Share

Masa Lalu

Penulis: WN. Nirwan
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-24 21:00:03

“Sejak kena gendam orang bernama Sakti itu, Rimba jadi lebih serius,” ujar Sarah pada Rinto. Ia memasukkan dus nasi kotak yang telah kosong ke dalam sebuah kantung plastik, lalu mencari-cari minuman.

“Ha? Memangnya, anak itu orang yang seperti apa?” tanya Rinto sambil menyerahkan botol minuman pada Sarah.

Sarah mengucapkan terima kasih dan meminum isi botol hingga tandas. Sedangkan Rinto lalu membuang kantung yang sudah penuh oleh dus kosong sebanyak empat buah. Masing-masing satu nasi kotak untuk Sarah dan Rinto, sedangkan dua nasi kotak lainnya untuk Rimba yang sebelumnya kelaparan berat.

“Kemungkinan NPD ringan. Entahlah. Saya kadang sebal padanya. Tapi, hanya dia yang aku miliki selama hampir dua puluh tahun ini.”

Rinto mengarahkan pandangan pada Rimba yang tengah bersiap untuk tidur dengan perut kekenyangan. Pemuda bisu tuli itu menatap Rinto dan Sarah, seperti bertanya, ada apa?

“Tidurlah. Kau baru ke

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • SABDA: Putra Sang Jenderal   Keajaiban

    Wajah Widya kembali memerah. Ia nyaris murka.“Jaga ucapanmu!” hardik Rinto pada Sarah.Namun Sarah tak peduli. Ia terus mengumbar fakta yang telah mereka kumpulkan tentang Widya sebagai pihak yang paling diuntungkan dengan kemampuan Sakti.“Kami tahu kemampuanmu saat menempuh pendidikan di sekolah menengah dan akademi kepolisian. Kau memang memiliki kemampuan fisik yang memadai, tapi itu tidak cukup. Nilai-nilaimu saat sekolah hanya berada di garis rata-rata, tapi mengapa kau bisa menjadi salah satu lulusan terbaik di angkatanmu?” cecar Sarah, semakin berani.“Begitu juga di akademi kepolisian. Kau bahkan berada di peringkat terbawah dalam kemampuan menembak. Tapi saat kelulusan, kau berada di urutan kelima terbaik? Bagaimana mungkin? Kecuali jika kau memiliki pendukung yang sangat kuat. Mengingat kau bukan anak pembesar atau penguasa, maka pendukungmu tentulah orang dengan kemampuan istimewa seperti Sakti. Seseorang yang bi

  • SABDA: Putra Sang Jenderal   Hipnotis

    Meskipun Rimba tahu, apa yang harus ia lakukan pada saat kedua tangannya diborgol ke belakang, ia memilih berdiam diri. Duduk di tepi tempat tidur hotel, memandang Widya yang berjalan mondar-mandir di kamar dengan gusar. Rinto berusaha menenangkan wanita itu, namun tampaknya belum berhasil.Di sebelah Rimba, Sarah duduk sambil memegang lengan Rimba. Wanita itu bukan ancaman di mata Widya dan Rinto hingga kedua polisi itu merasa tak perlu memborgolnya. Namun, bukan berarti Sarah selemah perkiraan mereka. Setidaknya, Sarah tahu bagaimana membela dirinya dan Rimba.“Aku benar-benar bodoh. Dua bulan ini ditipu mentah-mentah oleh mereka. Kupikir mereka hanya mantan penjahat biasa yang sudah sadar,” rutuk Widya. Ia menatap tajam pada Sarah dan Rimba. Namun yang ditatap malah tenang-tenang saja, tidak terintimidasi sama sekali.“Kalau kau bisa membuktikan kejahatan mereka terhadapmu, kita bisa menyeret mereka ke penjara. Saat ini kita hanya punya senj

  • SABDA: Putra Sang Jenderal   Terpergok

    Prakasa adalah komandan jenderal yang memimpin ribuan prajurit. Seandainya Sakti berhasil menguasai Prakasa, lantas bagaimana dengan ribuan bawahannya itu? Ada puluhan bahkan ratusan perwira yang berada di bawahnya. Jika sedikit saja mereka mencium kejanggalan dalam diri sang pimpinan, maka Sakti bisa kena batunya.Sebab, Sakti belum pernah menggunakan SABDA pada lebih dari lima orang sekaligus. Selain demi menjaga kerahasiaan kemampuannya, Sakti juga belum mengetahui apakah dia bisa memerintah secara massal. Ia belum menemukan cara untuk menguasai puluhan bahkan ribuan orang sekaligus.Lamunan Sakti terburai saat Prakasa mengulangi pertanyaannya.“Si-siap, Pak. Saya harap dapat mengenal keluarga Bapak lebih dekat lagi,” jawab Sakti tergagap.Prakasa tersenyum sekali lagi. Ia kembali menepuk bahu Sakti, menaruh harapannya yang sangat besar di pundak sang perwira super.***Rimba agak menyesal karena terlalu cepat mengeluarkan pis

  • SABDA: Putra Sang Jenderal   Mencapai Puncak

    Sakti menjalani malam yang cukup berwarna. Selain menikmati kemewahan hidangan yang disajikan, ia juga sempat berbincang dengan keluarga dan kerabat sang jenderal yang—tampaknya, seluruhnya adalah kalangan atas dan berkuasa. Hanya dalam waktu tiga jam, Sakti sudah mengenal lebih banyak ‘orang penting’ daripada saat dia ‘hanya’ menjadi tentara ‘biasa’.Sakti meluaskan koneksinya hingga ke angkatan laut, kepolisian, pemerintahan, dan dunia kesehatan serta hukum. Ia berkenalan dengan adik sang jenderal yang menjadi laksamana, sepupu yang menjadi kepala kepolisian daerah, adik yang menjadi senator dengan istri yang mengepalai rumah sakit terbesar di daerahnya, dan keponakan yang menjadi hakim di pengadilan tinggi.Hebatnya, perkenalan tersebut bukan sekadar say hello, melainkan diikuti dengan tawaran ‘kalau perlu apa-apa, hubungi saya saja’. Keluarga dan kerabat Prakasa tersebut mengetahui bahwa Sakti adalah &l

  • SABDA: Putra Sang Jenderal   Titik Balik

    Titik balik kehidupan Sarah dan Rimba berawal saat Rimba pulang ke rumah dan menemukan Sarah yang terkapar di lantai. Rupanya, wanita muda itu telah dihajar oleh kekasihnya karena dituduh berselingkuh. Sarah sampai dilarikan ke rumah sakit untuk mengobati luka-lukanya.Rimba lalu membalas dendam dengan memukuli—dengan tangan kosong—kekasih Sarah dan dua orang preman yang ia sewa. Akibat penganiayaan tersebut, pria itu harus hidup dengan kaki pincang dan salah satu tangan tidak dapat digerakkan lagi, sedangkan dua orang anak buahnya menderita luka-luka.Rimba lalu ditangkap dan diadili atas perbuatannya tersebut. Saat itu usianya masih lima belas tahun, sementara Sarah delapan belas tahun.Dengan uang yang ia kumpulkan dari menjual barang-barang pemberian kekasihnya, Sarah menyewa pengacara untuk membela Rimba di pengadilan.Pengacara yang Sarah sewa adalah seorang pengacara tua yang jarang menangani kasus kejahatan remaja. Namun, wanita itu ju

  • SABDA: Putra Sang Jenderal   Masa Lalu

    “Sejak kena gendam orang bernama Sakti itu, Rimba jadi lebih serius,” ujar Sarah pada Rinto. Ia memasukkan dus nasi kotak yang telah kosong ke dalam sebuah kantung plastik, lalu mencari-cari minuman.“Ha? Memangnya, anak itu orang yang seperti apa?” tanya Rinto sambil menyerahkan botol minuman pada Sarah.Sarah mengucapkan terima kasih dan meminum isi botol hingga tandas. Sedangkan Rinto lalu membuang kantung yang sudah penuh oleh dus kosong sebanyak empat buah. Masing-masing satu nasi kotak untuk Sarah dan Rinto, sedangkan dua nasi kotak lainnya untuk Rimba yang sebelumnya kelaparan berat.“Kemungkinan NPD ringan. Entahlah. Saya kadang sebal padanya. Tapi, hanya dia yang aku miliki selama hampir dua puluh tahun ini.”Rinto mengarahkan pandangan pada Rimba yang tengah bersiap untuk tidur dengan perut kekenyangan. Pemuda bisu tuli itu menatap Rinto dan Sarah, seperti bertanya, ada apa?“Tidurlah. Kau baru ke

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status