Share

3. Pengungkapan

Meski terkejut, wajah manajer itu dengan cepat berubah. Dia tetap berusaha mengusir Alden, dan tidak memberikan izin untuk  bertemu dengan Mr. Kendrick.Tidak sembarang orang bisa bertemu dengan Mr. Kendrick, terutama seseorang yang tampil seperti Alden.

Dengan cepat sang manajer mengambil sikap defensif. “Kau pikir bisa saja datang ke sini dan bertemu dengan pimpinan kami? Kau seharusnya tahu posisimu yang seperti apa. Bahkan kau tidak layak menjadi pelanggan kami, apalagi bertemu dengan Mr. Kendrick!”

“Jika kau tidak mau memanggilnya, maka aku akan masuk sendiri!” sahut Alden dengan suara tenang dan tegas.

Tanpa menunggu tanggapan lebih lanjut dari sang manajer, Alden bergerak maju melangkah menuju pintu masuk perusahaan. Namun, tiba-tiba dua orang penjaga muncul, berdiri di antara Alden dan pintu masuk.

Manajer itu berlari mendekatinya, meminta penjaga untuk menggelandang Alden pergi. Ia tidak ingin hari pertamanya sebagai manajer perusahaan terbesar di negara itu tercoreng oleh sosok yang dianggapnya sebagai seorang pengemis.

“Berani kau melangkahkan kaki kotormu itu, aku akan melapor polisi!” sergah manajaer itu.

Alden mengepalkan tangannya dengan kuat. Kesabarannya benar-benar diuji dengan pria sombong di hadapannya ini. Dia tidak mau menghiraukan pria itu, dan terus berjalan.

Dua penjaga itu diperintahkan untuk meringkus Alden, tidak memberikan jalan untuknya masuk. Aldenyang sudah emosi pun, tidak memberi kesemptan pada sang manajer untuk berkata lebih banyak.

Alden melompat dengan cepat, mengatasi penjaga dengan gerakan yang lincah dan tajam. Dua penjaga itu terjatuh dengan darah yang mengalir di hidung mereka dan membuat mereka tak sadarkan diri.

Pandangan terkejut dan ketakutan memenuhi wajah sang manajer, yang segera mencoba untuk mengambil tindakan lebih lanjut. Ia merogoh saku untuk mengeluarkan ponselnya dan menelepon polisi.

Namun, sebelum ia sempat menekan tombol panggilan, sebuah suara tegas dan mendominasi menggema di ruangan. “Cukup!”

Semua orang di ruangan, termasuk Alden dan sang manajer, menoleh ke arah sumber suara. Di sana, berdiri seorang pria dengan aura kekuasaan yang begitu kuat. Ia mengenakan setelan jas yang elegan dan wajah yang penuh ketenangan.

“Mr. Kendrick,” desah sang manajer dengan suara gemetar.

Dengan langkah tegas dan wibawa yang memancar, ia mendekati Alden dan sang manajer baru.

Tanpa banyak basa-basi, manajer baru tersebut langsung melaporkan situasi kepada Mr. Kendrick. Dia mengeluhkan tentang Alden yang telah membuat keributan di kantor mereka, merusak suasana, dan bahkan mengusir pengunjung. Sang manajer baru bersikeras bahwa Alden harus dihukum atas tindakannya yang dianggap merugikan perusahaan.

“Mr. Kendrick, gembel ini...”

Belum selesai manajer itu bicara, Mr. Kendrick tiba-tiba merentangkan tangannya dengan cepat. Sebuah tamparan keras mendarat di pipi sang manajer baru, membuat suara gemuruh bergema di ruangan.

Tidak ada yang menyangka bahwa pada hari pertamanya bekerja, sang manajer baru malah mendapatkan perlakuan memalukan dari atasannya. Tamparan keras itu memicu keheningan mencengkam di ruangan.

Pandangan semua orang terpaku pada Mr. Kendrick. Bahkan Alden cukup dibuat tercengang oleh tindakan tersebut.

“Mr. Kendrick, kenapa kau memukulku?” tanya sanga manajer dengan suara gemetar, sambil memegang pipinya yang memerah akibat tamparan atasannya.

Mr. Kendrick tidak menjawab. Tatapannya dingindan tajam, seolah-olah mengandung kekuatan yang tak terbantahkan. Dia memandang sang manajer baru dengan intensitas yang sulit diartikan.

Dalam diam, pria itu akhirnya berbicara. Suaranya terdengar rendah, namun penuh ketegasan.

“Apa kau datang ke sini dengan tangan kosong tanpa membawa informasi apa pun, hah? Dengan mudahnya kau menghakimi seserang yang kau anggap rendah. Kau pikir kau sudah layak untuk berbicara tentang hukuman, heh?”

Sang manajer baru terdiam, wajahnya memucat dan tak berdaya di hadapan pria yang jelas-jelas memiliki otoritas lebih tinggi. Kegagapannya terlihat jelas, dan dia merasa seperti seorang anak kecil yang baru saja dihukum karena perbuatannya.

“Kau telah melakukan kesalahan besar pada hari pertamamu di sini,” Mr. Kendrick melanjutkan, suaranya semakin berat dan menggema di seluruh ruangan.

“Tamparan ini adalah peringatan untukmu. Apa yang kau anggap gembel ini bukanlah sembarang orang!”

Suara Mr. Kendrick terdengar seperti petir di tengah cuara cerah. Kata-kata itu menggema di teling sang manajer, membuatnya terdiam dalam kebingungan. Tidak hanya kejutan yang dia rasakan, tetapi juga keraguan tentang pandang sempit yang telah dia miliki.

Mata manajer itu membulat sempurna, bertemu dengan tatapan tajam Mr. Kendrick. Perkataanya menghantam seperti pukulan telak, memaksaya untuk merenung tentang tindakan dan sikapnya terhadap Alden.

Sebelumnya, manajer baru tersebut memandang remeh Alden, menganggapnya tidak lebih dari seorang gembel yang datang mengganggu. Namun, dengan kata-kata yang tegas dan tajam, Mr. Kendrick mengungkapkan bahwa dia memiliki pandangan yang lebih luas dan pengetahuan yang lebih mendalam tentang siapa Alden sebenarnya.

Dia terkejut dengan ucapan Mr. Kendrick, dan pembelaannya terhadap Alden. Dia tidak pernah membayangkan bahwa Mr. Kendrick akan merespons dengan begitu kuat dan mempertahankan Alden, seseorang yang terlihat begitu tidak penting di matanya. Mr. Kendrick, yang dikenal sebagai sosok yang cerdas dan bijaksana, dengan jelas mengerti bahwa setiap individu memiliki sisi yang belum tentu terlihat oleh mata manusia pada pandangan pertama.

Sementara itu, Alden hanya berdiri dengan wajah dinginnya. Tatapannya tak sedikit pun melembut melihat manajer yang dipukuli oleh Mr. Kendrick itu.

“Memangnya dia siapa? Kenapa kau begitu menghormati pria yang terlihat seperti gembel ini?”

Manajer itu tak bisa menahan dirinya untuk bertanya pada Mr. Kendrick. Dia masih tidak percaya jika atasanya begitu membela pria gembel di matanya itu.

Mr. Kendrick menghela nafas dalam-dalam, seakan mempersiapkan diri untuk memberikan penjelasan yang memadai. Wajahnya tetap serius, namun di matanya terpancar rasa pengertian dan kebijaksanaan.

“Pandangan pertama sering kali menipu, dan penampilan seringkali menyembunyikan kebenaran yang lebih dalam,” jawabnya dengan bijak.

Manajer baru itu agak terkejut dengan kata-kata Mr. Kendrick yang penuh makna. Dia merasa ada makna yang lebih dalam di balik perkataan itu, dan dia merasa perlu untuk mendengarkan penjelasan lebih lanjut. Tatapan tajamnya terus mengamati Mr. Kendrick, menunggu untuk mendapatkan pandangan yang lebih utuh tentang situasi ini.

“Siapa kita untuk menilai seseorang hanya berdasarkan penampilan fisik atau latar belakangnya?” Lanjut Mr. Kendrick dengan suara tenang.

“Dia adalah Alden Leon Ransen, pemilik perusahaan ini!”

Manajer itu benar-benar dibuat terkejut. Dia sedikit terhuyung ke belakang karena terkejut dengan kenyataan yang didengarnya. Kakinya terasa seperti jelly, tak bertenaga.

“Mr. Alden?” gumamnya lirih.

Alden memutar bola matanya dengan malas. Ia sudah bisa menebak yang akan diucapkan oleh manajer baru itu. Sebelum manajer itu  berbicara, ia lebih dulu mengajak Mr. Kendrick untuk masuk dan membicarakan tujuannya tanpa mempedulikan manajer itu.

“Mr. Alden, tolong maafkan aku!” ucap manajer baru itu dengan suaranya yang gemetar saat Alden mulai berjalan menjauh.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status