Share

Bab 8

Penulis: Nana Shamsy
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-06 22:46:00

SANTET  CELANA  DALAM  8

"Ta, kamu nggak papa?" tanya Erna kawatir, sedangkan Galih masih tertegun melihat lelaki Gila itu pergi.

"Gal." Raga menyentuh pundak Galih yang terdiam bak orang ketempelan.

"Aku nggak papa, aku hanya heran, bagaimana lelaki itu bisa tahu kalau air yang kubawa tadi adalah air yang sudah aku ruqyah sebelumnya," terang Galih.

"Jadi, beneran air itu mengandung doa?" tanya Raga. Galih mengangguk.

"Kalian ini kok, malah gobrol berdua, tolongin Ita donk!" gerutu Erna yang sedari tadi membantu Ita mengeringkan wajahnya dengan tisu.

Tak lama kemudian karyawan cafe memberikan handuk kecil kepada Ita, mereka juga merapikan meja dan kursi yang berantakan. Suasana pun kembali tenang.

"Ta, sebaiknya kamu pulang duluan, kamu bisa masuk angin kerena bajumu basah. Aku akan mengantarmu," saran Galih.

"Iya bener, besok kita ketemuan di sini lagi," kata Erna.

"Baiklah," jawab Ita singkat. Ita dan Galih pun pulang bersama.

***

Pagi harinya Galih menemui Ita di rumahnya, ia membawa air  yang sudah ia ruqyah sendiri dengan cara dibacakan basmalah seribu kali kemudian ia tiupkan ke dalam air tersebut. Di antara keistimewaan bacaan basmalah adalah dihindarkan dari mara bahaya dan gangguan setan yang terkutuk.  Kebiasaan itu Galih dapatkan dari kakeknya. Kemudian ia terapkan pada dirinya sendiri hingga kini.

"Ini tolong kamu berikan kepada Nining," pesan Galih. "Aku pergi dulu, makasih ya, Ta."

"Tunggu Gal, ada sesuatu di atas rambutmu," kata Ita membuat Galih menautkan alis.

"Apa?"

"Itu."

Seketika Galih mengibaskan rambutnya. "Masih ada?"

"Iya." Galih pun mengibaskan rambutnya sekali lagi.

"Masih ada?"

"Iya, permisi ya," ucap Ita. Ia berjinjit mendekatkan wajahnya ke wajah Galih.

_Jiwo rogo dadi siji. Dadino siji karo jabang bayine Masyita. Nyai Dayang panjogo sukmoning Galih talenono bocah iki marang jabang bayine Masyita_

Ita mengucap itu tiga kali tanpa bernapas, kemudian ia meniup kening Galih dengan lembut sebanyak tiga kali. Sesaat kemudian Galih terkesima, ia menatap wajah Ita begitu dalam. Galih merasa Ita begitu berbeda.

Mata Ita berbinar menunggu reaksi dari Galih. Sudah lama sekali Ita menantikan saat ini.

"Ah, maaf, Ta." Galih mengerjap, ia menggelengkan  kepalanya. "Astaqfirullahaladzim."

"Ada apa, Gal?"

"Nggak papa, aku pergi dulu. Tolong segera berikan air itu untuk Nining. Makasih, ya, Ta." Setelah itu Galih pun pergi karena ia sudah membuat janji dengan Raga. Galih ingin pergi ke rumah Ambar--seorang gadis yang katanya pernah menjadi korban Mbah Harjo. Kebetulan rumah gadis itu tak jauh dari rumah kakak iparnya Raga. Galih ingin mengulik kebenarannya, jangan sampai Nining menjadi korban dukun itu juga.

"Apa yang aku pikirkan, kenapa tiba-tiba ada pikiran kotor melintas dipikiranku kepada, Ita?" Galih membuang napas mencoba menghilangkan pikiran buruknya.

Ita terpaku di depan halaman rumahnya beberapa saat. Aneh, seharusnya Galih mengabaikan Nining. Apa ada yang aku lewatkan? Atau ada yang salah? Ita tak habis pikir, begitu sulitnya ia menaklukan Galih.

 ***

Bukannya memberikan air itu kepada Nining, Ita justru membuang air itu dengan cara menyiramkannya ke tanaman bunga di halaman rumahnya. Kemudian Ita membuang botol air mineral itu begitu saja di sana.

"Siapa, tadi itu Nduk?" tanya Sumini yang sekilas tadi melihat Ita gobrol dengan seseorang di halaman rumahnya.

"Bukan siapa-siapa, Bu. Cuma orang nanya alamat," jawab Ita.

"Oh."

Ita pun masuk ke kamarnya. Ia mandi lalu seperti kemarin, setelah mandi ia akan pergi ke rumah Nining.

"Bu, aku mau menemui Nining," pamit Ita.

"Iya."

 ***

Yasmin sudah selesai memasak, ia juga sudah menyiapkan sarapan untuk Nining.

"Masak apa, Mbak?" sapa Ita.

"Eh, ta, udah cantik aja kamu pagi-pagi begini. Aku masak makanan kesukaan Nining. Sayur bening, tempe mendoan sama sambal  tomat," jawab Yasmin dengan senyum cantiknya seperti biasa.

"Wah, itu aku juga suka."

"Kamu sudah sarapan?"

"Sudah Mbak. Mangkanya aku ke sini. Semalam Nining teriak-teriak ya, Mbak?" tanyanya. Ita menarik kursi lalu duduk menghadap Yasmin.

"Iya, dia ngamuk-ngamuk."

"Sabar ya, Mbak."

"Yah, mau bagaimana lagi, Ta. Kami juga masih mengusahakan agar dia sembuh. Hanya saja, kami takut kalau setiap malam Nining mengamuk, ia bisa mengganggu kenyamanan para tetangga."

"Iya, sih, Mbak."

"Bu Indra bahkan menyuruh Mas Aji untuk mengirim Nining ke rumah sakit jiwa secepatnya."

Ita mengulum senyum, sambil memegang tangan Yasmin dengan erat, "Aku tahu bagaimana perasaan, Mbak. Kita hadapi ini sama-sama ya, Mbak. Sini sarapannya Nining, biar aku bawa ke kamarnya."

Ita mengambil piring berisi nasi itu dari atas meja, lalu membawanya ke kamar Nining. Untuk sementara waktu Nining masih di kurung di kamarnya. Yasmin membantu membukakan pintu untuk Ita, kemudian menutupnya kembali.

"Assalamulaikum Bu Ustadzah," sapa Ita. Ia berjalan pelan kemudian duduk di tepi ranjang dan meletakkan piring  nasi di atas nakas.

Ita mendekatkan wajahnya pada Nining, lalu menyelipkan rambut Nining yang menutupi wajahnya ke daun telinganya, "Apa kabar? Kenapa semalam kamu teriak-teriak, heh. Kamu ketakutan? Harusnya kamu nggak perlu takut, mereka tak akan melukaimu kok, mereka hanya ingin bermain-main denganmu."

"Kasian banget sih, kamu. Oh, iya, bagaimana rasanya di a-we-we sama kakek-kakek? Apa kamu berdarah? Sakit nggak? Uh, kasian, kamu pasti kecapekan kemarin, secara hampir satu jam kamu di dalam sana. Oh iya selamat ya, sebentar lagi kamu pasti akan memiliki seorang bayi. Mas Aji pasti sangat bahagia atau ... Malah kecewa kepada kamu."

Ita memundurkan diri, lalu mengambil piring nasi. "Kamu sih, diam saja waktu disentuh lelaki tua itu. Enak ya?" ledek Ita.

"Baiklah, ayo makan, biar kamu kuat menghadapi kenyataan. Ayo, makan,"  perintah Ita.

Ita pun menyendok nasi untuk Nining. Gadis malang itu membuka mulutnya kemudian mengunyah dengan pelan-pelan.

"Aku nggak nyangka nasibmu bakal seperti ini. Kupikir kamu akan bahagia dengan Arkan. Menikah dengannya dan punya keluarga kecil. Lalu aku menikah dengan Galih, kemudian kita berdua menjadi mama muda. Tapi, Tuhan sepertinya punya rencana lain, jalan hidupmu berubah, dari yang tadinya seorang kembang desa kini menjadi aib keluarga." Ita terus menyuapi Nining sambil mengoceh tidak jelas. Entah dendam apa yang dimilikinya terhadap Nining sehingga ia merasa senang atas apa yang dialami Nining saat ini.

"Oh, iya, tadi pagi Galih menitipkan air ruqyah buat kamu. Sayangnya air itu tumpah di halaman rumahku, maaf ya. Mungkin Tuhan pengennya kamu jadi orang gila saja."

"Erna sahabatmu juga memikirkan bagaimana cara agar kamu bisa sembuh, sayangnya anak itu nggak tahu kalau kamu itu udah nggak bisa diselamatkan lagi. Ngapain musti repot-repot benar, kan? Kurang kerjaan banget, kalau udah aku kerjain baru tahu rasa dia."

"Ok, sudah selesai makannya, setelah ini kita mandi. Kita mandi pakai air bunga dari Mbah Harjo, air yang justru akan membuatmu gila selamanya." Ita menyentuh dagu Nining sambil tersenyum puas tepat di depan wajah Nining.

Klik!

Ita membuka pintu kamar Nining. Yasmin yang sedang bersantai di ruang tamu pun langsung melongok, "Udah selesai makannya Nining, Ta?" tanya Yasmin.

"Udah Mbak, sekarang aku mau nyuruh Nining buat mandi," jawab Ita sedikit berteriak dari dapur.

"Taruh aja piringnya, biar Mbak yang nyuci," teriak Yasmin, kemudian ia kembali melanjutkan bacaan Al-qur'an nya di ruang tamu.

Setelah itu, Ita mengajak Nining masuk ke kamar mandi. Kemudian membantunya mengganti  baju. Pintu belakang dan pintu depan dikunci agar Nining tidak bisa kabur. Setelah selesai, Ita mengajak Nining kembali  ke kamarnya. Ia meletakkan sesuatu di bawah tempat tidur, tepatnya di bagian bawah bantal Nining sebelum pulang.

"Semoga nanti malam kamu mimpi indah!"

                             

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • SANTET    Bab 48

    SANTET CELANA DALAM 48Di dalam mobil, Nining tak henti berdoa agar Galih baik-baik saja. "Tenang Ning. Galih pasti akan baik-baik saja," kata Erna. "Mbak Darsih juga tenang, ya. Sebaiknya kita semua berdoa untuk Galih," ujar Erna lagi. Meski ia juga sangat kawatir akan keadaan Galih, tetapi Erna tetap berusaha tenang.Keluarga Ustad Ilham pun turut serta di belakang mobil Arkan. Sesampainya di rumah sakit, Galih langsung dilarikan ke ruang UGD. Mereka semua menunggu di luar dengan perasaan cemas. Aji sejak tadi mondar-mandir berjalan ke kiri dan ke kanan.Yasmin terus berusaha menenangkan Darsih. Sementara itu, Erna dan Nazwa mengapit Nining yang terus menangis sejak tadi.Begitu pintu ruang UGD dibuka. Darsih segera bangkit dan berlari menghampiri Sang Dokter. "Bagaimana keadaan adik saya, Dok?" "Adik Anda baik-baik saja, tapi ia mengalami luka bakar yang cukup serius. Kemungkinan besar separuh wajah adik Anda akan rusak akibat luka bakar tersebut. Ini saja yang bisa kami sampai

  • SANTET    Bab 47

    Santet Celana dalam 47"Galih?" "Iya," tegas Erna."Kamu jangan bercanda Er. Ini tidak mungkin." "Kalau tidak percaya, kamu bisa lihat sendiri," tentang Erna. Nining pun bangkit dari duduknya. Ia berjalan cepat dan mengintip ke arah ruang tamu. Terlihat Galih duduk di depan Pak Penghulu. Ia menjawab pertanyaan dari Abbah Udin dengan tenang. Namun, tiba-tiba tatapan mata mereka bertemu. "Dia sangat cantik, dia baik, dia tabah menghadapi takdir hidupnya yang pahit. Dia wanita paling kuat dan sederhana yang pernah ku kenal, Bah." "Galih ...." ucap Nining lirih. Di sebelahnya Arkan duduk dengan santainya sambil tersenyum ke arah Nining."Arkan." "Arkan tak mau mengambil kebahagianmu, Ning." Yasmin tiba-tiba muncul di belakang Nining memegang pundak kirinya.."Bagaimana ini bisa terjadi?" "Aku memberitahukan semuanya kepada Bu Aya dan Pak Ismu. Aku memang berjanji tak akan memberitahukan perihal kesalahpahaman itu kepada Galih dan Arkan, tapi aku nggak berjanji untuk diam kepada ke

  • SANTET    Bab 46

    SANTET CELANA DALAM 46"Mas. Kita harus bicara," kata Yasmin setelah keluarga Arkan pergi dan Budenya pulang. "Mbak Yas, sudah nggak papa," ucap Nining. Ia menarik lengan tangan kakaknya mengiba. "Ning.""Mbak Yas, sudahlah." "Ada apa?" tanya Aji tak mengerti melihat sikap adik dan istrinya. Yasmin melihat ke arah luar. Mobil Arkan sudah melaju pergi. "Mas, sebenarnya apa yang terjadi. Mas bilang sudah mendengar semua percakapanku dengan Nining. Kenapa Mas bisa salah begini?" protes Yasmin."Salah? Apanya yang salah?""Nining memilih Galih, bukan Arkan." Akhirnya Yasmin mengatakannya juga. Nining memejamkan matanya mencoba mengambil napas dalam-dalam lalu ia hembuskan perlahan. Nining takut akan terjadi masalah besar. "Bukankah kamu bilang kalau Arkan pasti akan senang dengan keputusan Nining. Dia sudah lama menunggu jawaban ini dari Nining?" ungkap Aji. "Iya, memang benar Arkan sudah menunggu lama jawaban dari Nining. Tapi apa Mas tahu apa jawaban Nining?!" "Arkan, kan?" "B

  • SANTET    Bab 45

    SANTET CELANA DALAM PART 45"Galih." "Galih?" "Iya, Galih. Menurutku ... dia yang lebih pantas menjadi ayahnya Gilang. Galih tanpa pamrih menjagaku selama ini meskipun aku pernah menolaknya. Ia juga tak pernah memaksakan kehendaknya padaku. Aku rasa, tak ada kata yang bisa kuungkapkan untuk mengambarkan bagaimana kebaikan Galih dan selain itu juga aku punya alasan lain." Nining pun tertunduk malu. "Apa itu?" "Kurasa ... aku mencintai Galih, Mbak," ucap Nining kemudian. Yasmin pun tersenyum, kemudian memeluk adik iparnya itu dengan gemas. "Mbak Bahagia banget mendengar keputusanmu ini, Ning. Aku yakin kamu akan bahagia bersamanya." "Benarkah, Mbak?" "Ya, Arkan pasti akan senang dengan keputusanmu ini. Mbak bahagia akhirnya kamu mau menikah juga. Dia sudah tak sabar menunggu jawaban darimu," ucap Yasmin. Di saat itulah secara tak sengaja Aji mendengar ucapan Yasmin ketika hendak kembali ke belakang usai mengambil dedak di samping rumah untuk campuran minum ternak kambing merek

  • SANTET    Bab 44

    SANTET CELANA DALAM PART 44Nining dirujuk ke rumah sakit bersama dengan bayinya. Hari bahagia itu seketika menjadi petaka. Entah apa yang terjadi mereka belum tahu pasti. Yang jelas detak jantung Nining semakin lemah. Sudah hampir satu jam Nining berada di dalam ruangan UGD. Yasmin menggendong putra Nining yang bahkan belum memiliki nama. Mereka semua menunggu kabar dari dokter dengan cemas. Begitu pintu dibuka. Aji langsung menghampiri Sang Dokter."Bagaimana keadaan adik saya, Dok?" "Maaf, kami sudah berusaha." "Apa?! Apa maksud dokter dengan meminta maaf?" bentak Aji."Pasien sudah tiada, kami sudah melakukan segala upaya, tapi Tuhan berkehendak lain." Bagai disambar petir. Aji terpaku di depan ruang UGD. Ia berjalan pelan menuju pintu, lalu melonggok ke dalam. Kain putih sudah menutupi seluruh tubuh Nining. Yasmin membekab mulutnya. Ia menangis tanpa suara. Bayi yang ada dalam gendongannya pun menangis, seakan ia ikut merasakan apa yang terjadi. Betapa malang nasibnya, ia

  • SANTET    Bab 43

    SANTET CELANA DALAM PART 43Tak mendapatkan jawaban yang pasti dari Nining, Arkan pun tak ingin memaksanya. Dari tempat Dokter, Nining diajak Arkan ke baby shop. Begitu masuk, mereka disuguhkan berbagai macam keperluan bayi.. Mulai dari baju, sepatu, sampai acsesoris. Nining berjalan ke deratan baju-baju bayi bermotif otomotif, lalu mengambil setelan baju anak bergambar pesawat terbang berwarna biru. "Lucu, ya?" tanyanya pada Arkan."Ya." Nining pun memasukannya ke dalam keranjang belanja. Pertama satu, hingga tanpa sadar keranjang belanja itu mulai penuh. "Ini bagus, ya?" "Iya," jawab Arkan. Ia terus memandangi Nining dan buru-buru memalingkan wajah ketika Nining memandangnya. Seperti pasangan suami istri, Arkan dengan sabar menemaninya. Sepatu-sepatu lucu turut masuk ke dalam keranjang, topi, kaos kaki, sampai mainan. "Total semuanya empat juta tiga ratus enam puluh dua, Mas," kata Mbak Kasir. "Hah, yang benar? Coba hitung lagi, Mbak. Siapa tahu salah," ucap Nining kaget

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status