Cerai ? kata-kata itu masih terngiang-ngiang ditelinganya, saran dari Mak Sri. Akankah dia bisa bercerai dengan Imam suami yang ia cintai tapi nyatanya juga yang menyakitinya.
Mafida akan memikirkan saran dari dua Wanita itu. Karena baginya dalam berumah tangga hal yang tidak bisa ditolerir adalah selingkuh, judi, KDRT dan minum-minuman haram. Baginya itu udah kesalahan fatal. Memang tak mudah dalam mengambil keputusan disaat situasi seperti ini. Pikiran dan juga emosi pasti sedang berkecamuk. Setelah sampai dihotel Aston, Ia memesan kamar hotel VIP untuk dirinya. Dan setelah ia sampai dikamarnya, tubuhnya ia hempasan diatas kasur king size tersebut. Tangisan kembali terdengar dari bibir Mafida, dirinya masih tidak menyangka bahwa adiknya dan suaminya tega menyakitinya. *** Jam delapan malam dihotel Aston. Deringan telepon genggam milik Mafida berbunyi, ia yang sempat tertidur sebentar karena efek lelah menangis, dengan mata yang masih sembab ia bangun dari tidurnya lalu meraih benda pipih tersebut dan melihat nama yang tertera dilayar handphonenya, yaitu suaminya. Akhirnya Mafida menjawab panggilan telepon dari suaminya, walaupun ia sempat ragu untuk menjawabnya. "Iya hallo assalamualaikum Mas, ada apa," tanya Fida dengan suara pelan. "Kamu dimana sayang kok tumben jam segini belum pulang," tanya Imam. "Ah iya aku lupa kasih tahu Mas, hari ini aku ada urusan mendadak ke Samarinda, mungkin lusa aku baru pulang mas," ujar Fida berusaha tenang. "Loh ada urusan apa sayang," selidik Imam. "Aku mau ada rencana kerja sama dengan temanku yang disamarinda Mas, mau ngembangin usaha diperhotelan," jawab Fida dengan pasti. "Teman yang mana sayang, setahuku temanmu kan hanya dijawa," ujar Imam yang makin curiga. "Ada temanku yang bernama Maya, dia baru datang dari Jawa mau cek-cek lokasi, Untuk membangun hotel," jelas Mafida dengan hati-hati. Mas kalau tidak percaya nanti aku kirim nomer Maya ke Mas," imbuh Fida. Imam yang awalnya tampak ragu kini berubah menjadi yakin, karena selama ini istrinya tidak pernah membohonginya. "Baiklah sayang aku percaya, hati-hati disana jangan lupa jaga kesehatan," ucapnya. "iya mas terimakasih," kata Fida. Sambungan telepon pun terputus setelah Mafida mengucapkan salam. "Aku harus menyusun rencana, supaya bisa menghadapi dan menyelesaikan ini semua," lirih Fida. *** Dirumah Mafida. Anna sedang menonton dan duduk santai didepan televisi. Imam yang melihat Anna lalu menghampirinya, duduk disampingnya sambil membenamkan kepalanya diceruk leher Anna, dan menyesap aroma wangi tubuh Anna. "Mbak Fida dimana mas," tanya Anna. "Dia ada urusan di Samarinda selama dua hari, jadi kita bisa puas main tanpa takut ketahuan Mafida," ujar Imam dengan seringaian liciknya. Anna yang mendengar kabar itu tak kalah senangnya. Gegas iya berlari kekamarnya. "Tunggu disini ya mas, aku punya sesuatu untukmu," katanya lalu pergi meninggalkan Imam sendiri diruang tengah. Beberapa menit kemudian Anna keluar kamar dengan menggunakan pakaian yang bisa membuat horny siapa saja yang memandangnya. Pakaian tipis yang dikenakan Anna, lebih tepatnya seperti tidak mengenakan pakaian, membuat Imam terpesona dan takjub. Kemolekan tubuh Anna baginya candu yang sulit untuk dilupakan. Baginya Mafida tidak ada kurang satu apapun sebagai istri. Tapi dalam benak Imam kalau bisa dua kenapa harus satu. Imam menghampiri Anna dengan sorot mata yang mulai berkabut hasrat. Bahkan yang didalam celananya pun ikut bangun ingin segera menyapa tubuh indah wanita didepannya. Bibir Imam mengecup jari-jari lentik Anna dengan senyuman nakal. Kemudian satu tangannya meraih pinggang Anna, menariknya hingga dua bukit kenyal itu menabrak dadanya. Keduanya pun saling mendekatkan wajah, hingga detik berikutnya mata pun ikut terpejam. Dan udara disekitarnya seakan terhenti. Suara kecupan dua insan yang dimabok asmara menggema . Hanya tangan Imam yang bergerak menyusuri tubuh molek yang ada didepannya. Meremas dua benda kenyal yang menjadi favoritnya. Imam mulai menyusuri dan mencumbu setiap inci tubuh Anna. Desahan demi desahan kenikmatan tak terelakkan dari bibir sexy Anna. Akhirnya mereka mengulangi dosa yang kesekian kalinya. Tanpa ada rasa malu ataupun bersalah pada Fida bahkan dosa. Seakan itu semua sirna dari diri mereka. *** Dihotel Aston. Malam kian menyapa tapi mata Mafida seakan sulit terpejam. Raga dan pikirannya masih berkecamuk dengan problem rumah tangganya. Akhirnya Mafida bangun, duduk dipinggiran ranjang. Lalu ia menatap kartu nama yang diberikan Mak Ulin, kartu nama seorang Lawyer, Rohmat Abbas S.H Ponakan Mak Ulin merupakan seorang Lawyer yang cukup terkenal. Mafida meraih benda pipih yang ada dimeja rias, setelah itu dia mencoba menghubungi Lawyer tersebut. *** Keesokan harinya dikampus Disudut kantin tiga sekawan sedang ngegosip sambil makan. "Eh kalian tau gak Pak Erik dosen baru yang gantiin Pak Didik," tanya Lais kepada teman-temannya. "Belum pernah ketemu, kan baru ini kita mau ada matkul beliau," ujar Nonavi sambil makan bakso beranak pinak. "Emang ada apa, perasaan kamu selalu dapat berita terupdate mulu, dapat berita dari mana kamu," tanya Anna yang sedang menyeruput es cendol Elizabeth yang lagi viral itu. "Aih, masak sih kalian ga Tahu, itu tuh dosennya ganteng loh seperti Jungkook tapi udah punya istri sih," ujar Lais. "Ya Ela suami orang digibahin, buat apa ganteng tapi udah ada pawangnya," cerocos Anna. "Ho'oh percuma ganteng, kalau sudah ada pawangnya ya jangan harap bisa dijinakkan, jangan coba-coba, bisa bahaya," ucap Nonavi dengan menyeruput es cendol Elizabeth milik Anna, karena kepedesan. Sedangkan minumannya udah habis. "Aduh," rintih Lais. Anna dan Nonavi kompak menoleh kearah Lais. "Kenapa kamu Lais keripik kentang," tanya Anna. "Dasar Ikan lele lucknut, udah mati aja masih bisa nyakitin jari orang," umpat Lais. Anna dan Nonavi hanya bisa terkekeh mendengar umpatan Lais. *** Saat Matkul Pak Erick. Sosok tampan nan gagah seperti Jungkook itu memasuki ruangan kelas. Suara bisik-bisik terdengar samar. "Hallo semuanya perkenalkan nama saya Erik, hari ini saya akan mulai menggantikan Pak Didik untuk sementara sampai waktu yang belum bisa ditentukan," ujar Erik dengan ramah. Sosok tersebut ternyata mampu membuat Anna terpesona, tatapan mata Anna tak teralihkan dari sosok yang rupawan itu. Lais yang berada disebelah Anna, heran melihat tingkah Anna. Lais pun menyenggol lengan Anna. "Hei Ann jangn diliatin, suami orang itu,"ujar Lais. "Aku hanya kagum aja, ternyata ada ya sosok yang hampir sempurna kayak begitu dimuka bumi ini," ucap Anna penuh kekaguman. "Ya ela ni orang kayak ga pernah lihat cowok aja," seloroh Nonavi. Beberapa waktu kemudian. "Oke cukup sekian materi hari ini, yang tidak paham dengan materi saya bisa menghubungi nomer W******p saya atau datang ke ruangan saya, sekian dan terimakasih," pamit Erik lalu meninggalkan ruangan tersebut. "Gaes aku duluan ya ada urusan," ujar Anna dengan tergesa-gesa meninggalkan kelas dan teman-temannya. *** Tok tok tok, suara ketukan terdengar dari pintu ruangan Erik. "Ya masuk," ucap Erik mempersilahkan. Sosok cantik dan sexy masuk ke dalam ruangan Erik. "Maaf Pak menganggu," ujar Anna dengan senyuman memabukkannya. "Ah enggak kok, silahkan duduk, ada yang bisa saya bantu," tanya Erik ramah. Anna dengan segera mendaratkan bokong sintalnya ke kursi yang ada didepan meja Erik. "Begini Pak saya tadi masih kurang mengerti tentang materi yang bapak jelaskan, bisakah dijelaskan ulang atau gimana gitu pak," ujar Anna panjang kali lebar. "Waduh kalau sekarang saya tidak bisa, karena ada urusan mendadak, istri saya mau melahirkan, kamu bisa hubungi saya nanti ya," Ujar Erik dengan tergesa-gesa sambil menyerahkan kartu namanya kepada Anna. "Baik lah pak, terimakasih semoga persalinan istri Pak Erik lanca," ucap Anna. "Amin, terimakasih, yasudah saya tinggal dulu ya," pamit Erik lalu meninggalkan Anna yang masih duduk diruangan Erik. Sepeninggal Erik, senyuman terukir diwajah Anna. "Yesss," sorak Anna dalam hatinya. *** Digedung pengacara milik Rohmat Abbas S.H, Sosok Mafida sudah berada dilobi gedung tersebut. "Mbak, saya ada janji temu dengan Pak Rohmat Abbas," ujar Mafida kepada resepsionis. "Dengan ibu siapa," tanya resepsionis tersebut. "Saya Mafida Indayani," jawab Mafida. "Oh silahkan naik kelantai tujuh ya bu, nanti dari lift tinggal lurus sampai ujung ada ruangan Pak Rohmat Abbas disitu, beliau sudah menunggu ibu,"ujarnya dengan tersenyum ramah. "Baik mbak terimakasih," ucap Fida, lalu berlalu meninggalkan meja resepsionis. Selang berapa saat. Mafida sudah sampai didepan ruangan Rohmat Abbas. Dipintu tersebut tertulis papan kecil bertuliskan nama Rohmat Abbas S.H. Tok tok tok Mafida pun mengetuk pintu tersebut. Lalu Mafida pun masuk setelah dipersilahkan untuk masuk oleh pemilik ruangan tersebut. Sosok tampan nan gagah ternyata pemilik dari ruangan tersebut, mungkin usianya sekitar tiga puluh lima tahunan yang justru terlihat matang-matangnya laki-laki diusia tersebut. "Silahkan duduk Bu, ada yang bisa saya bantu," ujar Rohmat mempersilahkan Mafida dengan ramah. "Begini pak, saya ingin mengajukan cerai kepada suami saya, dan ingin melaporkan suami saya karena telah berselingkuh," ujar Fida dengan yakin. "Baik Bu, apakah ibu punya bukti yang bisa menyakinkan untuk kasus ibu ini," tanya Rohmat. Mafida akhirnya menyerahkan handphonenya dan memperlihatkan sebuah video yang beradegan erotis dan juga berdurasi 59 detik tersebut kepada Rohmat Abbas. Rohmat yang melihat adegan tersebut syik syak syok, secara dalam penilaian matanya yang sepintas, sosok Mafida adalah sosok yang sangat cantik, sholehah, suaranya yang lembut, dan pembawaannya yang anggun, membuat siapa saja yang melihatnya pasti terpesona dengannya. Bodoh saja jika suaminya menyia-yiakan dia. "Sepertinya ini cukup bu, karena wajah pelaku tersebut sangat jelas, apakah ibu ada anak atau bagaimana," tanyanya lagi. "Saya belum ada anak Pak, dan untuk aset hanya rumah saja yang atas nama suami dan kalau untuk usaha saya Resto dan Mobil, itu murni milik saya, saya memiliki surat perjanjian pisah harta saat saya sebelum menikah," jelasnya. Yaps, Sebelum Mafida kenal dengan Imam dia sudah memiliki Resto dan mobil mewah. Dia merintis usahanya jauh dari kota kelahiran dia, karena dia berpikir, ditempat balikpapan ini nilai usahanya pasti bisa bagus. Dan terbukti, usahanya sudah ada dua cabang di Balikpapan. "Baik Bu, ini sangat mudah untuk ditangani, nanti semuanya akan saya urus secepatnya," kata Rohmat dengan pasti.Setelah pesta digelar dengan meriah nan megah. Kini sepasang pengantin baru itu, memasuki kamar pengantin yang sudah dihias begitu cantik dengan taburan bunga mawar diatas kasur dan sepasang angsa yang terbuat dari handuk."Apa kamu siap untuk malam ini sayang," bisik Hanan ditelinga Mafida, saat sudah duduk dipinggir kasur.Mafida hanya bisa menunduk, menyembunyikan rona merah jambunya."Aku mandi dulu Mas," pamit Mafida, lalu hendak berdiri."Apa mau kutemani sayang," goda Hanan dengan mengedipkan sebelah matanya.Mafida hanya terkekeh dan sedikit berlari menuju kamar mandi.Setelah mandi, Mafida berdandan dan memakai gaun dinasnya yang berwarna merah maroon. Warna yang begitu kontras dengan warna kulit tubuhnya.Seakan semakin memancarkan aura kecantikannya dan keseksiannya.Mafida keluar dari kamar mandi dengan begitu cantik dan sexy. Jantungnya berdetak kencang, walaupun ini bukan pengalaman pertamanya. Tapi rasanya tetap membuat jantungnya berpacu cepat. Hanan yang melihat itu
Mafida tertegun sesaat saat melihat penampilan Imam yang terlihat tidak terurus."Masuklah," ucap Mafida yang merasa iba melihat penampilan Imam saat ini.Sedangkan Ibunya, dia terpaksa ikut Imam kerumah Mafida karena dipaksa Imam."Silahkan duduk," Imam dan ibunya pun mulai duduk disofa yang begitu empuk. Mata ibunya Imam menelisik setiap sudut ruangan apartemen milik Mafida, seakan ia begitu takjub dan iri."Wah, gila gede sekali apartemen mu,’seru Ibunya Imam."Ada apa?" tanya Mafida."Eh Maaf, tawarin minum dulu lah atau makan dulu lah. Pelit amat jadi orang," protes ibunya Imam."Disini bukan warung," sahut Anna."Dasar pelit,""Bu," panggil Imam seraya memberikan kode supaya ibunya tidak berulah."Maf, aku disini ingin meminta maaf atas sikapku yang dulu padamu," kata Imam dengan tulus."Jika maksud mu hanya ingin kembali dengan putriku, itu tidak mungkin. Karena Mafida besok akan menikah," timpal Bu Vita"Tenang saja Bu, aku sadar diri, aku tidak mungkin pantas mengharapkan Ma
Lima bulan kemudian Imam yang uang pesangonnya udah menipis ia mulai dilanda kecemasan. Selama ini ia sudah melamar pekerjaan dimana-mana tapi sayang, dari semua lamarannya tak satupun ia mendapatkan panggilan kerja, bahkan sekedar interview pun tidak ada.Dia mencoba membuka usaha berjualan bakso, tapi saat ada kasus kecoa yang ditemukan pelanggan di mangkoknya, usahanya langsung sepi dan gulung tikar. Imam sendiri sempat berjualan sate ayam tapi lagi, ia fitnah memakai daging tikus.Ia frustasi dengan musibah yang menimpanya beberapa bulan ini."Apa ini karmaku saat aku menyakiti Mafida?" lirih Imam saat duduk dibawah pohon depan rumah ibunya dengan tatapan kosong.Rumahnya yang ia cicil tidak bisa ia bayar dan akhirnya rumah itu ditarik kembali oleh developer.Kini ia tinggal dengan Ibunya."Duh kamu ini, malah melamun cari kerja sana. Cari duit, bukannya malah melamun. Emangnha duit bisa jatuh dari langit jika kamu hanya melamun begitu," cerocos Ibunya Imam saat pulang dari arisa
Suasana hening dan tegang terjadi di apartemen Mafida, yang saat ini sedang bersitegang dengan adiknya. "Kak, aku minta maaf atas khilaf ku," ucap Anna dengan tulus. "Setelah semuanya seperti ini?" cibir Mafida. "Lalu aku harus bagaimana kak, untuk mendapatkan maafmu," "Jangan tinggal disini, aku akan kasih kamu modal untuk usaha supaya kamu mandiri, biar kamu bertanggung jawab dengan dirimu sendiri," ujar Mafida dengan dingin. "Tapi kan kak," "Kamu pilih, mau menerima uang modal dariku atau tidak, jika tidak maka aku pun tidak akan Sudi menerima mu disini," Anna yang tidak punya pilihan akhirnya dengan berat hati menerima tawaran dari kakaknya. Sedangkan Bu Vita menatap wajah anaknya yang selama ini ia sia-siakan dengan tatapan sendu. Bu Vita, menghampiri Mafida. Duduk disebelahnya. "Maf," panggil Bu Vita. Mafida menengok kesamping. Lalu Bu Vita meraih tangan Mafida dan menggenggamnya. "Maafkan Ibu Maf, selama ini ibu sudah pilih kasih kepadamu. Sudah menyia-
Anna tiba sampai di kos-kosan dengan perasaan kesal, dilemparkannya tasnya ke sembarang tempat. Lalu dihempaskannya tubuhnya diatas sofa. Bu Vita yang melihat sikap Anna hanya bisa melihatnya dengan perasaan yang susah untuk dijelaskan. Lalu Anna mengeluarkan handphonenya daru dalam tas. Kali ini ia mencoba menghubungi Erik. Tapi hasilnya nihil, nomernya seakan tidak tersampaikan. "Kemana se Mas Erik begini, tadi dikampus saat aku datang keruangannya, ga ada. Dihubungin pun sulit,"ucap Anna dengan gelisah. "Mana uang di ATM sekarat pula, cepat atau lambat pasti habis," imbuh ya. *** Imam sendiri mendapatkan surat pemecatan dan pesangon dirinya. sekitar lima puluh juta pesangon yang di dapatnya, karena kontrak diperbarui kontrak setiap setahun sekali."Uang pesangon segini, mana cukup buat ngelunasin cicilan rumah," gerutunya."Ah, ga tahu ah. Aku mau tidur dulu," ucapnya."Sebaiknya kita ke rumah mbakmu," saran Bu Vita."Kenapa harus kesana mbak,"tanyanya."Minta maaf lah karena
Imam semakin dibuat frustasi dengan kejadian demi kejadian yang menimpanya. Semenjak ia cerai dengan Mafida, hidupnya sering apes. "Mana dua hari lagi waktunya bayar cicilan rumah," gumam Imam saat meninggalkan kantor bank dengan perasaan kesal. Ia pun berangkat kerja menggunakan ojek online. Saat ia hendak masuk ke ruangannya, tiba-tiba sekertaris atasanya memanggilnya. "Pak Imam, disuruh menghadap ke Bu Erin," ujarnya. "Apalgi ini pagi-pagi dah disuruh menghadap," gerutunya. "Masuk," titah Bu Erin saat mendengar pintunya diketuk. "Bu, ada apa ya manggil saya," tanya Imam saat sampai diruangan Bu Erin. "Duduk," titahnya dengan tegas tanpa ekspresi. "Apa benar berita yang viral itu kamu," tanya Bu Erin dengan sorot mata yang tajam. Imam terkejut, saat atasannya menanyakan video itu. Jantungnya berdetak kencang, ia khawatir video tersebut akan berimbas pada pekerjaannya saat ini. "i-i itu editan bu," bohongnya, dengan gugub. "Cih editan katamu, kamu pikir aku bisa