✧;── Happy Reading ──; ✧
---"Ihh ... tangan Bunda bau bawang." Gio langsung menuju wastafel untuk mencuci tangannya.
"Lebay kamu," cibir Bunda.
"Angga sama Anggi mana?" tanya Bunda. Pasalnya dia tidak melihat kedua anaknya itu, biasanya jika pulang sekolah bareng dengan Gio.
"Bentar lagi juga nyampe Bund," jawab Gio.
"Assalamu'alaikum ... Anggi pulang!!!"
"Tuh kan." Seorang gadis memasuki rumah tersebut dengan teriakan khasnya. Diikuti seorang pria di belakangnya sambil menutup kedua telinganya dengan telapak tangan.
"Gak usah teriak-teriak nji
Saat sampai di rumahnya setelah kembali dari cafe, Salsa langsung membersihkan diri untuk segera beristirahat.Namun pikirannya melayang pada nasi goreng milik Mang Ujang yang berada di depan komplek yang tidak jauh dari rumah. "Jadi pengen kan," gumamnya, Salsa yang sudah bersiap untuk tidur dengan setengah badannya yang sudah tertutup oleh selimut berwarna putih itu, langsung menyibak selimutnya, mengambil cardingan yang tergantung di balik pintu, lalu memakainya.22:30Sudah cukup malam, emang masih buka? Tenang Mang Ujang kan jualannya sampai dini hari. Walaupun sudah malam Salsa tetap keluar. Biarlah yang penting perutnya keisi dulu, jalan kaki? Iyalah deket ini, Salsa berjalan keluar rumah, saat melewati rumah besar berlantai empat itu Salsa berhenti sejenak tiba-tiba seorang pria keluar dari balik pagar hitam dan tinggi yang akan Salsa lewati."Ngapain lo depan rumah gue? mau maling?
Teriakan Audrey dan juga Thania membuat Salsa terkejut dan ikut berteriak, dan membuat seluruh murid di kelas menatap mereka penasaran ada juga beberapa yang kesal karena teriakan mereka membuat beberapa orang terkejut untungnya mereka tidak memiliki riwayat penyakit jantung. "Ada apaan sih?" Galih dan Revan mendekat penasaran dengan isi kotak tadi, dan ternyata isinya hanyalah sebuah parfum. Orang-orang pikir Salsa baru saja mendapat teror dari seseorang, nyatanya dia baru saja mendapatkan hadiah apa mungkin Salsa memiliki pengagum rahasia? "Yaelah, gue kirain kepala kerbau!" ucap Galih. "Gue mikirnya kepala manusia malah!" balas Revan. "Tau lebay banget sih lo, parfum doang bikin orang panik aja!" lanjut Galih. "Lo liat dong njirr itu parfum ap
Cinta mungkin akan membuatmu terlukaTapi ia membuatmu semakin dewasaJadilah pribadi yang selalu memaafkanTerutama hatimu. Sorakan demi sorakan terdengar, masing-masing dari mereka mengangkat ponselnya untuk mengabadikan momen yang sangat besar dalam sejarah Erlangga. Beberapa orang menatap mereka tidak percaya, tatapan tidak suka dan iri itu Salsa dapatkan dari beberapa pasang mata yang berada di pinggir lapangan. Salsa mengambil balonnya sesaat dia menggenggam tali balon itu. "Tapi gue gak bisa Gar." Lalu Salsa melepaskan balon tersebut dan mengambil bunganya. "Terima kasih buat bunganya," ucap Salsa sebelum pergi dari kerumunan tersebut. Garaga mencekal pergelangan tangan Salsa, membuat Salsa menghentikan langkahnya. "Tapi gue gak bakalan nyerah sampai sini," ucapnya lalu melepaskan Salsa dan membiarkannya pergi
Malam ini, malam sabtu. Besok sekolah libur sampai hari minggu, jadi malam ini mereka akan begadang dengan maraton nonton drama-drama favorit mereka. karena hari senin akan mengadakan UAS dan besok mereka akan belajar bersama untuk persiapan UAS nanti. Oleh karena itu malam ini akan mereka habiskan untuk bersenang-senang sebelum bertemu dengan kertas-kertas yang membuat kepala seakan ingin meledak. Yah, itu sungguh menguras otak, di mana kita harus bener-bener memahami materi yang sudah disampaikan oleh guru dan berusaha untuk mendapatkan nilai yang lebih baik.Namun, karena insiden tadi siang Salsa harus menceritakan semuanya pada sahabat-sahabatnya, mungkin memang sudah waktunya mereka tahu. Rahasia itu seperti bangkai, mau ditutup-tutupin juga bakalan tetep tercium baunya. Salsa akan terima bagaimanapun, tanggapan yang diberikan oleh mereka. Sekarang mereka sedang berkumpul di ruang tengah, rumah Salsa.
Malam sudah larut, tetapi Thania belum juga tidur. Pikirannya masih terus memikirkan ucapannya yang tadi dia ucapkan pada Ethan. Thania bangun dari posisi rebahannya dan berpindah pada sofa yang berada di kamar tersebut. Melihat teman-temannya yang sudah tertidur begitu pulas, Thania sedikit meringis saat melihat Lily yang hampir terjatuh dari ranjang karena kaki Audrey yang tidak bisa diam. 'Gak lagi-lagi gue, nginep bareng Audrey.' Batin Thania.Thania duduk pada sofa sambil membaca pesan-pesannya bersama Ethan dulu, baru saja putus beberapa jam rasa rindu itu mulai merasuki pikirannya. Tapi Thania tidak bisa jika harus terus-terusan dibohongi oleh Ethan, jika boleh memilih mending Thania tidak perlu tahu sama sekali tentang kebenarannya, jika ujung-ujungnya dia tetap tidak mendapatkan informasi apa pun dan Ethan tidak menceritakannya sama sekali.Sesaat Thania membaca chat terakhirnya bersama Ethan.Sethan🦖❤️
Teriakan Bunda yang begitu nyaring memekakan telinga, membuat penghuni rumah semuanya keluar. Terlihat sebuah percikan darah yang berceceran di lantai serta sebuah pisau yang tergeletak di bawah sana.Saat membuka isi kotak tersebut, ternyata berisi sebuah pisau yang begitu tajam, serta darah segar yang berceceran di sekitarnya."Ada apa?" tanya Ayah melihat Bunda yang begitu syok lalu tidak sadarkan diri dalam dekapannya."Satya bawa Bunda kamu ke kamar, dan periksa Bunda kamu," perinta Agra yang langsung dilaksanakan oleh Satya dibantu dengan Aditya."Kalian semua masuk dan istirahat, nanti biar Bibi yang bersihin semuanya," perintah Ayah yang tidak dapat ditolak."Bunda gak kenapa-kenapa kan Bang?" tanya Keyla panik, bukannya menuruti perintah Ayahnya mereka malah menuju kamar Bundanya."Bunda baik-baik aja kok, kalian masuk kamar masing-masing sana, nanti Ayah marah lo
Tin! Tin! Tin!Sebuah motor menghampiri Salsa, membuat Salsa terlonjak kaget dan langsung saja Salsa mengambil kembali air mineral yang tadi sempat terjatuh."Woy! Buruan!" ucap Arkan tak santai, sudah Salsa duga itu pasti Arkan."Berisik lo!" ucap Salsa sambil membuka air mineralnya lalu meminumnya."Lo sih, gue cariin juga taunya ada di sini.""Gue tadi liat Papah," ucap Salsa menatap jalanan melihat mobil berwarna hitam itu yang kini sudah melaju perlahan hilang dari pandangannya."Papah?" beo Arkan, menepikan motornya agar tidak berada di tengah-tengah lalu menurunkan standarnya."Iyadah, emang Papah masih hidup ya kak?" celetuk Arkan bertanya."Lo kalo ngomong jangan ngada-ngada lo," ucap Salsa, biarpun Papahnya itu telah menelantarkan mereka tetapi rasa benci itu masih terhalang oleh rasa sayang yang begitu besar.
Bruk! "Aduh ...," ringis Salsa, kakinya tersandung. Bukan tersandung lebih tepatnya tali sepatu yang tidak terikat dengan benar, terinjak oleh kakinya sendiri. Namun, bukan kakinya yang sakit malah jidatnya yang menabrak sesuatu di sana, untungnya Salsa tidak terhuyung ke depan karena seseorang di hadapannya menahan tubuhnya. Salsa sedikit mendongak karena tingginya yang tak sejajar dengan orang tersebut. Menatap mata hitam, bening, dan sipit itu, turun ke arah hidung mancungnya yang membuat Salsa insecure, turun lagi ke arah bibir, bibirnya tersulam merah. Menandakan bahwa dia bukanlah prokok aktif maupun pasif. Pria itu mendekatkan wajahnya pada Salsa, membuat Salsa was-was. Ingin melepaskan diri namun waktu seperti berhenti didetik itu juga, Salsa menutup matanya rapat-rapat lalu,"Huft ...." Salsa mengerjapkan mata lucu, karena tiupan pada wajahnya membuat dia sadar dan langsung menjauh dari seo