Home / Fantasi / Rotate / Re : 2

Share

Re : 2

Author: Olppaemi
last update Last Updated: 2021-07-08 10:16:42

Aku sedang terlelap diatas karpet buluk di ruanganku, mungkin lebih cocok aku sebut sel. Karena bentuknya yang dikelilingi besi. Tiba tiba terdengar suara decitan keras pintu besi yang terbuka. aku terbangun, kubuka mataku perlahan. Terlihat dua penjaga sedang berdiri di sebelah sel miliku, tapi apa yang mereka lakukan? Aku tidak ingat ada acara penting yang membuat mereka harus datang sendiri ke dalam basecamp zero seperti ini. Sedikit mengintip dari celah celah selku. Seorang penjaga sedang memegang erat anak laki laki, sepertinya ada anak malang yang berhasil tertangkap di sel yang berhadapan dengan selku. Seorang anak laki laki terlihat terjatuh berdebam ke dalam sel.

“Lepaskan aku!”. Anak itu memukul mukulkan tanganya ke arah jeruji besi.

Para penjaga yang melihatnya putus asa, tertawa puas. “Ini akan menjadi rumahmu, bersikap baiklah mulai sekarang six”

Aku kembali meringkukkan badanku di atas karpet. Dua beast itu beranjak pergi, aku tidak ingin mereka menghukumku karena sudah lancang melihat kearah mereka.

Suara pukulan masih terdengar kencang.

“Hei..”. Aku berusaha menyapa anak yang ada didepanku, mungkin kita bisa berteman.

“Jangan bicara denganku!”.

Aku melonjak di tempatku, tidak ku sangka anak baru itu akan membentakku. Selama ini anak anak dalam basecamp zero cenderung diam dan pemurung. Tapi, bukankah ini menyenangkan? Akhirnya ada seseorang yang bisa ku ajak berbicara.

“Dari mana asalmu?”.

“Hei, apa kau tuli? Aku sudah menyuruhmu diam!”. Anak itu kembali membentakku, namun kini lebih keras dan lebih mencekam.

Seringai serulas di wajahku, ini menyenangkan. “Kau tahu tempat apa ini bukan? Selamat datang di The Strary, semoga kau bisa keluar dari sini hidup hidup”. Aku mengatakan kalimat  yang sama ketika menyambut anggota bestcamp yang lain.

Tidak ada jawaban dari sebrang. Suara pukulan yang tadinya terdengar keras juga menghilang, hening seketika.

Baiklah mungkin kali ini sama saja, dia akan kehilangan semangatnya dan berakhir sama dengan anak anak yang lain. Aku memejamkan mataku, berusaha terlelap di dalam selku yang dingin.

“Kau..”.

Aku terdiam, menanti kata apa yang akan dilanjutkan anak disebelahku itu.

“Aku pasti bisa keluar dari sini, aku yakin”.

Mataku berbinar mendengar jawaban anak disebelahku, akhirnya setelah penantian panjang aku mendapatkan jawaban yang selama ini aku nantikan. Walaupun suaranya terdengar pelan, terbesit keyakinan dan keteguhan di dalamnya.

Aku membuka selku dan berjalan menuju selnya berada.

“Hei six… perkenalkan aku three”. Aku tersenyum lebar, seorang laki laki dengan mata coklat dan rambut hitam khas ras manusia menatap ke arahku.

“Salam kenal”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Rotate   Re : 23

    Aku mengerjapkan mataku, ah… bosannya hanya berdiam diri seperti ini. Jika ku hitung dari pergantian cahaya malam dan siang dari celah kecil di ruangan ini, sepertinya ini sudah 3 hari sejak kepergianku dari pusat penjualan. Kabar baiknya aku masih hidup dan sangat sehat, bagaimana tidak, Ai memenuhi semua kebutuhan ku. Bahkan lebih dari bagaimana The Strary memperlakukan ku dulu. Lama kelamaan aku merasa seperti hewan ternak dalam program penggemukan. Selama ini juga aku berusaha menggali informasi tentang tempat ini dan juga tentang tuan yang membeliku. Dan untuk kabar buruknya, aku masih terperangkap disini. Ai hanya melepaskan rantai leherku saat aku hendak pergi ke kamar mandi, selain itu gadis kecil dengan manik kuning itu tak melepaskannya. Dan lagi, ia selalu memonitoriku 24/7 setiap saatnya.“Ai…” panggilku kepada gadis itu.Ai hanya menoleh sebentar lalu kembali dengan kesibukannya membuat sebuah boneka dari jerami.“Ai&

  • Rotate   Re : 22

    ‘Apa aku sudah mati?’ ucapku dalam hati, perlahan aku mencoba menggerakkan tangan dan kakiku. Aman, tubuhku masih tersambung dengan baik. Rupanya para penjaga The Strary memberikanku obat tidur, padahal selama proses pembelian aku diam dan tak melakukan sesuatu yang mencurigakan. Sepertinya mereka masih merasa khawatir jika aku memiliki rencana lain.“Pstt… hei kau yang disana.” Sebuah suara berbisik ke arahku. Aku terdiam kaku, menimbang nimbang apakah lebih baik aku membuka mataku atau berpura pura tidur saja terus.Klotak.. sebuah kepingan krikil mendarat tepat di wajahku. Aku mengaduh pelan, dengan terpaksa ku buka mataku. Cahaya yang tiba tiba masuk itu membuat mataku menyipit silau.‘Dimana ini?’ batinku, aku memedarkan pandanganku ke sekeliling. Ruangan berukuran 3 x 4 itu dipenuhi dengan jerami, sisanya kosong. Tak ada barang – barang yang mencurigakan, sejauh ini aman. Atapnya yang memiliki sedikit celah

  • Rotate   Re : 21

    Aku berdiri menghadap nampan makanku sekali lagi, memastikan apakah aku siap untuk menghadapi medan perang dihadapanku. Hari ini adalah jadwal penjualan tak terasa 6 bulan sudah berlalu dan kini kami dihadapkan dengan hari yang paling mendebarkan dalam setahun. Dan untuk rencana pertemananku dengan Lexa, jangan ditanya lagi, semua tak berjalan mulus. Ketika aku sudah hendak membuka sedikit hatiku untuknya, ia malah mati matian menyimpan Six untuk dirinya sendiri. Sedangkan lelaki itu selalu memaklumi perilaku manja dari sang gadis.“Apa kau siap?” tanya seorang lelaki dengan mata coklat dan rambut hitam legam diambang pintuku. Aku mengangguk siap.“Tentu” jawabku pendek.Wajahku kini sudah dipenuhi lebam, seperti biasa aku selalu berusaha tampil seburuk mungkin di hari penjualan.Tak butuh waktu lama kereta yang mengangkut para budak The Strary berhenti, kami digiring menuju pusat jual beli seperti biasanya. Menjajalk

  • Rotate   Re : 20

    Aku membuka mataku perlahan, sinar matahari dari celah dinding menerangi ruangan. Kreek.. Suara pintu besi terdengar dari sebrang. Six terlihat sedang berjalan perlahan meninggalkan kamarnya.Aku menaikkan sebelah alisku, “Mau kemana kau?”“AH!” Six melonjak kaget.“Apa? Tingkahmu seperti maling yang ketahuan ingin mencuri saja”. Aku mengubah posisiku menjadi duduk, ini lebih baik.“Hm, itu..”. Six berusaha memutar otaknya, mencari alasan yang cukup untuk meyakinkanku.Aku mencium bau bau mencurigakan darinya, “Tak apa katakan saja kemana kau akan pergi” kataku dengan nada sebaik mungkin.“Mm.. itu.. sepertinya seorang penjaga sel memanggilku tadi, jadi, aku pergi dulu ya”“Oh, sepertinya” kataku dengan nada sinis sambil berjalan mendekati ambang pintu.Aku melirik jam dinding yang berada di tengah basecamp.“Memangnya ada orang yang akan memanggilmu sepagi ini?”Six menggaruk tengkuknya yang tak gatal, keringat dingin mengalir dari tu

  • Rotate   Re :19

    “Jadi, apa yang kau lakukan disini?” tanyaku. Setelah puas tertawa karena kejadian yang tak terduga itu, kini aku dan Six berjalan beriringan menuju basecamp. Akhir akhir ini ras manusia kekurangan orang. Pertama karena posisi Four kosong dan yang kedua karena laki laki disampingku ini dengan menyebalkanya terbebas dari tugas, sehingga kami, budak yang tersisa harus menutupi pekerjaan mereka sebisa mungkin. Jika hal ini terus berlanjut sepertinya salah satu dari kami akan berakhir di mulut Karberos, mati karena kelelahan. Six memalingkan wajahnya, “Hm, hanya kebetulan lewat itu saja” Aku memincingkan mata jahil, “Bilang saja kau mencariku” “Siapa yang mencarimu! Kebetulan saja kita bertemu dilorong tadi, kau terlalu percaya diri” Aku tertawa puas, “Apa apaan itu, kau berbohong dengan sangat buruk! Kemana kau akan pergi melewati tempat itu hah? Aula? Atau jangan jangan.. kau diam diam ingin pergi mengunjungi kamar para penjaga se

  • Rotate   Re : 18

    “Six… Six!!” “Apa?” kata Six kesal. “Kenapa kau mengacuhkanku lagi?” kata Lexa sambil menggembungkan mulutnya. “Sudahlah, bukan hal penting. Lagipula kenapa kau masih mengikutiku?” Lexa mengayun ayunkan tanganya, “Hm, kenapa ya?.. aku juga tak tahu” “Kalau bukan bersamamu, siapa lagi yang bisa ku ajak bermain?” sambungnya. Six menghela nafas panjang, “Kau tak lihat ada banyak orang yang ingin mendekatimu? Mereka selalu saja memandang kearahmu dimanapun kau pergi” Lexa tersenyum palsu, “Hahaha, sepertinya aku kurang memperhatikan. Oh ya, kita mau pergi kemana?” Seketika Six menghentikan langkahnya. “Kenapa berhenti?” tanya Lexa sambil memiringkan wajahnya. “Kau bahkan tak tahu kemana aku akan pergi. Ah, sudahlah. Berdebat denganmu hanya akan menghabiskan waktuku” kata Six sambil Kembali melangkahkan kakinya. Kedekatan Lexa dengan Six benar benar mengubah segalanya. Anak emas seperti Lexa akan mend

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status