Share

bab 6

Author: CewekTauruz30
last update Last Updated: 2025-02-23 23:16:32

Di ruangan Albi, Nayra terus terdiam. Dia seolah hanyut dengan apa yang sedang dia pikirkan. Nayra yakin, kedatangan ibu mertua dan adik iparnya itu untuk menjalankan apa yang sudah mereka rencanakan. Sungguh tidak habis pikir, adik iparnya dengan sangat tega ingin memisahkan dia dengan Albi. 

“Nay, jika suamimu sedang bekerja, jangan kamu ganggu dia. Seharusnya kamu diam saja di rumah dan tunggu dia pulang. Kamu seperti tidak punya kerjaan lain saja,” ucap Laila. 

“Lantas ibu dan Aninda ada kepentingan apa ke kantor?” tanya Nayra kembali. 

“Wajar saja jika ibu berkunjung ke kantor. Secara, ibu adalah pemilik perusahaan ini. Ibu berhak jika memang ingin keluar masuk kantor. Ibu ingin melihat perkembangan perusahaan sekarang seperti apa,” jawab Laila sambil menatap Nayra. 

“Iya, kenapa mbak Nayra justru bertanya seperti itu? Jika memang ibu mau datang kapan saja, bukannya itu tidak jadi masalah?” tanya Aninda yang justru membuat suasana di ruangan itu semakin memanas. 

“Iya saya mengerti, Bu. Nayra hanya bertanya saja, jika memang ada keperluan lain juga tidak apa-apa.” Nayra duduk dengan tenang, tapi percayalah hatinya tidak tenang karena dia tahu apa yang nanti akan ibu mertuanya katakan pada suaminya. 

“Sekalian ibu juga mau ajak Albi untuk makan siang, kebetulan Aninda ingin makan di sebuah restoran yang baru beberapa hari buka. Ibu jadi ingin mampir karena apa yang dirasa Aninda enak, pasti tidak akan salah. Selera kita memang sama,” celetuk Laila dengan mengusap tangan Aninda. 

“Iya, Nayra juga rasa ibu dan Anin memang sangat cocok. Nayra juga pikir selera kalian pasti sama, ternyata benar,” jawab Nayra sambil tersenyum. Padahal Nayra tersenyum seolah mengejek kedua wanita yang ada di hadapannya. 

Albian yang mendapat kabar jika ibunya datang dan sedang berada diruang nya langsung menyudahi meeting. Dia takut jika ibunya membuat sang istri menangis lagi, bukan tidak percaya pada ibunya. Hanya saja selama ini jika Nayra sudah bertemu dengan ibu dan adik iparnya, maka ujungnya sang istri pasti menangis. 

“Ibu, tumben datang ke kantor gak bilang Albi dulu.” 

“Memangnya kenapa? Ibu ingin mengunjungi anak ibu, tiba-tiba pengen ke kantor. Tidak harus bilang sama kamu dulu, ini juga perusahaan ibu,” jawab Laila. 

“Tidak, bukan begitu, Bu. Jika Albi tahu ibu akan datang, mungkin Albi akan menunda meeting hari ini. Jadi ibu tidak harus menunggu seperti ini.” 

“Sudahlah, ibu hanya mampir dan ingin mengajak kamu makan siang bersama. Tapi, kenapa Nayra ikut kamu ke kantor. Tumben sekali,” celetuk Laila sambil menatap menantu keduanya. 

Albi menghela nafas panjang. “Albi yang mengajak Nayra ke kantor, kasian dia dirumah gak ada kerjaan. Jadi, Albi ajak Nayra saja.” 

“Kenapa gak ikut kerja aja sama kamu? Dia bisa menjadi sekretaris disini dan tidak akan buang-buang waktu jika ikut tanpa melakukan apapun.” 

“Bu!” panggil Albi seolah ingin ibunya menghentikan ucapannya. 

“Memangnya kenapa? Apa yang ibu katakan memang benar, Nayra belum punya anak dan pasti memiliki banyak waktu. Setidaknya dia bisa menghasilkan uang sendiri, bukannya itu lebih bagus? Ibu juga dulu begitu, menunggu ibu hamil, ibu meminta pada ayahmu untuk menjadikan ibu sekretarisnya.” 

Albi hanya bisa menatap istrinya, Nayra diam tanpa menjawab apa yang dikatakan mertuanya.

Suasana di ruangan Albi semakin memanas, Laila yang terus bicara tak pantas membuat Nayra ingin sekali pulang. Melihat istrinya yang diam dan tidak banyak bicara membuat Albi khawatir. Albi mendekat dan menatap istrinya seolah mengatakan jika semua akan baik-baik saja. 

“Kalau memang ada sesuatu yang ingin ibu sampaikan, kita bicarakan di rumah. Albi akan mengantarkan Nayra pulang, untuk makan siang bersama, Albi rasa Albi akan makan siang di rumah saja bersama dengan istri Albi.” 

Laila langsung menatap putranya. “Ibu sudah jauh-jauh datang ke kantor, masa kamu mau tinggal begitu saja, Albi?” 

“Mas Albi, ada yang ingin ibu sampaikan. Jadi-” 

“Tidak, seperti yang Albi katakan. Albi akan mengantarkan Nayra pulang, kita bisa bicara nanti jika sudah sampai rumah. Atau kalau memang itu sangat penting, Albi akan datang ke rumah ibu setelah jam makan siang selesai,” sahut Albi yang sengaja memotong ucapan adik iparnya itu. 

Aninda langsung cemberut, dia tidak menyangka kalau kakak iparnya akan membela istrinya. Dia pikir Albi akan menuruti dan langsung menyetujui apa yang mertuanya katakan. Sekarang Albi malah pergi dan mengantarkan Nayra. 

“Sebenarnya, apa yang ingin ibu bicarakan sama kamu ya, Mas?” tanya Nayra yang kebetulan sudah berada di mobil bersama dengan Albi. 

“Mas juga tidak tahu, Sayang. Mungkin ada sangkut pautnya dengan perusahaan, tidak biasanya ibu datang langsung ke kantor jika tidak ada hal yang sangat penting.” 

“Katanya tadi hal pentingnya ingin mengajak makan siang bersama, itu juga pasti karena Aninda yang minta. Astaga, kenapa dia selalu membuat aku kesal sih, Mas? Kenapa juga Rafael suka dan menikahi wanita seperti itu?” celetuk Nayra yang membuat Albi tersenyum dan menggelengkan kepalanya. 

“Sudahlah, hanya Rafael yang tahu.”

Akhirnya Albi dan Nayra makan siang dirumah, sebelumnya Nayra meminta art untuk menyiapkan makan siang. Jadi, saat mereka telah sampai, keduanya langsung makan siang bersama. Saat sedang makan, Nayra jadi teringat apa yang sudah direncanakan mertua dan iparnya. Sungguh semua itu membuat kepalanya pusing. 

“Mas!” panggil Nayra. 

“Iya, ada apa?” tanya Albi sambil menatap istrinya. 

“Apapun yang terjadi, berjanjilah untuk tidak meninggalkan aku.” 

Albi menyimpan sendok yang sedang dia pegang. Dia menatap dengan lekat wanita yang sudah dinikahi selama dua tahun itu. Sikap dan perkataan Nayra membuat Albi bingung. 

“Apa yang kamu katakan, sayang? Kenapa berpikir jauh sekali?” 

“Aku hanya ingin kamu berjanji untuk tidak meninggalkan aku.” 

“Sayang, aku tidak suka ketika kamu berpikir hal yang tidak pernah aku pikirkan. Pikiran kamu itu sangat dan bahkan terlalu jauh, semua itu tidak ada dalam pikiranku sama sekali. Jadi stop berpikir yang aneh-aneh!” kata Albi dengan tegas. 

Nayra mengangguk, dia lalu melanjutkan makan siangnya. Siang ini Albi justru menyuapi sang istri, dia ingin membuktikan jika apa yang istrinya takutkan tidak akan pernah terjadi. 

Sore harinya, Albi mendatangi rumah Laila. Albi penasaran dengan apa yang akan dibicarakan oleh orang tuanya. Tidak biasanya Laila datang tanpa memberitahunya. Dia segera ke taman belakang setelah salah satu art mengatakan jika ibunya berada di taman belakang bersama dengan Aninda. 

“Bu!” panggil Albi. 

Senyuman terbit di bibir Laila ketika melihat putranya datang. “Kamu sudah datang, Nak.” 

“Iya, sesuai dengan apa yang aku katakan tadi. Ada apa ibu datang ke kantor?” tanya Albi yang langsung pada intinya. 

“Ibu hanya ingin bertemu dengan kamu saja, Nak. Ibu juga ingin melihat perubahan perusahaan. Ternyata banyak sekali yang berubah, ibu bangga sama kamu.” 

“Terima kasih, Bu. Tapi memang itu sudah menjadi tugas Albi, semua ini karena amanat dari ayah.” Albi duduk disamping Laila, sementara Aninda duduk di hadapan keduanya. “Tapi Bu, Albi tidak suka mendengar ibu selalu memojokan Nayra. Walaupun bagaimanapun Nayra adalah istri Albi, dia juga menantu ibu.” 

“Tapi Nak, apa yang ibu katakan memang benar. Jika Nayra merasa suntuk seharian di rumah, kenapa dia tidak ikut bekerja saja dengan kamu? Aninda saja saat belum hamil dia tetap bekerja menjadi seorang model, masa Nayra tidak mau.” 

“Tapi semua ini memang Albi yang minta. Albi minta Nayra berhenti bekerja dan tidak usah melakukan apapun, kegiatan apapun diluar rumah. Tugas Nayra hanya melayani aku dan menunggu aku pulang, itu sudah sangat cukup untuk aku, Bu.” Albi mencoba untuk membela istrinya. 

“Astaga! Terserah kamu saja, Albi. Ibu hanya memberi saran padamu, jika memang tidak kamu terima juga tidak masalah.” 

“Baiklah, apa yang ingin ibu bicarakan sama aku?” 

“Ibu ingin sekali memiliki cucu dari kamu, tapi sampai saat ini belum juga terwujud. Ibu yang sudah tua ini merasa ada yang kurang, apa kamu tidak ingin anakmu kelak melihat neneknya? Apa kamu tidak ingin jika nanti anakmu tidak bisa main dengan ibu?” tanya Laila yang sudah mulai memainkan drama. 

“Lalu aku harus bagaimana, Bu? Tuhan belum mengijinkan aku mempunyai anak.” 

“Nak, bagaimana jika kamu menikah lagi? Ibu yakin semua permasalahan itu ada pada Nayra.” tanya Laila dengan semangat. 

“Apa?” 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Rumah Tanggaku Hancur karena Mertuaku    Bab 30

    “Mas!” panggil Nayra ketika suaminya baru saja keluar dari kamar mandi. “Kenapa? Apa masih kurang?” goda Albi sambil mengerling genit. “Apa sih, kamu ini kalau ngomong pasti ke situ-situ aja.” Albi tersenyum, dia berjalan menuju nakas dan mengambil air minum. “Lalu apa?” “Suami Kharisma itu siapa, sih? Bukannya kemarin kata Anin suami Kharisma itu dari keluarga Hartanto juga?” Mendengar pertanyaan Nayra membuat Albi langsung tersedak karena Albi memang sedang minum. Nayra mendekat dan mengusap punggung suaminya dengan lembut. Albi masih kaget dengan apa yang ditanyakan Nayra. “Kenapa sampai tersedak kek gitu, sih? Kaget banget aku tanya suami dari Kharisma?” “Bukan gitu, aku kaget aja tiba-tiba kamu tanya suami Kharisma. Ada apa?” tanya Albi mencoba bersikap biasa. “Aku bingung aja, Kharisma hamil tapi ibu bilang Kharisma ngidam mangga muda sama kamu. Apa hubungannya, coba?” “Masa sih?” Nayra mengangguk. “Baru saja aku liat ponsel kamu dan ada pesan dari ibu. Kharisma katany

  • Rumah Tanggaku Hancur karena Mertuaku    Bab 29

    “Mas, lagi liat apa, sih?” tanya Nayra yang berdiri di hadapan Albi. Albi yang sedang terus menatap ponselnya langsung mematikan ponsel itu dan menyimpannya. “Tidak, Mas kebetulan lagi periksa beberapa email yang masuk. Kamu udah darimana?” “Tadi habis dari tetangga sebelah, anaknya baru pulang dari luar negri. Aku yang sedang ada di halaman depan dipanggil dan berkunjung mencicipi beberapa oleh-oleh yang anaknya bawa,” jawab Nayra seraya duduk di samping suaminya. “Selama ini aku selalu diam dirumah, tanpa mengenal para tetangga. Rasanya sangat rugi sekali, ternyata tetangga kita baik-baik, Mas. Katanya mereka sebenarnya ingin mengajak aku untuk gabung ketika sedang berkumpul, tapi mereka agak segan sama kamu, Mas. Ada-ada aja,” imbuh Nayra. “Padahal mereka selalu menyapa Mas kalau Mas pulang atau pergi kerja,” jawab Albi sambil tersenyum. “Kalau sekali-sekali aku undang mereka ke rumah, boleh?” “Tentu saja boleh, kamu juga butuh teman ngobrol dan supaya tidak bosan juga di ruma

  • Rumah Tanggaku Hancur karena Mertuaku    Bab 28

    “Mas, aku hamil.” Albi terdiam, dia terkejut dengan apa yang dikatakan Kharisma, istri keduanya itu. “Mas, apakah kamu tidak bahagia mendengar kabar ini?” kata Kharisma kembali yang sontak membuat Albi tersadar. Albi menghela nafas panjang. “Apa yang kamu katakan itu benar?” “Apa Mas tidak percaya dengan apa yang aku katakan?” Kharisma berjalan menuju meja rias, dia mengambil alat yang tadi digunakan untuk mengecek kehamilan. Kharisma lalu memberikan alat itu pada Albi. Albi kembali diam, dia menatap benda yang kecil yang terlihat ada garis dua. Entah apa yang harus dia rasakan sekarang, apakah dia harus bahagia karena akan mempunyai anak? Atau dia harus bersedih karena anak yang akan lahir itu bukan dari rahim Nayra. “Kamu yakin ini adalah anakku?” “Apa maksud pertanyaan kamu itu, Mas? Apakah kamu pikir aku melakukan itu dengan pria lain?” Kharisma menatap tajam suaminya. “Apa kamu tidak sadar jika yang pertama kali melakukan itu adalah kamu? Aku tidak pernah tidak menyangka k

  • Rumah Tanggaku Hancur karena Mertuaku    Bab 27

    Anak cantik udah nyampe, sehat, sayang?” tanya Fitri menyambut kedatangan keponakan tersayang nya. “Aku sehat, tante. Aku mau main di sini, boleh?” “Kenapa tanya seperti itu? Tentu saja rumah ini terbuka lebar untuk kamu, kapan saja kamu bisa datang. Kamu mau tinggal disini juga boleh, jangan pernah bertanya seperti itu lagi. Kamu ini anak Tante, mengerti?” Nayra mengangguk sambil terlihat air matanya sudah akan jatuh, segera Fitri memeluk keponakan yang sudah dianggap sebagai anak nya itu. Albi mengusap punggung istrinya, Albi menatap Fitri seolah meminta supaya Tante dari istrinya itu menghibur istrinya. “Oh iya, sudah lama kamu tidak menginap dirumah Tante. Kamu menginap satu malam aja, boleh?” Nayra melepaskan pelukannya. “Aku gimana mas Albi saja, kalau memang diizinkan untuk tinggal disini, aku tidak masalah. Lagian aku juga kangen sih sama Tante, banyak banget yang ingin aku ceritakan ke Tante.” “Baiklah, kita akan menginap disini malam ini.” Jawaban Albi sontak membuat N

  • Rumah Tanggaku Hancur karena Mertuaku    Bab 26

    “Bu, tadi ada paket dan saya sudah simpan di ruang tamu.” kata wanita yang baru berusia lima puluh tahunan itu. “Paket apa, bi?” tanya Nayra pada wanita yang baru bekerja di rumah Nayra itu. “Sepertinya dari rumah sakit, Bu. Biar saya ambilkan dulu,” jawab Epi sambil berjalan menuju ruang tamu. Epi bekerja pada Nayra dan Albi baru dua bulan. Albi saat itu meminta Laila untuk mencari seorang art, karena art sebelumnya tidak bisa bekerja lagi. “Bu, ini suratnya.” Nayra mengangguk. Dia tahu surat yang sedang dia pegang itu adalah hasil pemeriksaan dari rumah sakit. Nayra berjalan menuju kamar, dia lalu duduk di sofa dan membuka amplop coklat dan segera membacanya. Dadanya sakit, sesak dan sepertinya dia kehabisan nafas membaca hasil pemeriksaan. Air mata mengalir begitu saja tanpa diminta, tidak percaya dengan apa yang dia baca barusan. “Apa yang akan Mas Albi katakan nanti ketika tahu hasil pemeriksaan ini? Aku yakin pasti Mas Albi akan kecewa sama aku, aku harus bagaimana?” liri

  • Rumah Tanggaku Hancur karena Mertuaku    Bab 25

    Aninda, Laila dan Rafael berjalan beriringan. Sementara Albi dan Nayra berjalan dibelakang, Albi menggenggam tangan Nayra, Albi terus melontarkan candaan pada istrinya. Albi tidak ingin Nayra bersedih, apalagi melihat Laila yang sedari tadi menggandeng Aninda dan memperlakukan Aninda sangat spesial. Tak lama Kharisma muncul dengan senyum manis pada Albi dan Nayra. “Mbak, kamu udah disini aja,” ucap Anin sambil menghampiri Kharisma. “Iya, tadi ada teman aku yang kebetulan tugas di rumah sakit ini,” jawab Kharisma. “Udah buat janji, kan?” imbuh Kharisma. “Udah, sepertinya languang masuk ruangannya aja.” Aninda mengusap perutnya yang sekarang sudah terlihat membuncit. “Mau ikut pemeriksaan juga kamu, Bi?” tanya Laila pada putranya. “Aku dan Nayra tunggu disini dulu aja, Bu. Lagian gak enak juga kalau ikut masuk ruangan pemeriksaan semua, kebanyakan,” jawab Albi sambil terkekeh. “Baiklah, sekarang kamu yang nunggu disini. Besok kamu ikut keruangan untuk memeriksa istri ka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status