Share

Re : 1

Ruangan makan yang tadinya ramai kini sunyi senyap, semua mata memperhatikan gadis lusuh dengan bajunya yang compang camping, terdapat beberapa lubang di tiap sisinya. Rambut panjang berwarna hitam dan mata coklat adalah ciri khas dari ras yang paling rendah dalam hirarki peradaban dunia yaitu manusia. Di dunia ini, ras manusia lebih sering di jadikan sebagai budak atau bahkan lebih rendah dari itu. Bayangkan saja, ditengah chaosnya dunia yang penuh dengan kekuatan. Ada satu ras yang tidak memiliki setitikpun kekuatan.  Dikarenakan nasib mereka yang malang, kebanyakan manusia memilih membunuh anaknya ketika masih kecil sehingga populasi mereka menjadi jarang.

Aku memegang nampan makanku dengan tangan bergetar, tatapan orang orang serasa menusukku dari belakang. Entah berapa lama aku mengantri dalam barisan ini. Ketika aku sudah mencapai garis depan beberapa budak dengan rank lebih tinggi menyelipku, bahkan kadang mereka mendorongku untuk kembali ke barisan paling belakang.

“Maaf ya… sepertinya kau harus mundur beberapa langkah lagi”. Mereka tertawa serempak melihatku terdorong jatuh kebelakang.

Tempat ini adalah pusat jual beli perbudakan yang berada di garis perbatasan ras beast dan werewolf  -bagaimanapun juga mereka bersaudara- ,  The Strary itulah nama yang sering di sebutkan pelanggan kami. Disini terdapat banyak ras, seperti beast, werewolf, hobbits, vampire dan beberapa ras lainya. Dan diantara semua makhluk buas itu terdapat 5 anak manusia, dan aku adalah salah satu anak malang yang lahir kedunia dengan status manusia. Kami dibedakan menjadi beberapa peringkat sesuai dengan harga jual kami, sebuah tatto bintang dengan angka didalamnya adalah bukti peringkat kami. Zero, adalah angka yang terukir manis di tanganku. Pembagian makan, pakaian, minum dan tugas, semua disesuaikan dengan angka yang tertera ditangan kami.

Akhirnya kini giliranku mendapatkan makanan. Seorang beast besar berjenis beruang dengan bulu coklatnya, memandangku rendah.

“Tunjukkan tanganmu!”. Dia membentakku dengan keras, seakan malas berurusan dengan orang sepertiku.

Aku menunjukkan tatto ditanganku, kutundukkan wajahku dalam dalam.

Sebuah bubur putih polos tanpa lauk apapun, terjatuh tepat di atas nampanku. Aku terdiam, menanti.

“Apa yang kau tunggu cepat jalan!, kau membuat antrian ini semakin panjang!”.

Beberapa anak di belakangku mengeluh dan berbisik keras, mereka memang sengaja membuatku mendengar semua yang mereka katakan.

Kekecewaan terpampang jelas di wajahku, bubur di atas nampanku terlihat hambar. Aku tahu ini memang ini yang akan aku dapatkan, walaupun aku menanti hingga era digital tidak akan ada yang berubah, Tapi setidaknya tidak apa apa kan aku sedikit berharap dari belas kasih mereka. Ku lirik sedikit jatah makan anak anak siren, mereka mendapatkan ikan segar dan juga lauk penuh lainya. Aku kembali berjalan melewati beberapa gerombolan beast, mereka juga mendapatkan jatah makanan yang lebih baik dariku.

Sudah 3 tahun semenjak aku tertangkap dan dimasukkan kedalam penjara ini, dulu aku adalah gelandangan yang bersembunyi di balik kegelapan. Aku tidak tahu dimana orang tuaku, mungkin mereka membuangku atau mati terlebih dahulu, aku juga tidak begitu yakin. Hingga suatu hari ada beberapa beast yang melaporkanku kepada pusat perbelanjaan ini.  Ras manusia tidak memiliki wilayah kekuasaanya sendiri, jadi aku yakin orang tuaku adalah budak.

Kadang aku bingung bagaimana cara mereka untuk mendapatkan anak dengan peringkat yang lebih tinggi seperti siren, vampire, beast dan juga ras lainya. Di dunia ini tidak ada larangan untuk melakukan jual beli makhluk hidup. Tidak ada peraturan yang mengekang dalam perputaran dunia. Tidak ada otoritas tertinggi yang mengatur pergerakan makhluk hidup. Apapun bisa kau lakukan selama kau menjadi yang terkuat.

Aku berjalan pergi dari ruang makan tersebut. Lagi pula percuma aku berada disana, hanya aku satu satunya ras manusia yang lebih sering keluar dari kamar. Ras manusia lain lebih memilih mengunci diri mereka di kamar, kami bahkan tidak mengenal satu sama lain. Aku berjalam menuju basecamp bertuliskan zero di atasnya. Terdapat beberapa ruangan dengan jeruji besar yang membatasinya, kadang para penjaga mengunci kami dari luar, dan membiarkan kami kelaparan. Aku berjalan menuju ruangan dengan angka 3 diatasnya, itu adalah nomerku. Tidak mungkin para penjaga mau repot repot menamai budak seperti kami bukan?

Aku menyendokkan sesuap besar bubur kedalam mulutku, berusaha membayangkan makanan yang lebih enak. Bau makanan anak anak rank atas sering ku jadikan pacuan untuk imajinasiku. Membayangkan bagaimana rasanya memakan makanan yang sama dengan mereka.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status