Share

4. Milikku Harus Kembali!

Suasana di dalam ruangan terasa begitu tegang. Suara ketukan jari-jari Alden di atas meja mejadi irama tak terduga dalam pertemuan tersebut. Mr. Kendrick, sang manajer pengelola dana kelompok mafia itu duduk di samping Alden sambil menatapnya dengan serius.

            Ini pertama kalinya lagi ia melihat wajah serius Alden, setelah sekian lama berada dalam kondisi terpuruknya. Sialnya, ia malah melihat sendiri pegawainya memperlakukan Alden dengan buruk dan secara berani memakinya.

            “Beritahu aku apa yang masih tersisa!” pinta Alden tanpa basa-basi dan langsung ke inti pembicaraannya.

            Mr. Kendrick akhirnya memulai permbicaraan. Dia melaporkan dengan jelas segala kerugian yang diderita  oleh kelompok mereka akibat serangan kelompok David Durant.

            Mr. Kendrick menarik napasnya dalam-salam sebelum melanjutkan paparannya. “Situasi semakin parah, Sir. Kelompok David benar-benar telah menghancurkan sebagian besar aset kita. Beberapa gudang yang kita miliki sudah terbakar habis, menyisakan bara dan puing-puing yang kian menggunung. Bukan hanya itu saja, mereka juga menyabotase gedung-gedung yang kita gunakan sebagai markas operasi. Kini kita kehilangan tempat berlindung dan berkumpul,” jelasnya.

Alden mendengarkan dengan penuh perhatian, namun ekspresinya semakin keras saat melihat klip video yang menampilkan gudang yang terbakar. Ia merasa seperti ada api yang membakar dalam dadanya, mengingat bagaimana gudang-gudang itu dulunya berisi aset berharga kelompok mereka.

Mr. Kendrick melanjutkan, "Tidak hanya kerugian materil, Sir. Ada juga kerugian imateril yang lebih sulit diukur. Beberapa anggota kita tewas dalam serangan mereka. Mereka tidak ragu untuk mengambil nyawa anggota-anggota kita yang tak bersalah. Kini, kehilangan nyawa mereka telah meninggalkan celah dalam kelompok kita."

Di tengah paparannya, ia menyertakan video yang menunjukkan serangan brutal terhadap salah satu gudang milik kelompok mereka. Tampak di dalam video, David sedang merokok dengan santai sementara seseorang yang dulu mereka anggap enteng tengah mengalami penderitaan.

"Dan yang lebih buruk lagi," lanjut Mr.Kendrick dengan nada rendah, "serangan ini juga merusak reputasi kita di dunia bawah tanah. Kabar tentang kerentanan kita menyebar seperti api, mengabarkan bahwa kita bukanlah penguasa bawah tanah yang tak tergoyahkan lagi. Kelompok David telah meruntuhkan ketakutan dan rasa hormat terhadap kita."

Ketika video itu berakhir, suasana semakin hening. Alden menatap tajam layar tablet yang ditampilkan oleh Mr. Kendrick. Rasa amarah dan keputusasaan terus tumbuh di dalam dirinya. Kemarahan itu mencapai puncaknya saat David memerintahkan salah satu anak buahnya untuk menembak mati orang yang bertanggung jawab atas gudang tersebut. Dalam sekejap, kepalanya berputar dan pandangannya tertuju pada senjata yang diarahkan ke arah pria tak berdaya itu.

Bunyi tembakan itu memecah keheningan ruangan. Alden merasa seperti dunianya runtuh. Ia merasakan kekosongan di dalam dirinya, melihat sosok pria itu tak berdaya jatuh dengan darah yang mengucur dari kepalanya. Ia merasa marah pada dirinya sendiri, marah pada situasi ini, dan marah pada David yang telah berhasil memanipulasi segalanya.

Tanpa ragu, Alden meraih tablet itu dan menghancurkannya dengan kekuatan fisiknya. Tablet itu hancur berkeping-keping di tangan Alden, seolah mencerminkan kekacauan yang melingkupi hidupnya saat ini. Namun, tindakannya itu hanya menjadi pelampiasan sebentar. Ketidakpastian dan keputusasaan masih membayangi pikirannya.

Alden merasa darahnya semakin mendidih mendengar paparan dari Mr. Kendrick. Penyeragan David dan kelompoknya telah melukai kelompok mafia mereka dengan sangat dalam. Alden merasa dirinya bertanggung jawab atas semua ini. Ia merasakan beban kesalahan yang mendalam karena kelompok David ternyata lebih licin dan cerdik dari yang pernah mereka duga.

“Sir, kita harus bergerak dengan cepat,” ucap Mr. Kendrick yang memahami kemarahan Alden.

Alden mengangguk dengan pahit, merasa perih melihat wajah-wajah rekan lama yang tewas dalam pertempuran tak adil ini. Dalam diam, ia mengumpulkan amarah dan tekad untuk melawan balik.

“Apa kau akan kembali menyatukan semuanya, Sir?” tanya Mr. Kendrick penuh haram.

Rahang Alden yang mengeras, dengan tatapan matanya yang tajam sebenarnya sudah menjawab semua pertanyaan Mr. Kendrick. Tapi dia ingin memperjelasnya dengan jawaban dari mulu Alden sendiri.

“Tentu saja. Milikku harus kembali!” jawab Alden dengan sungguh-sungguh.

Tidak lama setelah itu, ponsel Alden bergetar dalam saku celananya. Ia mengeluarkan ponselnya dan membaca pesan singkat yang muncul di layar.

Pesan itu berisi tentang informasi sebuah lokasi apartemen tempat dirinya ditunggu. Pesan itu juga memberitahu Alden untuk datang tanpa membawa anggota atau senjata apa pun. Penggirimnya adalah detektif yang sebelumnya menawarkan kerja sama untuk melawan David.

“Aku akan pergi. Pastikan semua aset tersisa kita berada dalam tempat yang aman. Masalah ini, akan aku selesaikan,” ucap Alden pada Mr. Kendrick.

Dia melangkahkan kakinya keluar dari ruangan meninggalkan Mr. Kendrick tanpa menunggu jawabannya. Dia juga megabaikan pesan dari detekif itu, sebab dirinya sangat yakin bahwa ia bisa menangani masalah ini sendiri tanpa bantuan orang lain.

Dengan langkah mantap, Alden keluar dari perusahaan importir mobil yang ia kelola itu. Ia menuju mobil mewahnya, merasa semakin tegar untuk menghadapi apa pun yang akan datang.

Namun, ketika Alden hampir mencapai pintu keluar, tiba-tiba sepuluh mobil jeep muncul di depannya. Orang-orang keluar dari mobil-mobil tersebut dengan membawa senjata api, senjata tajam bahkan yang tumpul sekalipun. Tidak ada keraguan sedikit pun bahwa mereka adalah bagian dari kelompok musuh yang sudah merencanakan serangan terhadap Alden.

“Bagus sekali, kami menemukanmu di sini.” Suara seorang pria menggelegar di udara. Senyuman sinis menghiasi wajah pria itu yang jelas merupakan pimpinan dari kelompok musuh yang menghadang Alden.

Alden merespon dengan senyuman tipis. Mata pria itu bertemu dengan mata pria yang dulu dianggapnya sebelah mata. Ketua kelompok mafia musuh itu meremehkan Alden, menganggapnya hanya sebagai pion biasa dalam permainan besar ini.

Senyuman di wajah Alden sama sekali tidak berubah. Di balik ketenangannya, ia merasakan api semangat yang membara untuk membalas dendam.

Alden berdiri di sana sendirian, dengan orang-orang bertubuh besar mengelilinginya. Ia bahkan tak memegang senjata apa pun. Tapi pandangannya tetap tenang, menatap orang-orang itu bagai debu yang menghalangi perjalanannya.

“Kelompokmu sebentar lagi akan habis!” ucap ketua pasukan yang mengepung Alden tersebut dengan tawa sombongnya yang menggelegar.

“Oh, ya? Bukankah kau sudah salah perhitungan datang ke sini? Apa kau tidak takut jika kau dan pasukanmu ini tidak akan pernah bisa kembali lagi, hem?” sahut Alden dengan santai

Ketua pasukan itu mengerutkan keningnya. Alisnya bertaut, sambil menggertakkan giginya. Kemudian dia tiba-tiba tertawa dengan kencang.

“Apa kau pikir dirimu ini sungguh hebat, heh? Kau bahkan tak lebih dari seorang sebuah budak yang tidak berguna di sini! Lebih baik kau menyerah saja, atau jika perlu berteriaklah minta tolong pada bosmu yang pengecut itu!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status