Share

PART 6

Tidak semua kenangan harus di kenang

Tidak semua kenangan harus di lupakan

Terkadang, kenangan itu yang menjadi Perbaikan diri kita untuk kedepannya

~~~

Tangan Queen bergerak menyentuh keningnya, matanya ia buka.

"Sakit," lirihnya lalu menoleh ke samping mendapati Bara yang sedang menatapnya.

"Minum dulu," ucap Bara lalu ia membantu Queen untuk duduk dan memberikan air hangat pada Queen. Queen menerimanya dan meminum air itu lalu mengembalikannya dan tak lupa ucapan makasih.

"Mau gue pijitin?" tawar Bara dan Queen menggeleng.

"Gausah Bar, oh iya Bar, kawan gue kemana?" Queen mengedarkan pandangannya ke sekeliling UKS tapi tidak menemukan Tasya, Acha, dan Stella.

"Ngintip di jendela," ucap Bara tanpa melihat Queen sambil melirik jendela lewat ujung matanya, dan mereka yang berada di jendela dapat mendengarnya dengan jelas. Mereka lalu masuk ke UKS dengan muka tertekuk.

Acha berdecak. "Kenapa lo bisa tau sih Bar? cenayang yaa lo," Ucapnya lalu duduk di kursi yang ada di sana, Bara hanya mengangkat bahunya acuh.

"Lo belum sarapan yang Queen?" tebak Stella. Ia menunjuk Queen dengan telunjuknya.

"Udah Stella. Gue udah sarapan. Tapi pantulan bolanya keras banget soalnya, makanya gue pingsan," ujar Queen seraya memegang kepalanya yang masih terasa sakit.

"Queen, sakit banget yaa pasti. Ke rumah sakit yok Queen." Acha bangkit dari duduknya dan menghampiri Queen, ia mengusap lembut kepala Queen yang lebam itu.

Queen tersenyum. "Udah Acha, gue gapapa," ucapnya meyakinkan Acha bahwa dia baik baik saja.

Tasya melipat lengan seragamnya. "Harus di kasih pelajaran tu si Rayyan." Ia mengepalkan tangannya dan ingin beranjak dari tempatnya tapi Queen berhasil meraih tangannya.

"Udah Sya, ga usah. Gue yakin dia ga sengaja,” katanya sambil berusaha terlihat baik baik saja.

"Ih Queen, tapi kan dia-"

"Udah Tasya sayang, gue bilang gak usah, gue ga papa. Kan gue ga meninggal karna kena bola itu."

"Lo baik banget sih Queen, jadi tambah sayang deh." Stella maju lalu langsung memeluk Queen.

Bara berdeham. "Gue duluan," ucapnya berjalan ke arah pintu, tapi suara Queen menghentikan langkahnya.

"Makasii Bara." Ia mengangguk dan kembali melangkahkan kakinya keluar UKS.

"Uhuuy, Bara perhatian sama Melody ni yeee," Tasya mencolek lengan Queen membuat Queen menyerit kebingungan.

"Kenapa?" tanyanya.

"Dia yang bawa lo ke sini, dia yang olesin lo minyak kayu putih, dia kasih lo minum, dia kasih lo perhatian, dia mau pijitin lo tadi kan tapi lo nolak," ledek Tasya, ia menghitungnya dengan jarinya dan mengangkat angkat alisnya sambil tersenyum menggoda Queen.

"Gue kalau jadi lo ni yaa Queen, gue udah suka sama dia," lanjutnya.

"Tapi kenapa gue engga suka sama dia yaa Sya?" Queen bertanya, pandangannya kosong lurus ke depan.

"Mungkin belum Queen, gatau kalau nanti, besok atau sebentar lagi," ucap Acha ia memeluk Queen dari samping.

"Queen lo orang yang kuat Queen, kami sayang sama lo," lanjutnya.

Queen tersenyum lalu menoleh ke Acha yang berada di sebelah kirinya. "Gue juga sayang sama kelian." Dan mereka semua berpelukan seperti teletubbies.

-SALQUEEN-

"Biar gue aja yang pesanin minumannya yaa, udah lama ga gue yang pesan." Queen beranjak dari duduknya menuju stand jus.

Sekarang sedang jam istirahat, dan pastinya mereka sedang berada di kantin. Stella memesan makanan dan Queen memesan minuman.

Setelah mengantri cukup lama, akhirnya Queen mendapatkan pesannannya. Ia keluar melewati kerumunan siswa yang memesan. Kaki jenjangnya melangkah hampir sampai ke mejanya tadi tapi-

Byuur

Seseorang sengaja menyenggol tangan Queen hingga jus yang ia bawa tumpah mengenai baju putihnya. Queen terkejut, ia lalu menoleh ke orang itu.

"Upss sorry yaa, gue sengaja," ucapnya sambil menutup mulutnya alay dan menekan kata sengaja.

"Siskaa lo keterlaluan!" Stella berteriak dan berdiri dari duduknya lalu berlari mengahampiri Queen.

"Heh, Stella yang cantik tapi cantikan gue, lo jangan ikut campur ya," ujar Siska sok lembut.

"Ini urusan gue sama cewek murahan ini. Udah cukup lo belain dia terus ya." Siska mencoel bahu Queen sambil mendorongnya dengan telunjuknya.

"Kenapa sih lo Sis, Queen gaada yaa buat masalah sama lo," ucap Tasya lalu membalas perlakuan Siska kepada Queen tadi dengan cara yang sama.

"Cewek ini, dia udah rebut Bara dari gue. Lo bilang itu ga buat masalah hah. Itu masalah bagi gue dan dia yang mulai permasalahannya." Suaranya mengeras. Siska maju lebih dekat dengan Queen.

Plak

Siska menampar pipi kiri Queen membuat seisi kantin menjadi diam dan memperhatikan mereka.

"Ini belum seberapa yaa Queen, gue kan udah bilang sama lo. Awas aja lo kalau lo rebut Bara dari gue. Gue bisa ngelakuin apapun kalau lo masih juga dekat sama Bara!” seru Siska.

"Cuma karna Bara lo jadi gini Sis? Lo keterlaluan tau gak. Lo bisa ambil hati Bara dengan cara lain. Gak gini caranya Sis. Kalau Bara gak mau sama lo, lo jangan salahin orang lain. Itu salah lo. Dan lo pikir, kenapa Bara bisa gak suka sama lo." Stella membalas tamparan Siska untuk membalas perlakuan Siska pada Queen tadi.

Queen tidak bisa membalas, tubuhnya kedinginan dan kepalanya pusing. Tiba-tiba seseorang menarik tangannya keluar dari kantin. Itu semua tidak terlepas dari penglihatan semua orang, termasuk Siska.

Ia melepas hoodie yang ia kenakan lalu menyuruh Queen untuk menggunakannya agar bisa menutupi baju Queen yang agak tembus pandang itu. Setelah itu ia membawa Queen ke ruang BK.

"Tolong kasih peringatan kepada Siska karena sudah bersikap kelewatan." Orang itu berbicara pada guru BK dan menunjuk pipi Queen yang lebam.

"Kalau tidak percaya lihat CCTV kantin. Dan sekalian kawan-kawannya," lanjutnya lalu melangkah keluar. Queen hanya mengikuti kemana orang itu menarik tangannya.

Sekarang ia di bawa ke loker. Orang itu mengambil bajunya dan memberikannya pada Queen lalu menyuruh Queen berganti di WC untuk mengganti bajunya yang basah.

Setelah itu ia membawa Queen ke UKS. Ia mengobati pipi Queen yang lebam dengan kain yang diberikan air dingin.

Queen tertegun. "Makasih yaa Bara. Lo baik banget sama gue. Gue gak tau gimana cara balasnya," ucap Queen melihat Bara lekat.

Orang yang menariknya tadi adalah Bara. "Gak heran banyak yang suka sama lo," lanjutnya.

Air mata yang dari tadi ia tahan akhirnya jatuh. Cepat-cepat ia menghapus air mata itu dengan punggung tangannya, lalu tersenyum.

"Tapi Bara, kenapa lo bantuin gue terus sih Bar, sekian banyak cowok di sekolah ini yang bantuin gue itu selalu aja lo. Kenapa ga Regal, kenapa ga Langit atau yang lain," kata Queen setelah Bara selesai mengompres pipi Queen.

Decitan pintu mengalihkan pandangan mereka, ada Tasya, Acha dan Stella di sana. Meraka langsung mengahamburkan pelukan pada Queen.

"Queen, kami khawatir banget sama lo. Bakalan gue balas tu cewek sok soan itu," ujar Stella. Ia mengusap pipi Queen yang lebam.

Queen menarik nafas panjang. “Gak usah khawatir sama gue, gue itu cewek kuat kan. Ga usah di balas juga Stella, gue ga papa," kata Queen memamerkan gigi rapinya.

"Kenapa sih Siska keterlaluan banget. Cuma gara-gara Bara dia jadi gitu. Ga abis pikir gue," ujar Tasya, ia mengerutkan dahinya lalu duduk di samping kanan Queen.

"Cinta itu buta, dan gue yakin dia bakalan ngelakuin apapun demi cintanya," ucap Acha, ia membukan permen karet yang ia ambil dari sakunya lalu duduk di samping kiri Queen.

"Sama kaya gue, gue akan lakuin apapun demi cinta gue. Tapi ga gitu juga sih," lanjutnya seraya memasukkan permen karet itu ke dalam mulutnya.

"Bara. Gue mohon sama lo, mulai sekarang pleasee, lo jangan dekat dekat Queen lagi yaa," ucap Stella menyatukan tangannya di depan dada seperti orang yang sedang memohon.

"Bukannya lo yang selalu minta tolong sama gue bantuin dia?" tanya Bara datar.

"Iya sih, tapi tadi gue ga ada minta tolong sama lo Bar, lo langsung aja tarik tangan Queen. Lo suka kan sama Queen?" tanya Stella, ia berjalan mendekat ke arah Bara tangannya ia lipat di depan dada.

"Gue bantu dia biar dia bisa keluar dari masalah ini,” sanggah Bara.

"Tapi justru bantuan lo ini yang membuat Siska berfikir kalau Queen udah rebut lo dari dia,” kata Stella lagi.

"Gue ga ada hubungan apa apa sama Siska. Dan gue nolongin dia cuma karna nama gue di bawa bawa. Gak lebih dari itu. Jadi jangan berfikir terlalu jauh, dan jangan berfikir kalau gue suka sama Queen." Setelah itu Bara meninggalkan UKS, tapi suara Stella menghentikan langkahnya.

"Gue yakin lo suka sama Queen."

***

Setelah kejadian yang menimpa Queen, ia selalu di jaga ketat oleh sahabat-sahabatnya. Kemanapun ia pergi akan selalu di buntuti oleh mereka.

Buktinya sekarang Queen sedang izin ke toilet, dan mereka juga izin ke toilet bersama Queen. Beruntung guru yang mengajar mengizinkan mereka untuk pergi berempat karena yang mengajar adalah Bu Susi—guru seni budaya— yang sangat baik dan pengertian. Guru terfavorite di SMP Arven.

Queen membuang nafas panjang dan memandang malas ke sahabat-sahabatnya. "Kalian kenapa ikut sih," katanya sambil berjalan menuju toilet dan di ikuti oleh sahabat-sahabatnya.

"Biar bisa jagain lo lah Queen, apa lagi. Setelah apa yang menimpa lo kemaren kami bakalan diam aja? Gak bisa Queen. Okeey kami terima kami gak balas dia demi lo, tapi jangan larang kami buat jagain lo Queen. Kami udah janji sama Papa sama Mama bakalan jagain lo," ucap Stella panjang lebar dengan menggunakan urat.

Queen tersenyum. "Iya Stella sayang, jangan ngegas juga dong."

"Iya abisnya lo ngeselin sih Queen."

"Lah kok gue?"

"Iya, lo itu ngeselin banget. Orang mau balas Siska juga lo larang," ujar Stella lalu melipat tangannya di dapan dada.

"Gue masuk dulu, kalian tunggu di sini aja," kata Queen lalu masuk ke kamar mandi dan yang lain menunggunya di depan.

-SALQUEEN-

"Biar gue ambil bolanya," ucap Bara. Anak-anak basket ingin latihan basket saat ini karena mereka akan tanding besok pagi. Bara berjalan menuju gudang yang ada di sebelah kamar mandi dan mencari bola basket.

Sementara Queen yang berada di kamar mandi telah selesai dengan urursannya. ia keluar dari WC, tapi karna lantai yang licin membuatnya tergelincir dan jatuh.

"AAAA," teriaknya.

Stella yang mendengarkan suara itu buru-buru masuk dan langsung melihat Queen yang sudah tergeletak di lantai toilet itu.

Acha langsung berlari dan mencari bantuan. Ia melihat seseorang di gudang dekat kamar mandi dan ia langsung menepuk pundak orang itu. Orang itu berbalik.

"Ba-Bara tolongin Queen di-dia jatuh di toilet," kata Acha sambil menetralkan pernafasannya yang sesak karena habis berlari.

Dengan cepat Bara langsung berlari menuju kamar mandi cewek. Tasya dan Stella memberi jalan agar Bara dapat cepat-cepat membawa Queen.

"Ke mobil gue langsung Bar," pinta Stella dan langsung diangguki Bara.

Mereka cepat cepat membawa Queen ke rumah sakit dan meminta Bara untuk mengizinkan mereka pada Buk Susi.

-SALQUEEN-

Setelah sekitar 1 jam selesai di periksa, akhirnya gadis cantik itu membuka matanya. Stella mendekat dan langsung membantu Queen untuk duduk.

"Minum dulu Queen." Tasya langsung menyodorkan air hangat dan Queen menerimanya.

"Gimana keadaan lo Queen? Ada yang sakit Queen? Kepala lo sakit ya Queen? Apa lagi yang sakit? Badan lo sakit sakit juga ya?" tanya Acha bertubi-tubi. Ia sedikit memegang kepala Queen dengan berhati hati.

"Gue ga papa, ga ada yang sakit Acha," jawab Queen sambil tersenyum

Mereka mengendus. "Selalu aja bilang ga papa, padahal ada apa apa," kata Stella sebal lalu menyuapi makanan dari rumah sakit yaitu bubur tanpa rasa pada Queen.

"Beneran gaada apa apa loh. Stella, gue ga mau makan ini. Ga ada rasa Stell," ucap Queen, ia menghalang sendok yang masuk ke mulutnya dengan tangannya.

"Makan Queen, biar lo cepat sembuh," ucap Tasya, ia duduk di sebelah Queen dengan kaki yang menjuntai ke bawah.

"Ga mau Tasya, gaada rasa. Gue mau pulang aja." Queen menggeleng lalu memajukan bibirnya.

"Kalau ga makan ga boleh pulang. Cepat makan dulu, baru boleh pulang," ucap Stella, mata Queen berbinar ia langsung mengembangkan senyumannya.

"Beneran ni yaa? Janji yaa," ucap Queen mengangkat kelingkingnya di depan Stella.

Stella menautkan kelingkingnya pada Queen. "Iya janji, ni makan dulu. Kalau sakit aja udah kaya anak kecil ni Queen," ujar Stella lalu menyuapkan bubur itu pada Queen. Queen terkekeh dan memamerkan gigi giginya.

"Tapi sebelum pulang, lo di suruh ketemu sama dokter dulu yaa, dokter suruh tadi," ucap Acha lalu Queen mengangguk mematuhi.

"Kucing yang pintar," puji Tasya mengelus puncak kepala Queen.

"Enak aja orang cantik begini di katain kucing, untung gak anjing," ucap Queen memandang Tasya sinis.

Tasya menjulurkan lidahnya. "Canda Queen sayang..." Tasya menggantungkan ucapannya

"Bara," lanjutnya lalu tertawa.

"Ih apaan sih, engga ah." Queen menolak dengan muka yang tidak bersahabat.

-SALQUEEN-

Queen sedang berada di ruangan dokter saat ini, ia duduk di depan dokter untuk mendengarkan apa yang akan dokter katakan. Dokter menghembuskan nafas sebelum berbicara membuat Queen merasa sedikit takut.

"Queen, makin lama keadaan kamu makin memburuk, apa kamu tidak ingin memberitahu orang tuamu mengenai penyakit ini?" tanya dokter dan membuat Queen menjadi lemas terdiam mencerna ucapan dokter itu, sudah ia duga.

Queen menatap dokter lalu tersenyum. "Engga dok, saya ga mau nyusahin orang tua saya, biarkan orang tua saya menyembuhkan adek saya dulu dok, jika orang tua saya tau tentang oenyakit saya, maka beban mereka akan bertambah banyak dok," ucapnya lalu dokter mengangguk.

"Baiklah jika itu yang kamu inginkan. Nanti saya akan berikan kamu obat dan jangan lupa di minum," ujar dokter yang bername tag Daffa itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status