Share

5 - Dua Garis Biru

Siapa laki-laki yang membuatnya jatuh dan memanggil namanya? hati kecil Sarah bergumam.

Sarah tidak bisa mengenalinya ketika airmata terus mengalir dan menghalangi pandangannya.

"Kamu baik-baik saja Sarah?" Laki-laki itu kembali bertanya.

Sarah mengangguk. Menghapus airmatanya dan melihat di depannya. Adrian Darmawan, Miliarder muda yang telah merenggut kesuciannya itu. Kenapa mereka bisa bertemu lagi di situ. Hati kecil Sarah berteriak kesal. Di saat hatinya sedang hancur dan dirinya sedang rapuh laki-laki itu memergokinya. Melihat pertahanan dirinya yang runtuh karena menyaksikan pengkhianatan Barra.

"Apa Kamu sendiri? Kamu perlu diantar?" Adrian juga heran mengapa suaranya tiba-tiba berubah lembut. Seolah ia merasa iba melihat aktris cantik itu yang tampak seperti sedang terpukul.

Sarah melepaskan pegangan Adrian pada lengannya dan berkata dengan sopan. "Tidak perlu aku bisa pulang sendiri."

Sarah bergegas meninggalkan tempat itu ketika ia mendengar suara seorang wanita memanggil nama Adrian.

"Adrian kenapa Kamu lama sekali sayang? Ibumu sedang menunggu kita." Suara itu tampak sangat manja dan genit. 

Merasa penasaran Sarah menoleh. Ia melihat seorang wanita cantik sedang bersandar pada Adrian. Lalu tubuhnya maju mendekat. Mencium bibir Adrian dengan rakus, seolah-olah tidak ada orang lain berada di situ.

Muak dengan pemandangan di depannya yang mengingatkannya pada perselingkuhan Barra. Sarah bergumam kasar.

"Dasar semua laki-laki bajingan. Lihat Miliarder brengsek itu. Ia sudah memiliki kekasih tapi malam itu dia merenggut kesucianku. Mengambil keuntungan dari keadaan mabukku saat itu. Benar-benar jenis laki-laki sampah!"

Sarah berlalu pergi setelah mencela Adrian Darmawan. Ia berjanji dalam hati tidak akan mau ada urusan lagi dengan Miliarder muda itu.

***

Sudah satu bulan sejak ia memergoki Barra berselingkuh. Sarah memutuskan hubungan dengan Barra lewat pesan di telepon. Dan ia masih menunggu waktu yang tepat untuk mengumumkan perpisahannya kepada wartawan. Tidak sebelum kontrak menjadi Brand Ambassador Miracle Cosmetics milik Adrian ditandatanganinya. Ada sedikit perubahan jadwal penandatangan kontrak karena Adrian harus pergi untuk urusan bisnis ke Amerika dan hari ini adalah hari yang mereka tentukan untuk menandatangani surat kontrak itu.

"Sarah apa yang ingin Kamu makan sebelum kita ke kantor Pak Adrian?"

"Bagaimana kalo Tom Yum, aku lagi pengen makan yang asem-asem nih!"

"Hahaha tumben banget Kamu mau makan asem-asem biasanya juga suka yang manis-manis deh."

"Iya aneh ya, tapi gimana dong kan pengen hehehe...." kata Sarah sambil tertawa.

"Ya udah kita ke restoran Thailand dekat kantor Pak Adrian aja ya!"

Setelah satu jam mereka menyantap hidangan, Sarah merasa perutnya mual dan ingin muntah. Segera saja Ella menepikan mobilnya ke sebuah apotek. Sarah membeli obat untuk pereda sakitnya. Dan ketika ia melihat alat pengetes kehamilan dipajang di kasir sebuah pikiran terbesit di kepalanya. Kapan terakhir ia datang bulan. 

"Oh My God, sudah sebulan aku tidak datang bulan. Apa mungkin?" Kata-katanya terhenti. Ia takut melanjutkan apalagi membayangkan sesuatu yang tidak ia inginkan terjadi.

Kepalanya penuh dengan pikiran-pikiran buruk. Dan untuk menuntaskan rasa penasarannya, ia mengambil sebuah alat pengetes kehamilan dan membayarnya. 

Sarah meminjam kamar mandi apotek dan melakukan tes itu. Setelah beberapa menit hasilnya telah keluar. Sarah pucat pasi melihat dua garis biru nyata terpampang di tangannya.

"Oh No bagaimana ini?" Jeritnya tertahan.

"Apa Kamu baik-baik saja Sarah?" Ella mengetuk pintunya karena merasa khawatir. 

"Oh ya aku baik-baik saja. Sebentar ya." Sarah buru-buru menyimpan alat pengetes kehamilannya ke dalam tas dan menemui Ella.

***

Adrian terlihat semakin tampan dengan jas hitam dan kemejanya yang bernuansa sama. Ia baru saja masuk ke ruangannya ketika Sarah dan Ella duduk di ruang tunggu.

Ia memanggil Sarah dan managernya untuk masuk ke kantornya. Ruangan besar yang dilengkapi dengan furnitur mewah dan modern. Sebuah sofa berada di tengah ruangan besar itu. Adrian meminta Sarah dan Ella untuk duduk di situ.

"Maaf membuat Kalian menunggu. Silahkan membaca dulu surat kontrak yang berada di atas meja." Usai berkata seperti itu, ia menekan saluran telepon dan menyuruh sekretarisnya untuk membawakan minuman untuk tamunya.

"Kami sudah membacanya dan kami pikir ini semua sudah sesuai dengan perjanjian kita kemarin. Sarah akan menandatanganinya Pak."

"Ella bisakah aku berbicara sebentar dengan Pak Adrian. Berdua saja?" Belum selesai Ella berbicara, Sarah meminta sedikit waktu untuk berbicara dengan Adrian secara pribadi.

Awalnya Ella menolak, ia memaksa harus berada di satu ruangan bersama Sarah jika sedang bersama klien. 

"Percayalah Ella, aku hanya akan berbicara 5 menit saja. Please tunggu di luar ya."

"Okey, tapi tidak lebih dari 5 menit."

Sarah mengangguk patuh. Dan Ella pun keluar dari ruangan itu.

"So apa yang ingin Kamu bicarakan denganku secara rahasia?" Dahi Adrian berkerut. Menerka apa yang akan dibicarakan oleh aktris cantik itu.

"Ini." Sarah menaruh alat pengetes kehamilan di meja kerja Adrian.

"Kamu selalu bertanya, bagaimana jika aku hamil. Kamu bertanya waktu kita berada di kamar klub King. Ya aku adalah wanita yang waktu itu bermalam denganmu." Mata Sarah tepat tertuju di wajah Adrian.

Meski mendapat tatapan tajam dari wanita berambut kecoklatan itu, Adrian tampak tenang. 

"Ya aku tahu, Kamulah wanita yang telah kurenggut kesuciannya."

"Kamu tahu? Lalu kenapa selama ini Kamu bersikap seperti orang yang tidak tahu apa-apa?"

"Bukannya waktu itu Kamu yang meminta untuk melupakan kejadian malam itu?" Adrian mengejek halus sikap Sarah waktu itu.

"Ya memang. Tapi ini masalah serius. Aku hamil dan Kamulah ayah dari janin yang ada di perutku ini."

"Lalu apa yang Kamu inginkan sekarang?" Alis mata Adrian terangkat ketika ia berbicara. Tanda ia menaruh perhatian penuh pada kata-kata Sarah selanjutnya.

"Kamu tahu kan aku aktris, akan terjadi skandal besar jika aku hamil di luar nikah. Karirku akan hancur dan aku akan dihujat netizen. Aku...." Sarah mengacak-acak rambutnya sendiri, stress membayangkan reaksi publik jika kehamilannya terungkap.

"Yang aku tanya bukan itu. Aku ulangi sekali lagi, apa yang Kamu inginkan sekarang?" ucap Adrian berbicara perlahan, menunggu jawaban dari Sarah.

"Aku..." Sarah menggigit bibirnya pelan. Rasa malu perlahan mulai menyergapnya. Sungguh tidak pernah dibayangkan ia harus mengemis agar seorang laki-laki menikahinya.

"Ya Kamu?" Ejek Adrian sekali lagi melihat Sarah terbata-bata.

"Aku ingin Kamu menikahiku." tandas Sarah cepat.

Adrian tersenyum miring. Ia melangkah mendekat ke arah Sarah. Memajukan tubuhnya ke arah Sarah dan membisikkan sesuatu.

"Good. Aku akan menikah denganmu. Kamu akan jadi milikku."[]

Komen (15)
goodnovel comment avatar
Sudarmi Mami
suka ceritanya .....lanjut ya
goodnovel comment avatar
liyana aja
mantap nbnget
goodnovel comment avatar
Wiwik Bpp
auuuuu...segampang ituuu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status