Share

Bab 9

"Pulang sekolah kalian ke Mobieus nggak?"

Ry yang sedang menyeruput softdrink berhenti. Menatap Rin dengan kening berkerut. Tumben, pikirnya.

"Maybe." Ry mengangkat bahu cuek.

"Mina?" Rin menatap gadis lembut itu meminta jawaban.

Mina mengalihkan tatapan dari buku yang sejak tadi menjadi fokus matanya ke arah Rin.

"Rin mau ke Mobieus?" tanya Mina hati-hati. Gadis itu tahu kalau Rin sedang dalam keadaan hati yang kurang baik akhir-akhir ini. Dia tidak ingin menambah buruk suasana hati sahabatnya yang tomboi itu.

Rin mengangkat bahu. "Nggak tau," jawabnya. "Pengen pergi sih, tapi ...."

"Tumben." Ry melirik adiknya yang sedang memutar-mutar bola basket. "Kemaren-kemaren diajak nggak mau."

Rin menatap Ry sekilas kemudian berdiri meninggalkan kakak dan teman baiknya.

***                  

"Eh itu Sie kan?" Mina menarik tangan Ry ketika gadis itu ingin melangkahkan kakinya memasuki Mobieus.

"Mana?" Ry celingak-celinguk mencari, membiarkan Rin masuk lebih dulu bersama Keiya dan Shoun.

"Itu!" Tangan kiri Mina menunjuk dua sosok tubuh yang duduk saling berhadapan di sebuah meja di kedai es krim.

Mata Ry mengikuti arah yang ditunjuk Mina. Ternyata benar! Sie memang di sana bersama seorang gadis. Oh my Gosh! Bagaimana kalau seandainya Rin melihatnya? Ry memicing, menajamkan penglihatan untuk mengenali siapa gadis yang sedang berduaan dengan Sie. Namun tetap saja dia tidak mengenali, karena dia memang baru pertama kali melihat gadis itu. Dengan marah Ry memasuki pusat game dan rumah es krim itu. Ry memperlebar langkah saat semakin dekat dengan meja yang ditempati Sie.

"Ry!" seru Mina tertahan ketika menyadari apa yang akan dilakukan oleh teman mungilnya itu.

Ry tidak peduli. Dia terus melangkah cepat ke arah meja Sie dan gebetannya. Marah? Tentu saja! Ry tidak terima adiknya diselingkuhi. Tidak perlu mata seorang yang berpengalaman untuk tahu apa yang dilakukan Sie bersama gadis itu.

"Sie!!" seru Ry marah sambil mengentakkan kedua tangannya di meja pemuda anggota tim basket sekolah itu, bertepatan dengan Sie yang menggenggam tangan gadis yang menurut Ry berkulit pucat itu.

Sie terkejut setengah mati demi melihat Ry berada di depannya. Lebih terkejut lagi saat tahu Rin juga ada di sana. Bukan hanya Rin, tapi juga teman-teman sekolahnya.

"Ry ...." Sie tersenyum kecut dan tolol buat menutupi rasa kagetnya. "Di sini ya?"

"Bagus ya!" Ry mendelik. Gadis bertubuh mungil itu melipat tangan di dada. "Aku kira Sie cuma bolos aja, ternyata pacaran juga!"

"Ng-nggak." Sie menggeleng gugup sambil berdiri. "Nggak kayak gitu kok. Aku cuma..."

Gadis yang bersama Sie juga berdiri. "Sie!" serunya memotong perkataan Sie, seperti sebuah protes dengan suara serak. "Siapa dia? Cewek Sie ya?"

Sie menatap Ry dan gadis yang bersamanya bergantian, tatapannya serba salah. Bahkan sesekali matanya yang bergerak liar itu berbenturan dengan mata Rin yang sengaja berjalan lambat ke arahnya.

"Bukan!" sahut Ry santai, tapi suaranya meninggi.

"Lalu ngapain kayak cacing kepanasan gitu liat orang pacaran?" tanya gadis itu kesal. "Belum pernah pacaran ya? Makanya kalo jomblo tuh nggak usah ikut campur urusan orang!"

Ry melotot mendengarnya. Dia tersinggung dengan kata-kata yang diucapkan oleh gadis tak dikenalnya itu. Enak saja dia dikatakan jomlo. Gadis itu belum mengenal siapa Ry Yamazuki.

"Jadi kalian emang bener pacaran?" Ada api berkobar di mata cokelat Ry.

"Nggak kok!" Sie masih membela diri. Pemuda itu mengibaskan kedua tangannya di depan dada dengan cepat. "Nggak benar!"

"Sie!"

Tatapan Sie beralih pada gadis yang sejak tadi bersamanya.

"Sie kan memang pacarku!" sentak gadis itu kencang.

"Kyo..." Habis sudah, bathin Sie lemas.

"Sie kenapa sih, ngakuin kalo kita pacaran aja takut banget?" Kyo mendengus. "Dia bukan pacar Sie kan?" tanyanya sekali lagi. Kali ini dengan penekanan di setiap kata-katanya.

"Ry emang bukan cewek Sie!" Rin yang menyahut. Dia sudah berada di belakang kakaknya. "Tapi..."

Sie kelihatan makin serba salah karena ucapan Rin yang menggantung. Sementara Kyo menatap Rin dengan tatapan permusuhan. Siapa lagi cewek berambut pendek ini? tanya Kyo dalam hati. Kenapa semakin banyak orang-orang yang tidak menyukai hubungan mereka? Beberapa hari yang lalu Ruu yang dengan terang-terangan menyatakan ketidaksetujuannya atas hubungannya dengan Sie, sekarang gadis-gadis ini. Memangnya ada apa? Apakah salah satu dari gadis-gadis ini adalah kekasih Sie?

"Sie, ada apaan?" tanya Ruu yang tiba-tiba aja sudah berdiri di samping Ry. Sebagai salah satu pegawai Mobieus tidak mungkin rasanya Ruu membiarkan keributan walau sekecil apap un di tempatnya bekerja. Apalagi gadis mungilnya terlibat di dalamnya. Ruu sejak tadi sudah mengawasi, tetapi dia masih diam. Dia tidak ingin ikut campur urusan orang lain. Dia dan Sie memang bersahabat, tetapi ada hal-hal yang tak bisa dicampuri. Namun ketika sepertinya gadisnya dalam bahaya, Ruu tidak bisa untuk tinggal diam saja.

"Ruu..." Sie menatap Ruu dengan tatapan melepas seolah meminta bantuan.

Ry mengalihkan tatapan ke arah pacarnya itu dengan pipi menggembung. Matanya bersorot mengancam.

"Ruu mau ikutan ya?" tanya Ry dengan mata menyipit.

Ruu menggeleng lembut. Diacaknya rambut Ry gemas. Seandainya mereka hanya berdua saja sudah habis bibir mungil itu dilumatnya.

"Ruu nggak boleh ikutan!"

Tatapan Ry semakin nyalang, yang justru membuat Ruu mati-matian menahan tawa. Ekspresi Ry terlihat sangat lucu baginya.

Mendengar ada keributan, beberapa pengunjung dan pegawai Mobieus mengalihkan perhatian mereka ke arah Ry dan yang lain. Pegawai yang melihat Ruu sudah ada di antara keributan itu urung untuk mendekat. Toh sudah ada satu pegawai yang menangani. Begitu juga dengan pengunjung yang melihat, dorama live pikir mereka.

Berbeda dengan Mina, Shoun, dan Keiya. Ketiga remaja itu mendekati Ry yang terlihat marah. Keiya dan Shoun membatalkan niat mereka bermain game karena Mina yang memberitahu kalau akan ada masalah.

"Sie pacaran ya sama dia?" Keiya menunjuk Kyo yang berdiri di samping Sie. Tatapannya menyelidik.

"Emm Keiya, itu ... anu ...." Sie makin tergagap. Dia merasa tersudut. Sekarang semua sahabatnya berada di sini. Sungguh Sie tidak menyangka kalau Rin dan sahabat-sahabatnya akan ke tempat ini, di jam sekarang. Sie sudah memperkirakan semuanya. Sekolahnya bubar sore hari, tidak mungkin teman-temannya ke sini, sekarang mereka masih dalam kelas untuk belajar.

Namun perkiraannya salah. Belum sore teman-temannya sudah berada di Mobieus. Apakah sekolah mereka bubar lebih cepat? Karena tidak mungkin mereka bolos. Apalagi ada Shoun si ketua OSIS bersama mereka. Membuat kebingungan Sie semakin menjadi.

"Sie kok jahat sih!"

"Mina, i-itu nggak benar!" sangkal Sie sambil mendesah lemah. Sie menundukkan kepala melihat tatapan menuduh sahabatnya yang terkenal paling tidak bisa marah.

"Sie!" seru Kyo separuh menangis. Suara gadis itu tidak sekeras tadi. Dia sudah tidak tahan lagi. Semua tatapan itu menuduhnya seolah dirinya adalah penjahatnya. Padahal di sini posisinya yang paling dirugikan. Orang-orang ini mengganggunya.

Sie gelagapan. "Kyo ... aduh ...." Pemuda itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia benar-benar terpojok sekarang. Ruu yang diharapkan membantu tidak menolong sana sekali. Ruu sudah bertekuk lutut pada Ry dan akan menuruti semua jeinginan gadis itu. Tidak mungkin Ry membiarkan Ruu membantunya. Apalagi kalau dilihat-lihat Ry yang paling marah di antara semua teman-temannya yang berada di sini.

"Cewek Sie adalah aku!" ucap Rin tiba-tiba dengan lantang.

Perkataan itu mengalihkan perhatian mereka pada Sie. Sekarang mereka menatap Rin, termasuk Kyo yang menatap Rin dengan mata melebar. Sungguh Kyo tidak percaya dengan perkataan gadis itu. Dasar pembohong! maki Kyo dalam hati. Dia menganggap Rin hanya seorang yang sangat menggemari Sie. Dia lebih percaya pada perkataan Sie yang mengatakan kalau dirinya belum memiliki pacar.

"Dulu!" Suara Rin memang terdengar judes tapi wajahnya tidak menunjukkan apa-apa. "Sekarang nggak lagi," sambung gadis tomboy itu sambil berbalik hendak pergi.

Sie terbelalak mendengarnya. "Rin!" serunya menahan kepergian gadis itu.

Rin membalikkan tubuhnya kemudian tersenyum. Sie segara mendekatinya.

"Maksud Rin apa?" tanya Sie cemas.

"Sudah jelas kan, Sie?" Rin bersedekap, sesaat mengetuk-ngetuk dagunya seolah berpikir. "Sejak Sie berhubungan sama dia." Rin menunjuk Kyo dengan ekor matanya. "Kita udah putus, karena aku paling nggak suka sama orang yang suka selingkuh!" Suara Rin meninggi lagi.

"Tapi, Rin..."

Rin mengangkat tangan kanannya sebatas dada. "Cukup!" potongnya kemudian langsung melangkah meninggalkan tempat itu.

"Rin tunggu!" teriak Ry sambil berlari mengejar adiknya. Disusul Mina dan Shoun.

"Mau gantiin Ruu ya Sie?" sindir Keiya pedas.

"Kok aku?" protes Ruu. Ditatapnya saingannya itu kesal. "Aku kan nggak ada hubungannya sama ini semua!" Ruu membela diri.

"Iya lah." Keiya memutar bola mata bosan. "Kan dulu Ruu yang selingkuh," sahutnya. "Sekarang Sie."

"Tapi itu kan dulu!" Ruu mendelik sengit. "Sekarang aku nggak lagi."

"Ya ya ya." Keiya mengangguk malas. "Awas aja kalo sekarang Ruu selingkuh lagi, aku akan rebut Ry!"

Ruu mengepalkan tangannya berusaha menahan emosi. Sementara Keiya sudah meninggalkan mereka setelah memberikan tatapan tajam menusuk ke arah Sie.

Ruu mendengus kesal. Menatap Sie dengan tatapan menusuk sebelum meninggalkan meja Sie dan Kyo. Dia sudah memperingatkan Sie, sudah memberitahunya kalau selingkuh bukanlah hal yang baik dan dia sangat tidak menganjurkan. Namun dasar Sie memcaei mati, sahabatnya itu justru tidak mengindahkan.

Yang membuat Ruu makin kesal adalah kata-kata Keiya. Berani sekali pemuda itu mengatakan dengan terang-terangan ingin merebut Ry darinya. Coba saja kalau bisa, dia tidak akan membiarkannya. Ry miliknya dan selamanya akan seperti itu. Dia tidak akan memberikan Ry kepada siapa pun. Dia yakin, mereka pasti bisa menghadapi semua rintangan dalam hubungan mereka.

Ruu mengembuskan napas. Tatapannya kembali menyapu Sie dan Kyo yang kembali duduk bersama. Sie terlihat sedang membujuk gadis itu. Ruu menggeleng pelan. Sie tidak ada kapok-kapoknya, pikir Ruu miris.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status