Share

PART 2

Author: Reinee
last update Last Updated: 2021-09-08 11:51:16

 Aku masih belum menghubungi Linda lagi setelah dia protes karena acara jalan-jalan kami kubatalkan. Dia pasti marah saat ini, tapi biarlah. Jauh lebih gampang meredakan amarah Linda daripada Metta. 

 

 Metta yang selama ini menjadi istri pertamaku yang manja cenderung lebih kolokan jika sedang marah. Kadang butuh waktu sampai berhari-hari untuk membuatnya kembali tersenyun lagi. 

 

 Namun Linda lain, selama hampir tahun menjadi istri keduaku, dia sepertinya lebih tau diri. Asalkan semua kebutuhannya dan Tiara kupenuhi dan sampai tidak telat, biasanya dia tidak pernah terlalu protes. Tetkadang jika marah, aku hanya cukup memberikannya sejumlah uang untuknya bersenang-senang, dan dia pun akan kembali ceria lagi.

 

 Mengurus Linda memang segampang itu. Bahkan saat hari libur yang selalu kuputuskan untuk menjadi hariku dengan Metta dan Ibas, dia pun nampak tak pernah keberatan. Juga saat aku bilang padanya untuk jangan pernah menghubungiku saat aku sedang berada di rumah bersama Metta, dia pun selalu menurut. 

 

 Mungkin itulah sebabnya yang membuatku bisa sangat rapat menyembunyikan perkawinan kami yang sudah berjalan selama 3 tahunan ini dari Metta dan orang-orang sekitar kami. Karena Linda tidak terlalu banyak merepotkanku. 

 

 "Pah, ponsel kamu mana?" 

 

 Pagi itu Metta tiba-tiba mengagetkanku yang sedang menikmati secangkir kopi sebelum berangkat ke toko. 

 

 "Buat apa?" tanyaku keheranan dan sedikit gugup. Metta biasanya tak pernah menanyakan tentang ponselku selama ini. 

 

 "Pinjem bentar ya, aku mau nelpon Rima, penting. Pulsaku habis, Pah," katanya santai. 

 

 "Bentar ya? Aku cek dulu pulsaku masih apa enggak," dalihku, padahal sebenarnya aku cuma ingin mengecek aplikasi perpesananku untuk memastikan bahwa sudah tidak ada lagi chat ku dengan Linda di sana. 

 

 Metta yang kemudian duduk di kursi depanku nampak memandangiku dengan tatapan penuh selidik. 

 

 "Ngapain sih, Pah? Hapusin apa tuh?" sindirnya dengan sedikit mencondongkan tubuh ke arahku. Refleks aku sedikit menghindar darinya. Namun kulihat wajahnya nampak tenang-tenang saja melihat reaksiku.

 

 "Apa sih? Curigaan amat kamu, Mah," candaku pura-pura sewot. 

 

 "Nih, udah," lanjutku kemudian sambil menyerahkan ponselku padanya setelah kupastikan semuanya bersih dari Linda. 

 

 Setelah itu, kulihat Metta pun sibuk menelpon sahabatnya, Rima, cukup lama. Entah apa yang sedang mereka bicarakan. Aku tak terlalu peduli. Aku justru hanya fokus memikirkam ulahnya barusan. 

 

 Selama ini Metta tak pernah iseng meminjam ponsel milikku seperti ini. Apalagi mencurigaiku seperti tadi. Metta makin lama makin aneh saja, tiap saat bikin aku sport jantung. Nampaknya aku harus lebih waspada nih lain kali. Pokoknya sebelum sampai rumah, semua hal tentang Linda sudah harus bersih dari ponselku, batinku. 

 

 "Lho, Pah, ini kok ada foto istri adikmu di ponselmu? Siapa namanya istrinya almarhum Seno itu? Linda ya?"

 

 Pertanyaan Metta yang tiba-tiba membuatku segera tersadar dari lamunanku tentangnya. Sejak kapan dia selesai menelpon? Kenapa sekarang malah sudah mengacak-acak galeri ponselku seperti itu? Dan itu apa? Dia menemukan foto Linda dan Tiara di dalam ponselku. Matilah aku. 

 

 "Eh, apa Mah?" tanyaku gugup. 

 

 "Ini, foto si Linda kan?" tanyanya lagi sambil mendekat ke arahku dan menunjukkan sebuah foto di layar galeri ponselku. 

 

 Saat kemudian kulihat dua sosok dalam layar itu, keringat dingin mulai keluar dari sekujur tubuhku.

 

 "Oh iya, itu Linda sama anaknya," gumamku akhirnya, sambil tak habis pikir, bagaimana mungkin ada foto Linda dan Tiara di galeri ponselku? Seingatku aku tak pernah memotret mereka dengan ponselku sama sekali. 

 

Belum habis keherananku, Metta sudah bertanya lagi.

 

 "Kok ada di ponselmu sih, Pah?"

 

 "Iya, itu kan foto lama, Mah."

 

 "Foto lama? Memangnya kapan papa ketemu mereka? Bukannya dulu waktu Seno meninggal itu istrinya belum punya anak ya? Kok ini anaknya sudah segede ini? Apa dia sekarang sudah punya suami lagi?" cecarnya padaku, membuatku sontak gelagapan. 

 

 "Iya, Mah. Kapan ya waktu itu ketemu." Aku pura-pura berpikir. 

 

 "Agak lupa aku, Mah. Pokoknya dia waktu itu main ke rumah ibu bawa anaknya itu. Dan ibu pengen aku memotret mereka. Jadi aku potret pake ponselku deh," ujarku mengarang.

 

 "Oh gitu ya?" gumamnya sambil mengangguk-anggukkan kepala.

 

 "Cantik ya anaknya. Ini anaknya Seno atau anak  dari suami barunya ya, Pah? Tapi ... kok mirip sama kamu sih, Pah?" katanya lagi sambil menatap layar ponselku dan tertawa lebar. Tawa yang seperti sedang disengaja untuk mengejek. 

 

 Saking kagetnya aku dengan ucapannya, hingga aku hanya bisa terbengong menatapnya yang kemudian mengembalikan ponsel itu padaku masih dengan tertawanya yang sangat menjengkelkan. Dan lagi-lagi dia meninggalkanku sendirian penuh tanda tanya. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Sartini Cilacap
Mungkinkah metta sudah tau suaminya selingkuh
goodnovel comment avatar
Rani Hermansyah
yang berkenan mampir ya dikarya recehku istri yang tak dirindukan
goodnovel comment avatar
Mustika Dyah S
Rumah gubuk reyot Aku , bagi Aku Istana Tahta mewah Kerajaan Surgawi Dunia Aku ! .
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • HILANGNYA SIFAT MANJA ISTRIKU   PART 75

    Hari itu rumah pengusaha Fabian Wiguno terlihat sangat ramai. Pesta kecil sengaja digelar khusus untuk menyambut kedatangan saudara perempuan serta dua anaknya yang rencananya akan kembali dari Amerika untuk berlibur.Amanda Wiguna dengan dua anaknya, Darryl dan Hannah memang telah lama menetap di America. Anak-anak Amanda meminta untuk dipindahkan sekolahnya ke luar negeri setelah ketok palu pengadilan memutuskan hukuman untuk ayah mereka. Amanda sendiri awalnya hanya bermaksud menemani dua buah hatinya menimba ilmu sekaligus ingin melupakan segala permasalahan yang terjadi di masa lalu mereka. Namun rupanya Amanda terlanjur nyaman berada di negeri paman Sam itu.Metta yang melakukan semua persiapan untuk menyambut kedatangan saudara perempuan suaminya. Dia sendiri juga begitu rindu ingin bertemu dengan sang ipar. Tak lupa, Metta juga mengundang ke empat sahabat mereka; Devita, Ayu, Rani, dan Revi. Bagi Metta, kepulangan Amanda kali in

  • HILANGNYA SIFAT MANJA ISTRIKU   PART 74

    "Sudah siap?" Fabian melongok dari arah pintu kamar.Metta yang sedang menyelesaikan dandanannya di deoan meja rias pun menoleh."Bentar lagi, Mas. Sini deh, Mas." Dilambaikannya jari-jari lentiknya ke arah sang suami."Kenapa, Sayang?""Sebenarnya mas mau ajak aku kemana sih? Dati kemarin nggak mau cerita ih." Metta membalikkan badan menghadap sang suami. Namun Fabian hanya tersenyum penuh misteri, seolah membiarkan istrinya dihantui rasa penasarannya sendiri.Semalam tiba-tiba saja Fabian mengatakan ingin mengajak Metta ke suatu tempat. Anehnya lelaki itu tidak mau mengatakan akan kemana."Kalau kukasih tahu jadinya nggak surprise dong," selalu begitu jawab suaminya."Hmmm baiklah. Daripada penasaran, kita berangkat sekarang aja kalau gitu."Dengan raut pura-pura kesal, Metta pun bangkit dan berjalan ke luar kamar sembari menggandeng

  • HILANGNYA SIFAT MANJA ISTRIKU   PART 73

    Berhari-hari Bimo selalu teringat pertemuannya dengan Linda di penjara. Tentang bagaimana nampak tertekannya wanita itu, juga pertanyaan Linda tentang pernikahan.Di banding kondisi Linda sekarang, Bimo merasa jauh lebih beruntung. Linda memang telah salah langkah. Terpuruknya kehidupan mereka di masa lalu tak membuat Linda jadi insyaf dan mengambil hikmah dari semua itu. Justru wanita itu semakin gila dengan harta dan kemewahan.Seandainya saja dulu Linda tidak meninggalkannya untuk lelaki kaya bernama Rexiano itu karena silau dengan hartanya, mungkin saat ini mereka berdua masih menjadi sepasang suami istri meskipun hidup dalam kesederhanaan.Tapi nasi memang telah menjadi bubur. Semua yang telah dilakukan Linda harus dipertanggung jawabkan di dalam penjara.Entah kenapa, pertanyaan Linda tentang apakah dia sudah menikah adalah yang paling membekas di hati Bimo beberapa hari terakhir. Seolah i

  • HILANGNYA SIFAT MANJA ISTRIKU   PART 72

    "Papa pulang!" teriak Tiara seperti biasa saat melihat Bimo datang dengan menggunakan ojek online. Lelaki itu memang sengaja pergi dan pulang kantor menggunakan transportasi umum agar sepeda motornya tetap bisa dipakai oleh kakaknya berjualan.Norma yang sedang menyuapi Tiara sore itu pun ikut girang. Sudah dua bulan ini Bimo bekerja di kantor Wiguna Group dengan gaji yang lumayan menurut mereka."Kok sore gini udah pulang, Bim?" tanyanya seketika setelah melirik jam di dinding yang baru menunjuk pukul 4 sore."Iya, Mbak. Kebetulan hari ini kerjaannya yidak begitu banyak. Tapi mungkin besok malah lembur sampai malam.""Oooh gitu. Ya sudah sana bersihin badan kamu dulu. Habis itu makanlah, aku sudah masak tadi.""Pa, Tiara boleh minta sesuatu nggak?" Tiara yang melihat Bimo akan beranjak, tiba-tiba langsung meraih tangannya lelaki itu."Boleh dong. Tiara mau minta ap

  • HILANGNYA SIFAT MANJA ISTRIKU   PART 71

    "Kamu serius, Bim?" Norma membelalakkan mata usai mendengar cerita adiknya."Serius, Mbak. Aku juga kaget tadi waktu dia mengatakan itu."Norma menggeleng-gelangkan kepalanya dan berkali-kali berdecak."Kok ada ya Bim, orang sebaik pak Fabian itu. Metta benar-benar wanita yang sangat beruntung bisa jadi istri lelaki seperti itu. Trus ... trus, kamu jawab apa waktu dia nawarin itu? Kamu menerimanya kan?""Aku belum mengatakan apa-apa, Mbak. Aku masih bingung. Aku sudah lama sekali nggak kerja kantoran. Aku nggak yakin aku masih bisa.""Jadi kamu nolak tawaran pak Fabian? Ya ampun Bimoooo. Kamu itu gimana sih?""Belum, Mbak. Aku belum bilang menolak. Aku bilang masih bingung. Tapi besok kalau aku bersedia, aku disuruh datang langsung ke kantornya."

  • HILANGNYA SIFAT MANJA ISTRIKU   PART 70

    "Titip Ibas ya, Mas. Minggu siang nanti kita jemput," ucap Metta saat akhirnya dia dan suaminya berpamitan pada Bimo."Jangan siang, Ma. Sore aja," sahut Ibas. Metta agak melebarkan mata pada anak lelakinya mendengar itu. Namun bibirnya tetap saja harus menampakkan senyum."Kalau Ibas pulangnya kesorean nanti gak cukup istirahatnya, Sayang. Kan senin sudah harus masuk sekolah lagi. Mama jemput siang aja ya?""Iya deh kalau gitu, Ma.""Jangan khawatir, Met. Bimo nggak akan pergi kemana-mana kok hari ini. Nanti biar aku sendiri aja yang jualan. Biar Ibas bisa puas maen sama papanya." Norma seolah tahu kekhawatiran Metta."Iya, Met. Jangan khawatir. Ibas akan baik-baik saja di sini," lanjut Bimo."Ya udah. Makasih ya, mbak Norma, Mas Bimo. Kami pamit dulu kalau gitu. Ibas baik-baik ya. Jangan rewel dan ngrepoti

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status