Share

4 - Pertemuan Tidak Terduga

"Kamu belum menjawabku Nona. Saya ulangi sekali lagi, bagaimana jika Kamu Hamil?"

"Maksud Anda?" nada suara Sarah terdengar meninggi. Gugup dan gelisah bercampur menjadi satu. "Apa dia ingat kejadian hari itu? Apa dia tahu wanita itu aku?" hati Sarah sibuk menduga-duga.

"Kontrakmu dengan Perusahaanku akan berjalan selama 5 tahun dan bagaimana jika di antara itu Kamu hamil Nona? Itu pertanyaan yang aku ajukan."

Sarah menghembuskan napas lega. Sepertinya laki-laki itu tidak tahu wanita yang tidur bersamanya adalah aku. 

"Aku tidak ada niatan menikah dalam waktu dekat." jawab Sarah penuh percaya diri.

Wajahnya kembali tegak, penuh dengan aura anggun dan percaya diri. Dialah Sarah Divana Wijaya aktris paling terkenal di seleuruh negeri.

"Apa kekasihmu sepakat dengan keputusanmu itu? Maksudku tentu Kamu punya kekasih bukan? Kalian tentu sudah membicarakannya bukan?"

Wajah Adrian tidak kalah kerasnya. Tatapannya menantang mata Sarah untuk beradu. Memaksa wanita itu untuk tunduk dalam kuasanya.

"Aku pikir itu bukan urusan Anda. Apa yang menjadi urusanku dan kekasihku adalah urusan Kami. Yang perlu Anda ketahui bahwa Kami tidak akan pernah melanggar kontrak di kemudian hari."

Sarah menolak untuk tunduk pada kata-kata Adrian. Matanya balik menantang tatapan Adrian. Menuntut untuk menang dalam pembicaraan ini.

"Good. Kalau begitu minggu depan Kamu bisa menandatangani kontrak itu di kantorku. Selamat siang semuanya." usai berkata begitu, Adrian keluar ruangan diikuti dengan asisten pribadinya, Hendri.

"Kita kembali ke kantor Pak?" tanya Hendri pada bosnya sambil berusaha mengimbangi langkah-langkah panjang Adrian.

"Tidak. Aku tidak akan kembali ke kantor. Ibuku mengundang untuk makan malam di The Palais Hotel."

"Baik Saya akan menyiapkan mobilnya."

"Tidak usah. Aku punya tugas untukmu."

"Baik Pak." Hendri bersiap mendengarkan perintah dari Bos mudanya itu.

"Selidiki siapa yang menaruh obat perangsang di minumanku malam itu."

"Saya akan segera menyelidikinya."

"Dan satu lagi. Selidiki Sarah, apa ia terlibat dengan kasus obat itu atau ia hanya berada di tempat yang salah saat itu."

"Ada lagi Pak?"

"Ya, pastikan penyelidikan ini tidak diketahui kakak tiriku." 

Hendri mengangguk. Dan pergi setelah Adrian naik ke mobilnya dan berlalu pergi.

***

Sesaat tadi tubuh Sarah lemas, takut jika Adrian mengenali dirinya. Tapi ia sekarang merasa lega laki-laki itu tidak mengenalinya.

Bagaimana jika ia sampai mengenalinya tadi Akankah itu menjadi lebih rumit. Bagaimana menjelaskannya pada Ella apalagi kepada kekasihnya, Barra.

Barra di mana laki-laki itu? Kenapa sampai sekarang kekasihnya itu tidak menghubunginya.

"Apa kau baik-baik saja Sarah?"

Suara managernya membuat lamunan Sarah terhenti. Sarah tersenyum kepada sahabatnya.

"Tentu aku baik-baik saja. Bagaimana jadwal kita hari ini Ella?"

"Kita akan menemui Barra di tempat lokasi syutingnya. Bukannya Kamu harus meluruskan masalahmu dengan dia. Tadi aku baru saja mendapat telepon dari salah satu media online. Menurut gosip yang sedang beredar, hubunganmu dengan Barra sedang retak."

Ella menghela napasnya panjang-panjang.

"Menurut mereka, Kekasihmu sedang menyelingkuhimu dengan artis pendatang baru di salah satu serialnya." Ella tampak sangat kesal sekarang.

"Lalu apa jawabanmu?"

"Tentu saja aku berbohong. Aku bilang kalian baik-baik saja."

"Sebaiknya sekarang kita segera pergi menemui Barra, Ella."

Ella mengangguk dan segera membimbing Sarah keluar menuju mobilnya.

***

"Ah Kamu sudah datang Sayang." Nyonya Eliza Darmawan, ibu Adrian mengecup kedua pipi putra tersayangnya.

"Adrian, Sayang." Laura wanita seksi dengan gaun malam yang sangat mini mencium bibirnya sekilas. Dan membisikkan kata-katanya dengan suara mendesah.

"Laura. Aku tidak tahu Kamu akan ikut bersama kita makan malam. Ibu? Kenapa Kamu tidak memberitahuku."

"Ah aku harap Kamu tidak keberatan Adrian. Ibumu dan aku habis berbelanja bersama, lalu ibumu mengundangku untuk ikut makan bersamamu."

"Oh tentu tidak Laura. Aku tidak keberatan sama sekali. Hanya saja jika aku tahu Kamu akan ikut, aku akan membawa bunga untukmu."

Laura tersenyum senang mendengar kata-kata Adrian.

Sejak dulu Laura ingin sekali menjadi Nyonya Adrian Darmawan. Bahkan ketika kekasih Adrian, Hannah masih hidup dulu. Ia mengejar Adrian setengah mati. Bahkan rela menjadi penghangat tubuhnya di tempat tidur.

"Kalian sudah memesan?"

"Sudah, Kami juga sudah memesankanmu Fillet Mignon dan sebotol Champagne."

"Sempurna."

"Adrian bagaimana dengan rencanamu membuat Darmawan Foundation, apa tidak ada kendala."

"Semua terkendali Mom. Sebaiknya kita tidak berbicara bisnis malam ini."

Ibu Adrian tersenyum mengangguk. Mereka lalu menikmati makan malam dengan perbincangan kecil.

Adrian menuang Chanpagne ke gelasnya dan Laura dan mengajaknya untuk bersulang.

"Kita bersulang untuk apa?" Kaki Laura di bawah meja diam-diam naik dan meraba paha laki-laki di depannya.

Mendapat sentuhan dari Laura di pangkal pahanya. Ingatan Adrian terpicu. Ia mengingat malam bersama Sarah. Begitu bergairah dan panas. Apa karena efek obat perangsang yang membuatnya begitu bernafsu atau karena kelembaban di kewanitaan Sarah yang membuatnya melakukan pengeluaran berkali-kali.

Sebelum ia menjadi sangat terangsang membayangkan malam itu. Adrian pamit untuk ke kamar kecil.

***

Sarah dan Ella baru saja sampai di The Palais Hotel, tempat syuting Barra. Ella bertanya kepada resepsionis di mana kamar tempat Barra beristirahat.

Setelah mendapatkan nomer kamar, Ella pamit pulang lebih dulu karena adiknya sakit panas tinggi di rumah.

Sarah menuju lift dan menuju pintu kamar Barra. Dengan langkah terburu-buru ia melangkahkan kakinya. Tidak sabar menemui kekasihnya. Betapa terkejutnya ia ketika mendengar dari dalam kamar yang pintunya  terbuka terdengar suara erangan wanita dan pria bersahutan dengan suara lembab penyatuan kedua insan.

"Aahhh Sayang, kamu sangat cantik sekali." Suara laki-laki itu terdengar terengah-engah.

"Aaawww Mas Barra, kamu juga sangat tampan. Kamu laki-laki terhebat yang pernah aku temui."

"Tunggu aku, sebentar lagi aku akan mencapai surga."

Pelan-pelan Sarah mengintip ke dalam kamar dan ia melihat seorang perempuan sedang berguncang-guncang di atas Barra. Dalam keadaan tanpa pakaian, kedua tangannya memeluk leher Barra erat.

"Kamu sangat pintar sekali sayang. Kamu sangat tahu bagaimana menyenangkan aku." Barra menjilat daun telinga pasangan bercintanya.

Dengan tubuh yang berguncang wanita bertubuh seksi di atas Barra itu menjawab. "Ah iya Mas Barra aku cinta kamu. Tinggalkan saja Sarah, pilih saja aku mas."

"Aaahhhh aku selesai Sayang. Kamu sangat luar biasa cantik. Kamu selalu bisa menyenangkan aku."

Bibir Barra terus menciumi leher jenjang wanita muda itu. Terdengar bunyi kecupan basah dari lidah dan mulut mereka. Mereka terus berciuman dalam. Dengan tubuh mereka yang masih menyatu dan berpautan.

Tidak tahan melihat pemandangan mengerikan itu, Sarah berlari menjauhi kamar laknat itu. Ia baru saja menyaksikan pengkhianatan terbesar kekasihnya. 

Airmata tidak sanggup ia tahan keluar. Dengan terisak ia turun dengan lift menuju toilet di lobi. Ia ingin menangis sekencang-kencangnya di sana. 

Ketika Sarah berlari menuju toilet ia bertabrakan dengan seorang laki-laki dan ia terjatuh di lantai.

"Apa Kamu baik-baik saja?" Suara laki-laki itu terdengar khawatir. Laki-laki itu membantu Sarah bangun. 

Betapa terkejutnya Adrian ketika melihat wanita yang masih saja menangis itu.

"Sarah? Sedang apa dia di sini dan kenapa dia menangis?"[]

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Hafidz Nursalam04
fackkkkkkkkk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status