Share

5. KACAUNYA ANITA

last update Last Updated: 2024-08-29 10:28:52

LIMA HARI SEBELUM PERNIKAHAN TERJADI.

•••

Tok!

Tok!

Tok!

Suara pintu yang diketuk berulang kali.

"Iya, sebentar!" seru Anita, yang berjalan tergesa-gesa dari ruang dapur rumahnya. Suara ketukan itu, membuatnya menghentikan segala aktivitas di dapur. 

"Siap itu, Neng?" tanya pria dewasa sambil terbatuk-batuk.

Dia tidak lain adalah Sueb, ayahnya Anita. Ia keluar dari kamarnya setelah mendengar suara ketukan di luar. Kondisi ia sebenarnya sedang tidak baik-baik saja. 

"Enggak tahu, Pak. Anita buka pintunya dulu ya." 

Sueb pun mengangguk. Namun, tiba-tiba perasaannya menjati tidak tenang. Firasatnya begitu buruk.

Anita membukakan pintu. Dia langsung menatap dua pria bertubuh kekar, yang berdiri di depan rumahnya.

"Mana Bapakmu!" seru salah satu pria dengan tatapan yang mematikan. Aura yang keluar sangat tidak bersahabat. 

"Kalian siapa? Ada keperluan apa mencari Bapak?" tanyanya polos, yang memang tidak mengenal mereka. Sampai beberapa detik berlalu, dia masih bisa bersikap tenang. 

"Menyingkir kamu, anak ingusan!" seru ia kembali, kali ini langsung main tangan. Mendorong tubuh Anita, supaya memudahkan jalannya untuk memasuki rumah.

"Hei, kalian! Mau ngapain?!" Teriakan Anita sama sekali tidak digubris oleh mereka. 

"Hei, kalian!" Anita menarik tangan salah satu pria itu.

BRUK!

Pria itu langsung mendorong Anita dengan sangat kencang, sehingga gadis itu tersungkur di lantai.

"Anita!" seru Sueb, yang bereaksi ketika melihat anak gadisnya jatuh.

"Lunasin utang-utang lu dulu! Baru, lu urus anak gadis lu itu!" Pria itu mencekik geram leher Sueb. 

Saking kuatnya tenaga, tubuh ringkih Sueb pun sampai terangkat. Padahal pria itu hanya menggunakan sebelah tangannya.

"Saya tidak memiliki uang!" Suara Sueb tercekat lantar lehernya dicengkeram kuat oleh pria itu.

"Kparat!" Dengan kasar, ia membanting tubuh pria yang sudah sakit-sakitan itu, ke lantai. Saking kencangnya benturan, hingga terdengar suara tulang yang patah.

"Bapak!" teriak Anita dan langsung menghampiri pria yang tubuhnya sudah sangat kurus itu.

"Cepat, ambil semua barang-barang di rumah ini! Cari surat tanah rumah ini. Kita bisa menjualnya!" seru pria itu, kepada rekannya.

"Ok!" Temanya langsung paham, perintah yang dimaksud. Segera dia masuk ke salah satu kamar, guna mencari barang-barang berharga yang tersimpan di rumah ini. 

Entah apa itu? 

Dari yang terlihat, tidak ada barang-barang berharga, selain tv tabung di sana.

"Hei, apa yang kalian ingin lakukan!" Anita buru-buru bangkit. Ia mengabaikan semua rasa nyeri yang menyerang tubuhnya. 

Satu pria berada di kamar Sueb dan yang satunya ada di kamar Anita. Gadis itu masuk ke kamar Bapaknya karena ia tahu, surat tanah rumah ini ada di sana.

Anita melebarkan matanya, ketika mendapati pria itu mengacak-acak isi lemari Bapaknya. Semua pakaian dikeluarkan dari sana. Sehingga berserakan di lantai.

Tidak perlu waktu lama, pria itu akhirnya mendapatkan apa yang ia cari. Surat tanah rumah ini. 

Anita buru-buru menghampiri pria itu. "Jangan ambil surat tanah ini!" Dia berusaha keras merebut kembali amplop coklat itu dari tangan pria, yang tenaganya jauh di atasnya.

"Menyingkir kau!" serunya sambil mendorong tubuh Anita, sehingga wanita itu kembali jatuh ke lantai. 

Anita langsung bangkit dan mengejar pria yang telah membawa surat tanah itu. 

"Udah ketemu surat tanahnya?" tanya rekannya, yang baru saja keluar di kamar Anita, yang ternyata tidak ada satu pun barang berharga di sana.

"Udah ni." Pria itu menunjukkan barang, dari hasil pencariannya. Sesuai dengan yang diinginkan.

"Ya sudah, kita pulang!"

Setelah berkata demikian, keduanya melenggang pergi dari sana membawa surat tanah. Barang yang paling berharga bagi Anita dan Bapak.

Anita masih berusaha untuk mendapatkan kembali surat tanah itu. Namun, usahanya sia-sia. Pria itu terus mendorongnya hingga terjatuh berulang kali.

BRAK!

Tiba-tiba ada suara cukup keras dari dalam rumahnya. 

"Bapak!" Hal yang terlintas dalam pikirannya pertama kali, adalah pria sakit-sakitan itu.

Sesampainya di dalam rumah, Anita dikejutkan dengan posisi bapaknya yang sudah tidak sadarkan diri dan ada darah segar mengalir keluar dari mulutnya.

"Bapak!" teriaknya histeris dan langsung berlari.

"Bapak!" Tidak ada kata lain yang terucap. Pikirannya kacau. Sangat kacau. Kalang kabut, melihat bapaknya yang sudah tidak sadarkan diri. Napasnya juga sangat lemah.

"Bertahan, Pak." 

Anita buru-buru keluar rumah, mencari pertolongan tetangga untuk membawa bapaknya ke rumah sakit.

Dalam situasi rumit ini, dia tidak boleh lemah, apa lagi menangis. Semuanya akan baik-baik saja. Dia kuat.

***

Berkat bantuan dari beberapa tetangga, akhirnya Sueb bisa dilarikan ke rumah sakit. Kondisinya sudah sangat kritis. Anita begitu kacau, ketika melihat bapaknya yang sudah dipasangi banyak alat medis.

Dokter dan para timnya segera membawa Sueb ke ruang pemeriksaan. Anita diminta untuk menunggu di luar.

Dia sudah bermandikan keringat. Garis bawah matanya memerah. Namun, sampai detik ini ia masih belum meneteskan setetes pun air mata. 

Anita duduk tertunduk sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Pikirannya sangat kacau sekarang. Dapat dibayangkan betapa rumitnya masalah yang dihadapinya.

Tak berselang lama, seorang perawat pun datang kepadanya.

"Maaf, Mba. Tolong di isi formulir administrasinya."

Suara itu, memecah keheningan di sana. Anita mengangkat kepalanya. Kemudian meraih papan yang bertuliskan beberapa hal yang perlu diisi.

Anita membaca formulir itu secara kasar. Sorot matanya terpaku pada nominal yang tertulis di sana.

Lima belas juta. Tertulis jelas di formulir itu.

"Mba, apa pembayarannya boleh dicicil?" tanya Anita ragu.

Jujur saja, ia tidak memiliki uang sebanyak itu. Bahkan dirinya sekarang tidak memegang uang sepeserpun.

"Tidak bisa, Mba. Sudah menjadi prosedur rumah sakit, Mba harus segera membayar semua biayanya. Supaya pasien segera ditangani." Perawat itu menjelaskan.

Anita mengucap istighfar dalam hatinya. 

Ya Allah. Mengapa cobaan ini tak kunjung berakhir?

Lima belas juta, dari mana ia mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat.

"Baik, Mba. Saya akan usahakan mendapatkan uang lima belas juta itu, secepatnya," ucap Anita mencoba yakin dengan perkataannya.

Perawat itu mengangguk, sebelum akhirnya dia melenggang pergi. Meninggalkan Anita seorang diri di sana, dengan pikiran yang kacau balau.

    

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Noor Sukabumi
oh ternyata oh ternyata butuh duit toh buat bayar rumah sakit mknya mau dinikahin Sama calon mertua sendiri
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • SATU ATAP DUA CINTA: Kunikahi Ibu Tiriku   49. EKSTRA PART 2 (TAMAT)

    SEMBILAN TAHUN KEMUDIAN!•"Dirga! Jangan kencang-kencang larinya, Nak!" teriak Anita, sembari mengejar bocah laki-laki yang berlari sambil membawa pesawat mainan di tangannya."Hap! Ayah berhasil menangkap sang pilot kecil yang nakal ini." Gema Dirgantara, langsung menggendong sang putra, setibanya di rumah. Bocah kecil itu, sedang bermain kejar-kejaran dengan Bundanya. Anita."Ah, Ayah! Tidak lucu. Kenapa Ayah menangkapku?! Aku sedang terbang tinggi sekali dengan pesawat ini!" ucap bocah kecil itu mengomel, saat sang Ayah menyudahi imajinasi yang sedang tinggi-tingginya itu.Gema menurunkan bocah kecil kesayangannya, yang diberi nama Dirga Mahendra Wijaya."Baiklah, sang pilot kecil. Sekarang, saatnya pesawat itu mendarat." Gema menggoda sang putra seraya menarik hidung mungil itu."Heum ..." Dirga menunjukkan kesan tidak suka. Gema pun tersenyum dan mengacak-acak pucuk kepala bocah kecilnya. Permata paling berharga bagi keluarga ini."Ayah tumben sudah pulang? Biasanya Ayah pulang

  • SATU ATAP DUA CINTA: Kunikahi Ibu Tiriku   48. EKSTRA PART (kabar bahagia)

    "Gimana perjalan tadi, Sayang? Kamu merasa nyaman kan?" "Heum, iya. Aku merasa nyaman banget." Sepasang suami istri itu, berjalan sambil bergandengan tangan. Belum ada tiga puluh menit, pesawat dari yang dari dari Swees baru saja mendarat di bandara internasional Soekarno-Hatta, Anita dan Gema berjalan meninggalkan area kedatangan. Senyuman indah terukir di wajah sepasang suami istri yang baru saja pulang dari berbulan madu. Cerah dan penuh kebahagiaan. Sekitar lima belas hari, keduanya menghabiskan waktu berduaan, menikmati keindahan kota Swees dan sekitarnya. "Cepat tangkap dia!" "Tolong siapa pun! Tangkap pencuri itu!" "Jangan biarkan dia lolos!" Seorang pria, mengenakan kaos lengan pendek berwarna hitam dan celana yang panjangnya sebatas menutupi lutut, serta topi hitam menutupi kepalanya itu, berlari kencang, membuat para pengunjung bandara kocar-kacir. Dia membawa sebuah senjata api di tangan kanannya. Hal tersebutlah yang membuat orang-orang di bandara meras

  • SATU ATAP DUA CINTA: Kunikahi Ibu Tiriku   47. TAMAT (END)

    "Kamu sudah pulang, Sayang?" ucap Anita, menyambut kedatang Gema, seraya mencium punggung tangannya, sebagai tanda bakti seorang istri kepada suami. "Iya. Hari ini aku sangat lelah sekali," keluh Gema, terlihat memijat-mijat lehernya yang terasa kaku dan pegal. "Kamu mandi dulu, habis itu aku pijitin," tawar Anita, tersenyum menggoda seraya melingkarkan tangannya di leher Gema. "Heum, pijit lehernya aja atau yang lainnya juga?" Anita sontak melotot, "apaan si kamu? Nakal deh. Ya, aku pijit lehernya aja lah." Sebagai bentuk kekesalannya, Anita mencubit pinggang Gema, tapi bukannya merasa bersalah, Gema malah keenakan. "Udah, ih. Sana mandi dulu. Entar aku pijitin. Semuanya," pisiknya pelan dan memberi penekanan pada kata terakhir. Gema tersenyum sumringah. Angan-angannya langsung membayangkan sesuatu yang nikmat dalam pelukan hangat. "Ok deh, Sayang." Muach ... Dia mencium pipi istirnya, baru setelah itu mempercepat langkahnya menujunya kamar. Anita geleng-gelen

  • SATU ATAP DUA CINTA: Kunikahi Ibu Tiriku   46. TELAH SELESAI

    [Lu lagi di mana?][Lagi di rumah sakit. Ada apa?] Gema tersenyum lembut, saat menyuapi Anita dan mengobrol dengan seseorang di telpon.[Siapa yang sakit? Anita?][Iya. Ceritanya panjang pokoknya. Itu mah bahas nanti aja. Lu sendiri, kenapa telpon?][Gue udah berhasil nangkap ni tikus.]Gema beranjak bangun, matanya melebar sempurna. Sendok yang digenggam pun sampai lepas. [Seriusan? Jadi, tuh tikus berhasil lu tangkap?][Iya, seriusan lah. Gue mana pernah bohong soal kerjaan. Udah, dijelasinnya belakangan aja. Sekarang harus gue bawa kemana ni tikus? Gue si belum apa-apain dia, tapi anak buah gue, udah bikin dia babak belur. Hahaha.]Gema memijat keningnya, sudah menduga hal ini akan terjadi. Dia menoleh ke belakang, lalu tersenyum kepada Anita.Melihat adanya perubahan sikap Gema yang mendadak, membuat Anita bertanya-tanya, siapakah yang menelpon?[Kasih tahu aja lokasinya di mana? Biar gue langsung ke sana.][Di Kalimantan.][Apa?] Gema sangat terkejut sampai-sampai napasnya sepert

  • SATU ATAP DUA CINTA: Kunikahi Ibu Tiriku   45. ADA YANG DITANGKAP

    Gema langsung membawa Anita ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan, begitu juga dengan Sari dan satpam yang berjaga di rumahnya. Dikarenakan mengalami luka berat akibat dipukuli berulang kali sampai tidak sadarkan diri, Pamannya juga harus dilarikan ke rumah sakit. Namun, diawasi oleh pihak yang berwajib. Gema ingin, pria keparat itu langsung dijebloskan ke penjara, setelah sadar nanti. Gema telah memastikan, pria itu akan mendapatkan hukuman yang setimpal atas perbuatannya. Pelecehan terhadap wanita berstatus istri, adalah kejahatan besar. . Di salah satu ruang perawatan. Anita masih terbaring lemas di ranjang. Tangannya dipasangi selang infus. "Maafkan aku, Sayang. Seandainya aku tidak terlambat sampai rumah, mungkin kejadian ini tidak akan terjadi," ungkap Gema penuh dengan penyesalan. Dia menggenggam erat-erat tangan Anita. Mengecupnya berulang kali. Bahkan kepalanya terus tertunduk. Rasa bersalahnya tidak bisa hilang begitu saja. Bayangan bagaimana tangan-tan

  • SATU ATAP DUA CINTA: Kunikahi Ibu Tiriku   44. PELECEHAN

    Anita yang hendak ke dapur pun, tiba-tiba berlari, langkahnya berbalik, tidak jadi ke dapur ketika mendengar suara pintu terbuka. Dia sangat yakin kalau Gema yang datang.Langkahnya berhenti. Tubuhnya mematung dan mantanya membola, saat mendapati yang membuka pintu bukanlah Gema, melainkan pria lain, yang sosoknya tidak terlalu asing."Paman." Satu kata lolos dari bibirnya. Anita tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya. "Halo, Sayangku. Bagaimana kabarmu hari ini? Kamu baik-baik saja kan di rumah ini? Maafkan Mas yang baru datang," racau pria itu setengah mabuk.Satu hal yang membuat Anita terkejut, tidak lain adalah kondisi pria itu dalam keadaan mabuk. Setengah kesadarannya hilang karena pengaruh alkohol. Bahkan botol minuman keras masih ada digenggamnya."Gema belum pulang! Dia masih di kantor!" Anita meninggikan suaranya sambil berjalan mundur. Dia sangat ketakutan. Takut pria itu melakukan hal yang bukan-bukan."Mas datang bukan untuk menanyakan anak brengsek itu, tapi kedata

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status