Ry yang sedang menyeruput softdrink berhenti. Menatap Rin dengan kening berkerut. Tumben, pikirnya.
"Maybe." Ry mengangkat bahu cuek.
"Mina?" Rin menatap gadis lembut itu meminta jawaban.
Mina mengalihkan tatapan dari buku yang sejak tadi menjadi fokus matanya ke arah Rin.
"Rin mau ke Mobieus?" tanya Mina hati-hati. Gadis itu tahu kalau Rin sedang dalam keadaan hati yang kurang baik akhir-akhir ini. Dia tidak ingin menambah buruk suasana hati sahabatnya yang tomboi itu.
Rin mengangkat bahu. "Nggak tau," jawabnya. "Pengen pergi sih, tapi ...."
"Tumben." Ry melirik adiknya yang sedang memutar-mutar bola basket. "Kemaren-kemaren diajak nggak mau."
Rin menatap Ry sekilas kemudian berdiri meninggalkan kakak dan teman baiknya.
***
"Eh itu Sie kan?" Mina menarik tangan Ry ketika gadis itu ingin melangkahkan kakinya memasuki Mobieus.
"Mana?" Ry celingak-celinguk mencari, membiarkan Rin masuk lebih dulu bersama Keiya dan Shoun.
"Itu!" Tangan kiri Mina menunjuk dua sosok tubuh yang duduk saling berhadapan di sebuah meja di kedai es krim.
Mata Ry mengikuti arah yang ditunjuk Mina. Ternyata benar! Sie memang di sana bersama seorang gadis. Oh my Gosh! Bagaimana kalau seandainya Rin melihatnya? Ry memicing, menajamkan penglihatan untuk mengenali siapa gadis yang sedang berduaan dengan Sie. Namun tetap saja dia tidak mengenali, karena dia memang baru pertama kali melihat gadis itu. Dengan marah Ry memasuki pusat game dan rumah es krim itu. Ry memperlebar langkah saat semakin dekat dengan meja yang ditempati Sie.
"Ry!" seru Mina tertahan ketika menyadari apa yang akan dilakukan oleh teman mungilnya itu.
Ry tidak peduli. Dia terus melangkah cepat ke arah meja Sie dan gebetannya. Marah? Tentu saja! Ry tidak terima adiknya diselingkuhi. Tidak perlu mata seorang yang berpengalaman untuk tahu apa yang dilakukan Sie bersama gadis itu.
"Sie!!" seru Ry marah sambil mengentakkan kedua tangannya di meja pemuda anggota tim basket sekolah itu, bertepatan dengan Sie yang menggenggam tangan gadis yang menurut Ry berkulit pucat itu.
Sie terkejut setengah mati demi melihat Ry berada di depannya. Lebih terkejut lagi saat tahu Rin juga ada di sana. Bukan hanya Rin, tapi juga teman-teman sekolahnya.
"Ry ...." Sie tersenyum kecut dan tolol buat menutupi rasa kagetnya. "Di sini ya?"
"Bagus ya!" Ry mendelik. Gadis bertubuh mungil itu melipat tangan di dada. "Aku kira Sie cuma bolos aja, ternyata pacaran juga!"
"Ng-nggak." Sie menggeleng gugup sambil berdiri. "Nggak kayak gitu kok. Aku cuma..."
Gadis yang bersama Sie juga berdiri. "Sie!" serunya memotong perkataan Sie, seperti sebuah protes dengan suara serak. "Siapa dia? Cewek Sie ya?"
Sie menatap Ry dan gadis yang bersamanya bergantian, tatapannya serba salah. Bahkan sesekali matanya yang bergerak liar itu berbenturan dengan mata Rin yang sengaja berjalan lambat ke arahnya.
"Bukan!" sahut Ry santai, tapi suaranya meninggi.
"Lalu ngapain kayak cacing kepanasan gitu liat orang pacaran?" tanya gadis itu kesal. "Belum pernah pacaran ya? Makanya kalo jomblo tuh nggak usah ikut campur urusan orang!"
Ry melotot mendengarnya. Dia tersinggung dengan kata-kata yang diucapkan oleh gadis tak dikenalnya itu. Enak saja dia dikatakan jomlo. Gadis itu belum mengenal siapa Ry Yamazuki.
"Jadi kalian emang bener pacaran?" Ada api berkobar di mata cokelat Ry.
"Nggak kok!" Sie masih membela diri. Pemuda itu mengibaskan kedua tangannya di depan dada dengan cepat. "Nggak benar!"
"Sie!"
Tatapan Sie beralih pada gadis yang sejak tadi bersamanya.
"Sie kan memang pacarku!" sentak gadis itu kencang.
"Kyo..." Habis sudah, bathin Sie lemas.
"Sie kenapa sih, ngakuin kalo kita pacaran aja takut banget?" Kyo mendengus. "Dia bukan pacar Sie kan?" tanyanya sekali lagi. Kali ini dengan penekanan di setiap kata-katanya.
"Ry emang bukan cewek Sie!" Rin yang menyahut. Dia sudah berada di belakang kakaknya. "Tapi..."
Sie kelihatan makin serba salah karena ucapan Rin yang menggantung. Sementara Kyo menatap Rin dengan tatapan permusuhan. Siapa lagi cewek berambut pendek ini? tanya Kyo dalam hati. Kenapa semakin banyak orang-orang yang tidak menyukai hubungan mereka? Beberapa hari yang lalu Ruu yang dengan terang-terangan menyatakan ketidaksetujuannya atas hubungannya dengan Sie, sekarang gadis-gadis ini. Memangnya ada apa? Apakah salah satu dari gadis-gadis ini adalah kekasih Sie?
"Sie, ada apaan?" tanya Ruu yang tiba-tiba aja sudah berdiri di samping Ry. Sebagai salah satu pegawai Mobieus tidak mungkin rasanya Ruu membiarkan keributan walau sekecil apap un di tempatnya bekerja. Apalagi gadis mungilnya terlibat di dalamnya. Ruu sejak tadi sudah mengawasi, tetapi dia masih diam. Dia tidak ingin ikut campur urusan orang lain. Dia dan Sie memang bersahabat, tetapi ada hal-hal yang tak bisa dicampuri. Namun ketika sepertinya gadisnya dalam bahaya, Ruu tidak bisa untuk tinggal diam saja.
"Ruu..." Sie menatap Ruu dengan tatapan melepas seolah meminta bantuan.
Ry mengalihkan tatapan ke arah pacarnya itu dengan pipi menggembung. Matanya bersorot mengancam.
"Ruu mau ikutan ya?" tanya Ry dengan mata menyipit.
Ruu menggeleng lembut. Diacaknya rambut Ry gemas. Seandainya mereka hanya berdua saja sudah habis bibir mungil itu dilumatnya.
"Ruu nggak boleh ikutan!"
Tatapan Ry semakin nyalang, yang justru membuat Ruu mati-matian menahan tawa. Ekspresi Ry terlihat sangat lucu baginya.
Mendengar ada keributan, beberapa pengunjung dan pegawai Mobieus mengalihkan perhatian mereka ke arah Ry dan yang lain. Pegawai yang melihat Ruu sudah ada di antara keributan itu urung untuk mendekat. Toh sudah ada satu pegawai yang menangani. Begitu juga dengan pengunjung yang melihat, dorama live pikir mereka.
Berbeda dengan Mina, Shoun, dan Keiya. Ketiga remaja itu mendekati Ry yang terlihat marah. Keiya dan Shoun membatalkan niat mereka bermain game karena Mina yang memberitahu kalau akan ada masalah.
"Sie pacaran ya sama dia?" Keiya menunjuk Kyo yang berdiri di samping Sie. Tatapannya menyelidik.
"Emm Keiya, itu ... anu ...." Sie makin tergagap. Dia merasa tersudut. Sekarang semua sahabatnya berada di sini. Sungguh Sie tidak menyangka kalau Rin dan sahabat-sahabatnya akan ke tempat ini, di jam sekarang. Sie sudah memperkirakan semuanya. Sekolahnya bubar sore hari, tidak mungkin teman-temannya ke sini, sekarang mereka masih dalam kelas untuk belajar.
Namun perkiraannya salah. Belum sore teman-temannya sudah berada di Mobieus. Apakah sekolah mereka bubar lebih cepat? Karena tidak mungkin mereka bolos. Apalagi ada Shoun si ketua OSIS bersama mereka. Membuat kebingungan Sie semakin menjadi.
"Sie kok jahat sih!"
"Mina, i-itu nggak benar!" sangkal Sie sambil mendesah lemah. Sie menundukkan kepala melihat tatapan menuduh sahabatnya yang terkenal paling tidak bisa marah.
"Sie!" seru Kyo separuh menangis. Suara gadis itu tidak sekeras tadi. Dia sudah tidak tahan lagi. Semua tatapan itu menuduhnya seolah dirinya adalah penjahatnya. Padahal di sini posisinya yang paling dirugikan. Orang-orang ini mengganggunya.
Sie gelagapan. "Kyo ... aduh ...." Pemuda itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia benar-benar terpojok sekarang. Ruu yang diharapkan membantu tidak menolong sana sekali. Ruu sudah bertekuk lutut pada Ry dan akan menuruti semua jeinginan gadis itu. Tidak mungkin Ry membiarkan Ruu membantunya. Apalagi kalau dilihat-lihat Ry yang paling marah di antara semua teman-temannya yang berada di sini.
"Cewek Sie adalah aku!" ucap Rin tiba-tiba dengan lantang.
Perkataan itu mengalihkan perhatian mereka pada Sie. Sekarang mereka menatap Rin, termasuk Kyo yang menatap Rin dengan mata melebar. Sungguh Kyo tidak percaya dengan perkataan gadis itu. Dasar pembohong! maki Kyo dalam hati. Dia menganggap Rin hanya seorang yang sangat menggemari Sie. Dia lebih percaya pada perkataan Sie yang mengatakan kalau dirinya belum memiliki pacar.
"Dulu!" Suara Rin memang terdengar judes tapi wajahnya tidak menunjukkan apa-apa. "Sekarang nggak lagi," sambung gadis tomboy itu sambil berbalik hendak pergi.
Sie terbelalak mendengarnya. "Rin!" serunya menahan kepergian gadis itu.
Rin membalikkan tubuhnya kemudian tersenyum. Sie segara mendekatinya.
"Maksud Rin apa?" tanya Sie cemas.
"Sudah jelas kan, Sie?" Rin bersedekap, sesaat mengetuk-ngetuk dagunya seolah berpikir. "Sejak Sie berhubungan sama dia." Rin menunjuk Kyo dengan ekor matanya. "Kita udah putus, karena aku paling nggak suka sama orang yang suka selingkuh!" Suara Rin meninggi lagi.
"Tapi, Rin..."
Rin mengangkat tangan kanannya sebatas dada. "Cukup!" potongnya kemudian langsung melangkah meninggalkan tempat itu.
"Rin tunggu!" teriak Ry sambil berlari mengejar adiknya. Disusul Mina dan Shoun.
"Mau gantiin Ruu ya Sie?" sindir Keiya pedas.
"Kok aku?" protes Ruu. Ditatapnya saingannya itu kesal. "Aku kan nggak ada hubungannya sama ini semua!" Ruu membela diri.
"Iya lah." Keiya memutar bola mata bosan. "Kan dulu Ruu yang selingkuh," sahutnya. "Sekarang Sie."
"Tapi itu kan dulu!" Ruu mendelik sengit. "Sekarang aku nggak lagi."
"Ya ya ya." Keiya mengangguk malas. "Awas aja kalo sekarang Ruu selingkuh lagi, aku akan rebut Ry!"
Ruu mengepalkan tangannya berusaha menahan emosi. Sementara Keiya sudah meninggalkan mereka setelah memberikan tatapan tajam menusuk ke arah Sie.
Ruu mendengus kesal. Menatap Sie dengan tatapan menusuk sebelum meninggalkan meja Sie dan Kyo. Dia sudah memperingatkan Sie, sudah memberitahunya kalau selingkuh bukanlah hal yang baik dan dia sangat tidak menganjurkan. Namun dasar Sie memcaei mati, sahabatnya itu justru tidak mengindahkan.
Yang membuat Ruu makin kesal adalah kata-kata Keiya. Berani sekali pemuda itu mengatakan dengan terang-terangan ingin merebut Ry darinya. Coba saja kalau bisa, dia tidak akan membiarkannya. Ry miliknya dan selamanya akan seperti itu. Dia tidak akan memberikan Ry kepada siapa pun. Dia yakin, mereka pasti bisa menghadapi semua rintangan dalam hubungan mereka.
Ruu mengembuskan napas. Tatapannya kembali menyapu Sie dan Kyo yang kembali duduk bersama. Sie terlihat sedang membujuk gadis itu. Ruu menggeleng pelan. Sie tidak ada kapok-kapoknya, pikir Ruu miris.
"Siapa, sih, cowok itu, murid baru, ya?"Hampir seluruh siswa SMU Banzare terutama para siswa perempuan yang melihat pemuda bertampang cool itu berkasak-kusuk ria seperti itu, karena mereka baru pertama kali melihat pemuda itu, karena memang pemuda itu siswa baru."Not bad," gumam Go Yatsuba, si siswa baru sambil mengangguk-anggukan kepalanya. Dia sedang mengamati keadaan sekolah barunya. "Sekolahnya nggak jelek-jelek am....""Aww!" rintih seorang gadis yang tertabrak tubuhnya."Kamu buta ya?!" maki gadis itu galak. Mata bulatnya membelalak kesal. Bagaimana tidak kesal, gara-gara pemuda sinting yang celingukan bola basketnya terjatuh dan menggelinding agak jauh. Beruntung bola itu tidak menuruni tangga, kalau tidak dia pasti akan membunuh pemuda di depannya ini.Go terperangah melihatnya. "Manis banget," pikirnya."Sialan!" maki si gadis lagi, kali ini tambah judes. "Jalan tuh pake mata!" belalaknya galak. "Woyyy!!!""Hah???" Go tergagap. Gadis itu meneriakinya. "Ya-ya?""Dasar tolol
Ry dan Rin menoleh bersamaan ke arah Mina mendengar suara tarikan nafas sahabat cantik mereka itu."Sebel deh!"Ry dan Rin saling pandang kemudian sama-sama mengangkat bahu. Heran dengan kelakuan Mina. Tidak biasanya Mina cemberut.Ry mengernyit melihat muka Mina menekuk. Tumben, pikir gadis manja itu."Ada yang ditinggalin sendiri nih kayaknya." Rin menaik-turunkan alisnya menggoda Mina.Ry memukul tangan Rin gemas sambil melotot, kemudian melirik Mina yang makin cemberut.Kekesalan gadis lembut kapten klub drama itu beralasan. Sejak genk mereka memasuki Mobieus, Shoun, cowoknya asyik berkutat di arena game. Dia ditinggal sendirian."Rin usil banget sih!" belalak Ry gemas.Rin mengikik geli. "Mina jangan cemberut terus dong." Gadis penyuka olahraga basket itu makin menggoda sahabatnya. "Ntar keriput lho. Lagian kan Mina nggak sendiri."Ry mengangguk."Ada aku sama Ry, so enjoy aja. Kayak Ry." Rin menunjuk kakaknya menggunakan sendok es krim. "Ruu dari tadi sibuk ke sana-sini, trus K
Ry melirik adiknya yang memutar-mutar bola basket di tangannya asal. Kening Ry sedikit berkerut melihat bibir manyun Rin. Gemas, dijentiknya bibir itu."Ry!" Rin mendelik kesal ke arah kakaknya. Bola orange di tangannya jatuh menggelinding di tanah."Oops sengaja." Ry meringis, memasang tampak tak berdosa.Rin menatap kakaknya dengan mata menyipit. Sepertinya dia harus banyak bersabar hari ini. Tadi Sie yang membuat emosinya meningkat, kemudian Go dan sekarang Ry. Rin mengembuskan napas melalui mulut, berusaha untuk tidak memaki kakaknya yang terkadang bersikap seperti anak kecil itu. "Ry." Mina menegur gadis manja itu saat dilihatnya tampang Rin menekuk sempurna. Ry cuma cengengesan. "Habisnya dari tadi Rin mesem gitu. Jelek tau!" Ry menatap adiknya.Rin membuang muka muak. Dia tidak berniat bercanda hari ini. Selera humornya menguap entah ke mana gara-gara bertemu Sie dan Go tadi."Rin kenapa sih?" Keiya yang bertanya. Kapten klub baseball itu memutar topinya ke arah belakang. "Su
Ry menyuap es krim cokelatnya. "Mina kenapa sih diam aja?" tanyanya sambil memperhatikan temannya yang lembut itu. "Dimakan dong blueberry-nya, 'ntar meleleh lho."Mina tetap diam, tapi tangannya mulai mengaduk es krim biru di depannya.Ry mengerutkan keningnya heran. Sudah beberapa hari ini Mina dan Rin tampak aneh, mereka berdua juga jadi irit berbicara dan manyun terus. Tidak biasanya mereka seperti itu, apalagi Rin. Biasanya adiknya itu yang suka ceplas-ceplos. Apa karena Rin putus dengan Sie? Namun sepertinya bukan karena itu, Rin kelihatan baik-baik saja setelah itu. Atau mungkin semua karena Go? Pernyataan cinta dari Go sepertinya membuat Rin sedikit terkejut. Sebenarnya bukan hanya Rin yang terkejut, dia juga. Walaupun dia sudah menduga sebelumnya. Setiap mereka berkumpul, Go sering mencuri lihat ke arah Rin. Ry melirik adiknya yang juga sedang mengaduk es krim rasa pisang kesukaannya. Kalau Rin karena Go, lalu Mina karena apa? Hubungan Mina dan Shoun terlihat baik-baik saja,
Ry melemparkan sebuah penghapus ke arah Mina. Gadis lembut itu menoleh tanpa ada tanda gusar di wajahnya, walau kepalanya sudah kejatuhan penghapus."Apaan?" tanya Mina lirih.Ry tidak menjawab, hanya menunjuk ke arah Go dengan ekor matanya. Melihat tampang pemuda kocak itu yang lumayan kusut, Mina tahu kalau Rin masih menggantungnya. Mina menghela napas, menatap Ry dan menggeleng pelan. Setelahnya gadis itu kembali fokus pada pelajaran yang sedang diterangkan guru mereka di depan kelas. Pelajaran yang menurut Ry sangat membosankan. Beberapa kali Ry terlihat menguap lebar, hanya saja dia menutupi menggunakan tangan kanannya. Ry juga terlihat sering mengucek mata, untuk mengurangi kantuk. Setiap pelajaran memang selalu membosankan bagi Ry. Dari semua pelajaran, dia paling suka dengan seni. Hanya seni satu-satunya pelajaran yang menyenangkan bagi Ry.Sementara Go, bagaimana pemuda itu bisa berada di kelas Ry dan Mina karena Go yang meminta pindah kelas. Dia merasa kurang nyaman berada
Ry sedang asyik membaca komik yang baru dibelinya beberapa hari yang lalu saat Mii, adik Ruu, menghampirinya. Gadis berwajah boneka itu dengan tidak tahu malunya langsung membuka pagar rumahnya yang tertutup, kemudian duduk di sebelahnya. Lebih parah lagi, Mii ikut-ikutan memakan keripik beras yang menjadi camilan Ry saat membaca. "Mii apa-apaan sih? Nyebelin banget." Ry mendelik kesal. Tangannya menjauhkan stoples keripik beras dari jangkauan Mii.Mii cemberut. "Ry pelit!" sungutnya."Biarin!" balas Ry tak peduli. "Mii juga nggak tau malu."Mii menatap Ry dengan mata memicing. Sinar laser keluar dari kedua belah matanya. "Kan aku cuman minta keripik doang, nggak minta yang lain." Mii membela diri. "Aku juga kalo nggak disuruh Ruu nggak bakalan kemari," sewotnya.Alis Ry berkerut mendengar perkataan Mii. Cepat Ry menoleh, menatap Mii yang masih cemberut saja."Emang Ruu ada di rumah?" tanyanya heran. "Nggak kerja ya?"Mii mengangguk. "Ho-oh!" sahutnya. "Ruu minta aku buat manggilin
"Ry besok ke Mobieus nggak sepulang sekolah?" Ry mengangkat bahu. "Nggak tau," jawabnya. "Liat besok deh, Ruu.""Kalo ke Mobieus kasih tau aku ya?" pinta Ruu. "Biar aku siapin tempat duduk.""Yang paling strategis ya, Ruu?" Ry menatap Ruu dengan tatapan seekor anak anjing. Tidak ada seorang pun yang berkutik dengan tatapannya itu. Puppy eyes miliknya yang terbaik. "Biar aku ajakin Rin sama Mina juga."Ruu memutar bola mata. Untuk urusan bujuk membujuk Ry memang jagonya. Entah karena wajah polosnya atau tingkahnya yang menggemaskan, orang-orang selaku menuruti keinginan Ry. Sepertinya dia juga akan seperti itu. Ruu berdehem kemudian mengangguk. "Iya, yang paling strategis," sahut Ruu.Ry berseru gembira, melompat dari tempat duduknya memeluk Ruu yang duduk di kursi belajarnya sehingga kursi putar itu berputar dan Ruu nyaris oleng. Untung saja Ruu dapat menyeimbangkan tubuh, kalau tidak mereka pasti sudah jatuh sekarang."Astaga, Ry! Ry mau kita jatuh?" tanya Ruu sedikit kesal. Alisny
Di persimpangan jalan yang biasa mereka lewati untuk pergi ke sekolah, ketiga gadis itu berpisah. Rin mengambil jalan lurus agar cepat sampai ke rumahnya. Ry dan Mina berbelok ke arah kanan untuk tiba lebih cepat di Mobieus yang berada di pusat kota. Mobieus sangat ramai ketika Ry dan Mina memasuki tempat itu. Di bagian game dipenuhi oleh orang-orang dari berbagai usia yang sibuk dengan mesin-mesin game yang mereka mainkan. Sementara di kedai es krim juga sama, meja-meja dipenuhi pembeli. Kebanyakan anak sekolah seperti mereka. Sepertinya hanya ada dua buah meja yang kosong, dan Ry ragu kalau salah satu dari dua meja itu adalah meja strategis yang dijanjikan Ruu.Ry menebar pandangan mencari Ruu, dia akan menagih janji pemuda itu. Namun sedikit mustahil di tengah pengunjung yang membludak. Ry berdecak, menarik Mina untuk duduk di salah satu meja yang mana menurut Ry tidak ada stragesnya sama sekali. Dua buah meja itu berada di tengah-tengah kedai. "Kok Mobieus rame banget ya?" tanya