Share

Pertikaian pagi hari

Author: Allyaalmahira
last update Last Updated: 2023-09-07 20:24:35

Pagi ini, Zahra memulai aktifitasnya didapur, karna hari ini ART nya sedang cuti pulang kampung. Namun bukan hal baru bagi Zahra jika harus memasak untuk sarapan pagi suaminya, pasalnya ada ART sekali pun selalu ia yang menyiapkan sarapan khusus untuk Roni. Dengan gerak lincah dan luwes kini Zahra beradu dengan alat alat memasaknya, memasak dengan sepenuh hati, karena baginya selain bumbu yang melezatkan makanan, tapi juga perasaan iklas dan bahagianya yang akan membuat masakan itu lebih terasa nikmat.

"Kamu lebih pantas seperti ini."

Tiba tiba terdengar suara itu di dekatnya, yang membuat aktifitas tangan Zahra seketika terhenti dan dengan cepat menoleh, ia terkejut setelah ia dapati Fatimah yang saat ini sedang terfokus memperhatikannya.

"Ibu."

"Ibu lebih suka lihat kamu seperti ini, dari pada kamu yang jadi istri Roni tapi ngga berguna," celetuk Fatimah yang membuat nafas Zahra hampir terhenti.

Dipagi buta ini, ia sudah mendapat serangan yang menghujam jantung, ucapan tiap ucapan selalu membuat hatinya terluka.

"Maksut ibu? Ibu lebih suka liat aku jadi pembantu dari pada sebagai istri mas Roni?" tanya Zahra yang membuat Fatimah terkekeh.

"Jadi kamu tau maksut ibu? Baguslah. Itu artinya kamu masih sadar diri."

"Terserah ibu aja, ngga papa kok kalau ibu mau anggap aku pembantu dirumah ini, toh pekerjaan itu bukan pekerjaann yang hina," jawab Zahra yang membuat Fatimah menatapnya dengan tajam.

"Ngga usah sok baik kamu, ngga usah sok bijak. Percuma, karna ibu ngga akan pernah suka lagi sama kamu, ibu nyesel kenapa dulu ibu sayang sama kamu dan ngizinin Roni buat nikah sama kamu, kalau akhirnya begini ibu nyesel."

"Astafirullah bu, kenapa sih aku ngga pernah dianggap baik dimata ibu? Apa aku sehina itu bu? Selama ini aku berusaha sabar, aku berusaha diam menghadapi ucapan ucapan ibu semacam ini, tapi kali ini rasanya..."

"Rasanya apa? Kamu mau marah sama ibu? Mau ngadu sama Roni? Silahkan dengan senang hati ibu dengernya."

Kali ini Zahra berusaha tenang, berulang kali ia menghela nafas dan mencoba melupakan emosinya. Tak menjawab apapun lagi kini Zahra dengan cepat menyelesaikan masaknya dan segera meninggalkan tempat.

Jika sudah seperti ini, rasa penyesalannya tiba tiba menghampiri, mengapa tak ia katakan saja yang sebenarnya, mungkin jika Fatimah tau yang sebenarnya sikapnya tak seperti ini pada Zahra. Tapi sekarang, semuanya sudah terlanjur, jika saat ini ia jujur sudah pasti ucapannya tak akan dipercaya lagi, karena terlalu banyak kebencian yang menumpuk dihatinya.

"Jadi orang kok gampang marah, cuma dibilang begitu aja udah marah," gerutu Fatimah setelah melihat Zahra meninggalkan tempat tanpa senyuman.

"Lagian ibu juga sih, selalu aja mojokin Zahra, wajar lah kalau dia marah"

Tiba tiba terdengar suara itu yang membuat Fatimah seketika menoleh.

"Roni."

"Bu, jangan buat Zahra sedih terus dong, dia itu istri yang baik bu, dia ngga pernah buat aku kecewa ataupun sedih, jadi aku ngga mau kalau dia terus terusan sedih dengan ucapan ucapan ibu yang kaya gini."

"Terus aja kamu belain istri ngga berguna kamu itu Ron, ibu ngga habis fikir kenapa sih sama kamu? Udah jelas jelas dia mandul masih kamu bilang ngga buat kamu kecewa, Roni Roni ibu ngga tau jalan fikiran kamu," ucap Fatimah yang kemudian berlalu.

Pagi yang indah ini, bukannya disambut dengan senyuman malah dengan pertikaian yang berulang kali terjadi. Gempuran demi gempuran yang Zahra rasakan akhir akhir ini, hingga ia tak dapat lagi menahan setiap ucapan ucapan yang merusak hatinya, rasanya seperti tersayat dengan pisau berkarat, pedih, luka namun tak berdarah.

Kini ia terduduk sendiri, hanya bulir air mata yang setia terjatuh dan membasahi pipi, isakan tangisnya sangat terasa betapa pedih hatinya kini.

Hingga alam pun sepertinya mengerti akan perasaan yang saat ini Zahra rasakan, langit pun merana, berwarna gelap dan tanpa cahaya, ya mendung pertanda akan turunnya hujan.

Seperti yang dirasakan Zahra saat ini, yang juga terus menangis bak hujan yang sebentar lagi akan datang.

"Sayang, masuk yuk mau hujan."

Terdengar ucapan itu dari arah belakang, yang membuat Zahra dengan cepat mengusap air mata yang memenuhi pipinya.

"Mas."

"Zahra, atas nama ibu aku minta maaf ya," ucap Roni yang membuat Zahra menunduk.

Jujur sulit sekali untuk berkata ya, atau pun sekedar mengangguk, karena sudah terlalu banyak luka yang digoreskan dihatinya.

"Aku ngga tau mas, harus bersikap gimana lagi sama ibu, semua yang aku lakukan selalu tak pernah benar dimatanya. Apa aku benar benar ngga bisa dimaafkan mas? Sampai sampai ibu terus menyudutkan aku sampai aku terpojok dan ngga bisa berkutik lagi," tutur Zahra dengan air mata yang kembali menetes.

"Engga ada yang perlu dimaafkan sayang, kamu ngga bersalah apa apa."

"Tapi ibu mas, dia selalu menganggap aku salah, karena aku yang... Mandul ini. Kayanya apa yang dibilang ibu bener mas, bukankah kamu harus punya keturunan? Dan kalau kamu terus bertahan sama aku, kamu ngga akan bisa punya keturunan."

"Engga, kamu ngga boleh nyerah Ra, kamu harus tetap kuat, kamu harus selalu dampingi aku sampai kapanpun itu. Karena aku ngga mau ada wanita pengganti kamu sampai kapan pun dan siapapun itu."

Mendengar ucapan itu Zahra hanya bisa terdiam, setidaknya ada yang masih bisa membuat hatinya bahagia, ya kesetiaan sang suami, membuatnya tersenyum dan bersemangat kembali, kembali ia rasakan semua tidak percuma, karena cinta sang suami yang dianggapnya luar biasa.

"Makasih ya mas, lagi lagi kamu yang buat semangatku kembali. Sekali lagi aku minta maaf karena aku ngga bisa kasih keturunan buat kamu."

"Udah udah, jangan dibahas lagi. Sekarang lebih baik kita masuk, karena langit udah mulai gelap, dan hujan sebentar lagi datang, ayo masuk," ajak Roni yang lalu membawa Zahra kini melangkah memasuki rumah.

Sementara Fatimah yang kembali menyerngitkan bibirnya setelah melihat Roni dan Zahra kembali berdua.

"Dasar labil, selalu bisa dibujuk suaminya. Ngga bisa di biarin, kalau kaya gini terus kapan aku punya cucu? Dan kalau begini terus lama lama Jesika ngga mau lagi kasih aku uang banyak," gumam Fatimah yang kembali menyusun rencananya.

Entah, rencana apa lagi yang akan ia lakukan kali ini, rencana yang gagal sebelumnya rupanya tak membuatnya jera, malah justru membuatnya tambah bersemangat untuk mengatur rencana selanjutnya.

Dengan cepat kini Fatimah meraih ponselnya dan menghubungi Jesika.

"Hallo Jes, kita harus ketemu ya ditempat biasa."

"Oke tante, aku otw sekarang."

Tut tut tut panggilannya pun terputus, bibir Fatimah yang kini tersenyum licik setelah ia menemukan ide untuk rencana yang bisa dilakukan kedepannya.

••••

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Rumah Tanggaku Hancur Karena Ibu Mertua   Happy Ending

    Hari ini adalah hari bahagia yang dinanti Rina dan Rizki tiba, hari pernikahan yang hendak mengubah status mereka menjadi menikah.Pagi ini, Zahra yang telah bersiap dengan penampilan elegannya, penampilannya cantik namun wajahnya tak berhias senyuman.Matanya meremang, penuh air mata yang seketika dapat menghapus make up di wajahnya."Kalau ini memang takdir kita, aku akan terima mas," ucap Zahra yang berusaha tegar.Sementara Rina dan Roni yang kini telah bersiap dengan penampilannya masing masing, sebuah gaun berwarna putih menghiasi tubuh mungilnya dengan sangat cantik.Bibir nya tersenyum, dan merona. Ekspresi wajah bahagia itu tak hilang dari wajah ayu gadis mungil yang akan segera mendapat gelas istri tersebut.Masalah akan Zahra, sementara terlupakan. Belum lagi memikirkan kemana pergi nya Zahra setelah kembali ke Jakarta?Dan Roni yang kini sudah siap menyambut kedatangan calon menantu yang tidak lain adalah sahabatn

  • Rumah Tanggaku Hancur Karena Ibu Mertua   Teka teki kepulangan Zahra

    "Gimana Jes, udah jadi kan? undangannya juga udah disiapkan?""Udah Ron, ini udah aku siapin semuanya," ucap Jesika seraya memberikan sejumlah undangan pada Roni.Lagi lagi perkara sakit hati, Zahra tak dapat menahan air mata kala melihat keakraban yang terjadi kepada Jesika dan suaminya.Meski mulut sudah mencoba mengucap iklas namun hati rasanya masih belum bisa. Berat dan sulit adalah rasa untuk mengikhlaskan cintanya."Lusa hari pernikahannya, akan kah aku sanggup?" batin Zahra dengan air mata yang kembali menetes."Jes, setelah ini kita cek gaun nya ya, kalau sudah siap langsung saja dibawa pulang, waktunya kan udah ngga lama lagi.""Iya Ron, mungkin lebih baik begitu. biar kita jadi lebih santai nantinya," jawab Jesika yang membuat Roni mengangguk.Entahlah, pemandangan yang terjadi rasanya mengarahkan pikiran Zahra pada pernikahan mereka, meski sebenarnya tidak ada hubungannya.Ditengah tengah perbincanga

  • Rumah Tanggaku Hancur Karena Ibu Mertua   Panggilan sayang, panggilan keramat

    Rina gadis mungil yang kini tersadar paska operasi, perlahan matanya terbuka. Penglihatannya tampak buram, orang pertama kali yang ia lihat tampak tersenyum padanya, namun entah siapa pemilik senyum manis itu.Berulang kali Rina mengerjap ngerjapkan matanya, agar penglihatannya tak lagi buram, setelah cukup jelas memandang, ternyata wajah manis itu milik Rizki.Laki laki yang tidak lain adalah calon suaminya. laki laki itu tersenyum membuat hati Rina tenang, dengan pandangan mata yang tertuju tajam menatapnya."Abang," ucapnya lemah.Alih alih menjawab, laki laki berkaca mata itu justru meneteskan air mata. Tanda bahagia karena melihat orang tersayangnya membuka mata.Tak berkata apa pun, Rizki yang seketika mendekap tubuh Rina, dengan sangat erat, berharap tak akan terjadi hal sama diantara mereka."Abang kenapa nangis?" tanya Rina setelah dekapan Rizki terlepas.Perlahan jari jari lentik itu mengusap air mata yang tamp

  • Rumah Tanggaku Hancur Karena Ibu Mertua   Rina kecelakaan

    Kembali dengan aksi pengintaian nya, Zahra yang kembali ke rumah Roni untuk mengintai Roni yang sedang mengurus pernikahan. Pagi ini kembali ia melihat Roni memasuki mobilnya, Namun pandangan nya seketika tertuju pada Fatimah yang kini keluar dengan sebuah kursi roda. Matanya terbelalak, kala ia melihat sang mertua."Loh ibu kenapa? kenapa dia pake kursi Roda?" gumam Zahra dengan pandangan tak berkedip.Pandangannya terputus setelah melihat mobil Roni melaju, dengan cepat Zahra pun mengikutinya."Ikuti mobil didepan ya pak," ucap Zahra pada sopir taxy.Setelah diikuti, ternyata mobil Roni terhenti dihalaman perusahaan tempat nya bekerja."Ternyata mas Roni mau kerja," batinnya dengan pandangan tak berkedip memperhatikan tubuh Roni yang kini sudah memasuki gedung.Sementara Roni yang kini melangkah menuju ruangan Jesika. Mengetuk pintunya, dan lalu masuk."Ron, ada apa?""Jes, aku minta bantuan boleh?"

  • Rumah Tanggaku Hancur Karena Ibu Mertua   Perkara undangan pernikahan

    Keesokan harinya, Zahra yang kini sudah berpenampilan rapi, hendak kembali ke Jakarta dan bersua dengan keluarganya."Nek, nenek yakin mau disini sendiri? ikut aku aja yuk, biar aku rawat nenek dirumah ku.""Ngga usah nak, nenek lebih nyaman tinggal disini."Terdiam mendengar jawaban yang nenek Misni beri. Tak tega jika akan meninggalkan wanita tua itu sendiri, sementara sang suami yang sudah tak lagi ada disampingnya."Yaudah kalau gitu aku pamit ya nek. Makasih untuk semuanya atas kebaikan nenek dan almarhum kakek, nenek disini hati hati ya, jaga diri baik baik, dan jangan lupa jaga kesehatan," ucap Zahra menggenggam tangan keriput wanita tua dihadapannya tersebut."Iya nak, kamu juga hati hati ya, semoga sampai tujuan dengan selamat, sering sering main kesini ya, ke gubuk nenek ini.""Pasti nek, pasti, kebaikan nenek ngga akan pernah aku lupain. Yaudah kalau gitu aku berangkat ya, assalamualaikum.""Walaikum salam."

  • Rumah Tanggaku Hancur Karena Ibu Mertua   Menikah?

    Hari demi hari berlalu, Zahra yang masih menanti kedatangan Roni kembali, ia selalu menunggu kedatangan Roni atau pun orang suruhan suaminya itu, diwarung sate, mau pun dirumahnya.Bahkan ia mewanti wanti nenek Misni, jika bertemu beberapa orang tersebut ia harus menjawabnya dan memberi tahu dimana Zahra saat ini.Namun setelah beberapa hari menunggu, Roni, Rina, Rizki atau pun anak buah Roni tak lagi datang, hingga membuat Zahra kembali bersedih, rasa penantiannya seakan tak berujung."Apa kamu mulai lelah mencari aku mas? kenapa kamu ngga datang lagi? aku disini mas, datang lah," batin Zahra dengan aktifitas mencuci piringnya.Sementara Roni, yang saat ini belum ada waktu untuk mencari sang istri kembali, karena sibuk dengan Fatimah yang saat ini juga sedang sakit.Sebenarnya, Roni ingin kembali ke Desa itu, desa dimana Zahra berada. Namun, fikirannya terlalu penuh dengan masalah masalah yang datang silih berganti.Kali ini Ron

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status