisi saat ini. Gadis yang tampak mulai menjadi seorang wanita sepenuhnya, mengenakan setelan jas celana panjang berwarna biru muda. Topi kecil yang menghiasi kepala, melengkapi penampilan penuh gaya Swan.Dusk menatap sepuasnya sosok tersebut. Rose menyadari jika tatapan mata itu masih menyimpan rasa yang sama. Kini dengan pandang

  • Romeo for Princess Swan   I Won't Bow Down

    Lorong istana pagi itu sibuk dengan para pelayan dan pegawai istana. Hari senin pada minggu pertama tiap bulannya, adalah waktunya mengganti semua dekorasi. Dari tirai, taplak hingga pernak pernik terkecil.Swan melangkah dengan ayunan kaki mantap, menuju ke ruang neneknya. Meski riasan wajahnya menutupi kesan sembab yang disebabkan kejadian kemarin, tapi mata Swan tidak bisa disembunyikan.Semua menyapa Swan yang tidak peduli membalas sedikit pun. Gadis itu lurus berjalan tanpa menoleh atau melontarkan sapaan kembali.Kate baru saja keluar dari kantor Theodore ketika melihat Swan datang. Dengan tatapan mata nanar, Kate memandang Swan.Calon ratu Northery hanya melihatnya sekilas, tanpa menyapa, Swan segera mendorong pintu. Gadis itu melewati Kate tanpa sepatah kata pun terucap.“Putri Swan, tunggu!” tahan Kate menahan Swan untuk masuk.Sebagai pengawal pribadi ratu, Kate berhak menahan Swan untuk bertanya kepentingan bertemu The

  • Romeo for Princess Swan   Other Happiness

    Tempat duduk yang berbentuk ayunan di teras tersebut baru selesai diperbaiki oleh Dusk. Mereka menempati rumah bergaya country di sebuah desa yang jauh dari kota Barner. Menempuh sekitar sepuluh jam dengan menggunakan mobil.Di kota kecil inilah Dusk memilih tempat tinggal bersama Leon, putranya, dan Rose, yang ternyata bersedia menemani dirinya.Alasan Rose karena tidak ada hal lain yang ia lakukan di Barner, maka pilihannya adalah menempuh petualangan bersama Dusk. Mereka menyewa rumah yang tadinya hampir bobrok tersebut. Dusk tidak ingin menghamburkan banyak uang untuk tempat tinggal.Ia harus berhemat demi masa depan Leon nanti. Rose muncul dengan dua gelas wine dan sepiring pie hangat yang baru ia keluarkan dari oven. Dusk tersenyum samar dan menepuk ayunan untuk memastikan kokoh.“Pie yang memiliki rasa standar namun terbaik untuk saat ini,” goda Dusk sementara tangannya mencomot salah satu pie tersebut.Rose tertawa kecil dan men

  • Romeo for Princess Swan   Fear of Self Destruction

    Polin menatap Swan yang melesat dengan mobil porsche hitamnya, meninggalkan halaman losmen. Tidak ada yang bisa menebak kebahagian dalam hidup. Siapa pun yang berada dalam situasi Swan, pasti akan merasakan kehancuran yang mengubah segala pola pikir juga mental.Swan memacu mobil mahalnya melewati jalanan yang mulai sepi, di tengah guyuran hujan bulan September. Musim gugur baru saja dimulai dan angin bertiup cukup kencang, dengan suhu udara yang dingin dan kering. Air mata menguburkan pandangannya. Swan melihat jembatan di depan dan entah kenapa, mendadak ia menekan pedal rem.Gadis itu menepikan mobil dan untuk sesaat ia terdiam dengan pandangan ke luar. Hanya lampu jalanan yang menerangi sisi jalan. Trotoar yang biasa digunakan oleh pemakai sepeda juga pejalan kaki tampak sepi.Tidak ada satu orang pun yang ingin berkeliaran di malam musim gugur yang cukup dingin tersebut.Swan keluar dari mobil, melangkah menuju ke tempat ia hampir melompat turun untu

  • Romeo for Princess Swan   The World Just Don't Care

    Gaun berwarna biru pastel selutut itu membalut tubuh Swan dengan sempurna. Pagi ini, ia baru saja selesai melakukan pertemuan resmi pertamanya dengan para anggota dewan kerajaan dengan menteri baru yang terpilih.Selama rapat berlangsung, Theodore, neneknya, menunjukkan bagaimana kiprah seorang ratu dalam memimpin rapat dan memutuskan beberapa hal penting yang mendesak.Sudah hampir seminggu lebih, Dusk tidak menemuinya lagi. Sempat Swan mendengar jika kini Dusk juga merawat bayi yang diadopsinya.Tidak banyak pembicaraan yang mereka lakukan sejauh ini. Minimnya waktu dan tuntutan pekerjaan juga tanggung jawabnya, menghalangi Swan untuk melakukan keperluan pribadi.Sementara mengganti baju dengan celana panjang dan kaos, Swan melihat Lexia masuk dan menyapanya dengan buru-buru. Rentetan kalimat yang meminta Swan membaca beberapa tugas dari Theodore, tidak ia indahkan.“Aku mau libur hari ini, Lexia!” tukas Swan dengan cepat memakai jake

  • Romeo for Princess Swan   Romeo O Romeo, You Have to Go

    Dusk memeluk Leon dengan dekapan erat penuh kerinduan. Bayinya tertawa senang seakan tahu jika pria yang ia selalu lihat dan dekat dengannya selama ini telah kembali.Leon membasahi seluruh wajah Dusk dengan ciuman penuh liur. Dusk terbahak geli sementara Leon memekik senang saat mendengar tawa ayahnya.“Kau benar-benar pencium yang buruk, Leon! Saat besar nanti, papa akan mengajari yang benar!” seru Dusk di antara derai tawa yang terlontar.Rose yang mendengar semua kelakar, tersenyum diam-diam. Siapa pun menginginkan untuk menjadi pendamping pria tampan yang ternyata bisa berperan sebagai ayah yang luar biasa penyayang.“Dia sempat rewel tidak mau tidur pada hari pertama. Aku sempat dibuat kalang kabut hingga menjelang dini hari. Ternyata Leon suka sekali tidur dengan memeluk salah satu kemejamu. Untung aku menemukannya di lemari,” tutur Rose dengan geli.Dusk terenyuh saat mendengar cerita Rose mengenai Leon sementara dir

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status