Beberapa bulan kemudian, aku menerima surat undangan pernikahan dari Roby dan Yeyen, masih sama dengan menghela nafas yang panjang. Ya Allah, mungkin jika aku belum menikah jantungku akan berhenti mendadak menerimanya, tangan aku bergetar dan masih sama harus berusaha diam untuk beberapa saat menenangkan diriku, aku hadir, aku hadir di temani oleh Rahman. Mulai beberapa bulan ini, aku belajar menjadi seorang artis yang memiliki beragam karakter hati, aku harus bisa menutupi perasaan apa yang sebenarnya aku rasakan. Aku harus bisa menjiwai semuanya, seakan aku tersenyum padahal aku menangis, seakan menjadi wanita yang tegar padahal hatiku hancur berkeping-keping tak karuan.
Aku biasakan untuk memoles wajahku dengan beragam make-up, tidak hanya untuk ke kantor tapi untuk setiap hari aku berada di mana pun, lipstik warna merah cabai, pemerah pipi warna pink, dan warna-warna eye shadow muda aku pilih agar memberikan efek segar dan selalu ceria.
Ra
Hore, akhirnya aku hamil!! Sebuah kebahagiaan yang sejak dulu aku idam-idamkan tentunya. Setelah sekian lama penantian panjang aku dan Rahman, Allah akhirnya percaya menitipkan buah hati untuk kami. Semenjak hamil, aku tidak bisa kerja seperti biasanya dan semua itu harus aku syukuri dan aku jaga dengan sangat baik. Badan kini sering terasa sakit, dan izin libur yang aku ajukan ke kantor lebih sering dari biasanya. Badanku memang terkenal ringkih alias tidak sekuat teman yang lainnya, hal itu sudah sejak aku kecil dulu, aku terkenal sering sekali sakit-sakitan. Dan hamil putri pertama adalah anugerah yang telah kami tunggu-tunggu sejak sangat lama. beberapa tahun bagi kami adalah waktu yang lumayan lama menunggu kehadiran buah hati. Tidak seperti sahabat-sahabat yang lain mereka dengan sangat mudahnya bisa hamil dalam hitungan bulan dari masa pernikahannya tidak halnya dengan aku yang harus melakukan banyak hal dan usaha demi bisa hamil. Tapi mama bilang aku harus teta
Alhamdulillah, sudah tidak terasa rumah tangga aku dengan Rahman sudah hampir berjalan 4 tahun. Kini Rahman yang aku kenal mulai berubah banyak. Sifat dewasanya berangsur-angsur berubah kepadaku. Aku melihatnya sebagai sosok suami yang mulai bisa di andalkan. Dan aku merasa kehidupan Sakinah bukan hanya seakan-akan isapan jempol semata.Dia selalu menjagaku, dia selalu memperlihatkan rasa cinta dan sayang kepadaku dan Queeniara. Mama papa, dan keluargaku di Bandung sangat senang melihat perubahan kami. Aku berencana menjual rumahku saja, kelak uang hasil penjualan rumah akan aku buat untuk DP rumah baru saja atau membangun rumah di pekarangan yang mama kasih untukku.Apa yang aku cita-citakan terkabul, rumahku di beli oleh sahabatku Deddy, uangnya sebagian aku tabung terlebih dahulu, sebagian aku pergunakan untuk renovasi rumah mama, dan sebagian aku gunakan untuk menukar mobil lama mama dan papa dengan sa
Hampir satu tahun aku menikmati hariku di rumah, hanya menjalani bisnis pakaian dan menjaga Quenniera putri kecilku. Alhamdulillah bisnisku mulai terlihat ramai, banyak teman dan tetangga yang mulai berkunjung sekedar melihat-lihat atau malah mereka dengan baik memborong jualanku. Hampir saty minggu sekali aku menyempatkan diri untuk membeli barang yang baru di toko suplier yang lebih besar di kotaku. Aku sangat menikmati masa-masa ini. Mengurus keluarga, suami anakku dan bisnis adalah sesuatu yang sudah aku idam-idamkan sejak lama. Aku sudah cukup lama kerja di bank dan aku sudah merasa lelah, bosan dan ingin kegiatan lain yang lebih baru. Rahman, tampaknya dia selalu sibuk dengan pekerjaan kantornya kini. Dia selalu saja berangkat pagi, dan pulang larut malam. Tampaknya dia sudah mulai menikmati pekerjaannya sekarang atau terlalu menikmati sampai terlupa waktu. Dan aku, sebagai istri hanya bisa mendukung segalanya, pekerjaan yang baik, rejeki yang baik. Ber
Semua wanita pasti iri dengan Sintia, karier bank sukses dulu, lepas itu Sintia memiliki usaha sendiri, tabungan, deposito, dompet yang tak pernah kosong dan rumah tangga yang Samawa. Rahman ku baik hati, suami yang aku banggakan rajin kerja dan sayang keluarga. Kami sangat harmonis, dan lebih senang menghabiskan waktu berdua saat sedang senggang. Dan intinya aku selalu mendapatkan semua yang aku inginkan dengan sangat mudah. Saat akhir pekan tiba kami selalu pergi jalan-jalan, kebetulan hobi ku adalah makan kuliner dan Shopping. Penghasilan aku sebagai karyawan Bank swasta memberikan kami kelonggaran ekonomi, apa yang kami ingin dan butuhkah kan selalu dapat di beli dengan mudah, dengan tambahan bisnis warnet dan jual pulsa dari suamiku dulu yang selalu aku tabung, hanya sekarang saja ada sedikit perubahan dalam kegiatan dan pekerjaan kami. Dan pastinya lebih padat dan menyita waktu kami berdua. Dua tahun pertama pernikahan kami tinggal di rumah p
Siapa wanita yang tak tergoda jika melihat penampilan dan perhatian baik yang di berikan oleh Rahman,kini jika Rahman pergi ke kantor selalu mengenakan pakaian, sepatu, jam tangan bermerek, begitu pun dengan motor dan mobil yang terus berganti-ganti jika kerja,pasti deh mereka akan menempel hanya sekedar untuk dekat atau apa itu istilahnya.Tak pernah aku bayangkan jika Rahman tega selingkuh di belakangku, secara diam-diam dan rapi.Lebaran Idul Fitri tahun 2015 adalah awal dari kehancuran rumah tanggaku. Siang itu bunda menelepon aku, dan meminta untuk dapat pergi mengunjunginya segera. Agak sedikit aneh, karena baru saja kemarin aku bermalam di rumah mertuaku maka aku pun bertanya-tanya ada masalah apa sebenarnya? Sampai aku harus balik lagi ke sana."Ada apa bun, kan kemarin baru saja kami berkunjung.""Iya ada sesuatu yang penting, ke sini saja ya Sintia harus bunda obrolkan secara langsung denganmu."Kemudian aku bersiap, men
Mengenang kisah lalu, yang membuat aku benar-benar cinta kepada Rahman.September 2015 lalu, aku melakukan perjalanan ke Bandung, kakak kandung ke empatku melaksanakan pernikahan. Tepat tanggal 25 September 2015. Aku, Mama dan Rahman pulang ke Bandung sejak tanggal 20 September. Karena itu acara pernikahan jelaslah kami membawa banyak persiapan pakaian pesta, seperti songket, kebaya, perhiasan dan lain-lain. Papa menunggu rumah saja dengan Om dan Tanteku.Kebetulan juga, tanggal 23 September tepat hari ulang tahun ku, kami pun memutuskan untuk pergi jalan-jalan terlebih dahulu, kami istirahat dan makan di Saung Mang Jajang di Lembang. Suasananya cukup asri, makanannya pun sangat lezat dan yang terpenting harganya terjangkau.Sejak lama Saung Mang Jajang menjadi tempat kegemaran Mama jika berkuliner di Lembang. Tak lupa aku membeli tahu susu khas Lembang sebagai oleh-oleh. Setelah kami puas bermain, akhirnya kami pun pulang,
Sejak 2014 aku sudah tidak bekerja lagi di Bank aku memutuskan untuk mengundurkan diri demi suami dan putriku, Rolling tugas keluar kota yang berjarak 8 jam dari rumahku tidak dapat aku penuhi. Karier bagiku memang penting, tapi meninggalkan putri kecilku sanggatlah berat untukku, kejenuhan untuk bekerjapun mulai mengekang hari-hariku untuk beberapa bulan ini, lelah yang aku rasakan saat mengurus Quenniera di kala malam sering membuatku tidak konsentrasi saat bekerja. Untuk pertama kalinya aku merasakan beban yang begitu berat, di satu sisi memikirkan kerja, bisnis yang aku rintis, mengurus anak dan setres memikirkan suami yang tergoda oleh pelakor.***Mau tak mau aku pun harus bekerja kembali, kali ini aku bekerja di sebuah koperasi yang bekerja sama di kantor pos kotaku. Pekerjaannya tidak menyita banyak waktu, dan aku sangat mengenal baik manajernya, ya dia sahabatku Widya. Memutuskan membuat bisnis pakaian ternyata tidak semudah yang aku bayangkan apalagi di kala kondisi
Kejenuhan akan hidup kian menggangguku, bayangan Rahman harus segera aku hapus dalam pikirku ini, biarlah jika kelak ia memilih wanita itu dari pada aku dan Queeniera. Ya aku harus sendiri dulu, aku ingin sendiri saja walau sebentar. Mematangkan niatku untuk berpisah dari Rahman.Tapi sebelum aku pergi berlibur, aku harus bertemu Febri terlebih dahulu, ya aku harus memohon maaf kepadanya. Dan jujur tentang kejadian saat SMA dahulu, kenapa aku sampai harus meninggalkan dia saat kuliah. Aku dengar dari teman-teman SMA karena aku, Febri belum bisa move on dan memiliki pendamping yang serius sampai kini. Aku menelponnya, jarak rumah Febri dari kantorku tidak jauh ya, 10 menit saja aku sudah di jemput olehnya.“Masuk Sin ke mobil.”“Ya Feb, terima kasih.”“Tumben, kenapa telepon Gue, sudah beberapa tahun ini gak ketemu, bodiguard Lo kemana Sin?”“Lagi pergi ke laut sama pelakor Feb.”“Serius Lo Sin? Sintia suaminya di rebut pelakor?”“Ya, kenapa musti kag