Share

BAB 4

Author: Alva_R
last update Last Updated: 2025-02-26 19:47:59

Di Saung Wong Deso milik Mafida.

Tepatnya diruang kerja Mafida.

"El, hari ini kamu handle ya semuanya, awasi kerjaan semuanya, aku mau pulang dulu kepala ku tiba-tiba pusing, yang di cabang biar dihandle Herlis," ujar Mafida yang udah bersiap-siap untuk pulang.

"Siap bu, tapi apakah ibu tidak apa-apa bawa mobil sendiri," tanya Elisa dengan rasa kwatir.

"Aku naik taksi aja El, nanti mobilnya suruh anter Pak Wahid kerumah ya," titah Mafida sambil beranjak pergi dari hadapan Elisa.

"Siap Bu hati2 ya," jawab Elisa asistennya.

"Oke, makasih ya El," ucap Mafida.

"sama-sama Bu, sudah menjadi tugas saya sebagai asisten ibu," jawab Elisa dengan tersenyum lembut.

Mafida akhirnya berlalu meninggalkan Restonya.

***

Sesampainya di rumah jam masih menunjukkan jam satu siang, Mafida heran karena melihat motor suaminya ada dirumahnya. Pasalnya ini masih jam kerja.

"Loh Mas Imam kok, ada dirumah, tadi kan berangkat kerja. Ini juga masih jam satu siang. Kok tumben sekali Mas Imam pulang tanpa kasih kabar," gumam Mafida.

Keheran Mafida semakin menjadi, saat melihat sepatu Anna diteras rumah.

"Lah Anna juga, kok dirumah, kan katanya dia ada jadwal kuliah hari ini," gumam Mafida lagi.

Hati Mafida bergejolak melihat keanehan dirumahnya saat ini.

Mafida masuk rumah setelah mengucapkan salam, tapi tidak ada yang menjawab salamnya. Langkahnya ia tujukan dimana kamarnya berada.

Samar-samar dia mendengar suara desahan, erangan yang berasal dari kamarnya. Pikiran buruk mulai merasukinya.

Semakin dekat langkah kakinya, semakin jelas suara desahan dan erangan itu.

"Aaah massss lebih cepat, ini nikmat sekali mass," racau Anna.

"Yes baby, aaah kenapa punyamu legit sekali, I love you baby," racau Imam.

Jantung Mafida seakan berpacu begitu cepat. Dia hapal betul dengan pemilik dua suara itu. Tubuhnya bergetar, pikiran buruknya semakin menguasainya.

Perlahan dan pelan tangannya mulai meraih gagang pintu kamarnya dengan tangan yang gemetaran. Lalu ia membukanya sedikit untuk memastikan sesuatu yang ada dalam pikirannya dan yang dia dengar salah.

Deg ! Bagai disambar petir disiang bolong, kedua tangan mafida langsung membekap mulutnya sendiri. Mafida begitu syik syak syok dan tidak menyangka apa yang telah dilihatnya.

Ia melihat adiknya sendiri melakukan hubungan terlarang dengan suaminya. Buliran bening membasahi pipinya.

Dengan tangan yang masih bergetar dan berlinangan air mata, Mafida mengambil handphone yang ada didalam tasnya.

Sakit kepala yang ia rasakan diabaikannya. Lalu ia pun lekas membuka aplikasi kamera untuk mengabadikan tindakan tak senonoh keduanya.

Setelah dirasa cukup ia merekam adegan kedua insan itu, dengan sempoyongan dan tergesa-gesa Mafida keluar dari rumahnya.

Mak Sri dan Mak Ulin yang kebetulan ada di sebrang rumah Mafida, melihat sesuatu yang tidak beres kepada Mafida yang keluar rumah dengan sempoyongan bahkan sempat terjatuh.

Dengan langkah yang sedikit berlari, mereka menghampiri Mafida yang terlihat pucat dan berlinangan air mata.

Gegas Mak Sri dan Mak Ulin meraih tangan Mafida untuk berdiri.

"Jeng Fida, apakah baik-baik saja, kenapa wajah Jeng Fida pucat," tanya Mak Ulin dengan rasa khawatir.

Mafida lalu menoleh ke arah dua perempuan tetangganya itu.

Isakan tangis masih terdengar dari bibir Mafida.

Mak Sri akhirnya memahami yang terjadi kepada Fida, Mak Sri bisa menebak, bahwasanya Mafida telah melihat sesuatu yang tak semestinya.

"Ayo Jeng istirahat dulu kerumah ku, aku tahu apa yang terjadi dengan Jeng Fida," ajak Mak Sri.

Mafida tampak ragu, tapi ia tidak punya pilihan karena tubuhnya begitu lelah dan kepalanya seperti dihantam balok.

Dengan hati-hati Mak Sri dan Mak Ulin memapah Mafida masuk ke dalam rumah Mak Sri.

"Duduklah dulu Jeng, tenangkan hati dan pikiran Jeng Fida dulu, setelah tenang nanti kita ingin berbicara sesuatu ke Jeng Fida tentang suami dan adik Jeng Fida," ujar Mak Sri panjang kali tinggi selangit.

"Iya Jeng, tarik nafas dulu hembuskan tarik nafas lagi jangan ditahan Jeng nanti kecirit ups," cerocos Mak Ulin.

Setelah meneguk air putih segelas, yang diberikan Mak Sri, Mafida mulai perlahan tenang.

"Mak Ulin dan Mak Sri mau ngomongin apa ke saya," tanya Mafida.

"Begini Jeng tadi itu aku dan Mak Ulin rencana mau datangin Jeng Fida setelah melihat Jeng Fida turun dari taksi," jelas Mak Sri mulai bercerita.

"Aku pernah melihat adik dan suami Jeng masuk hotel," ucap Mak Sri dengan pelan-pelan dan hati-hati.

Sontak saja Mafida melotot setelah mendengar penjabaran Mak Sri.

Isak tangis kembali terdengar dari bibir Mafida.

"Jeng Fida barusan pasti usai melihat sesuatu yang tak semestinya kan Jeng," tebak Mak Ulin blak-blakan.

Tangisan Mafida semakin menjadi-jadi.

Bagaimana bisa dua orang yang ia sayangi mampu menusuknya dari belakang.

Hancur hatinya berkeping-keping. Saat tangisan Mafida belum berhenti, dia kembali disuguhi beberapa lembar foto adik dan suaminya sedang makan berdua di restoran Solarita.

"Foto ini kami dapat, karena Mak Siti kan kerja di sana," ujar Mak Ulin.

"Kurang apa aku Bu, selama ini. Aku begitu perhatian ke Mas Imam walopun aku sibuk dengan Resto ku, tapi aku selalu mengutamakan suamiku," curhat Mafida dengan sesegukan.

"Emang dasar merekanya aja yang kurang ajar Jeng, ga ada akhlak, hati mereka udah ketutup nafsu bejat, pikiran mereka udah konslet," cerocos Mak Sri panjang dan tinggi.

"Sabar ya Jeng, namanya juga ujian hidup. Dan itu tandanya Allah SWT juga masih sayang Jeng Fida karna itu Allah menunjukkan tabiat busuk mereka dan untungnya Jeng Fida juga belum punya anak jadi misal Jeng Fida mau cerei, bisa cerei tanpa ada beban," ujar Mak Ulin dengan mengelus punggung Mafida seraya menenangkan dan memberikan solusi.

"Tapi Jeng Fida jangan langsung cerei dulu, Jeng harus main cantik, kasih pelajaran mereka biar mereka menyesal telah menyakiti Jeng Fida," Ujar Mak Ulin antusias.

"Kalau perlu mereka tuh kasih miskin kayak di nopel-nopel gitu jeng, biar kapok, biar tahu rasa," cerocos Mak Sri dengan semangat empat lima seperti kemerdekaan.

Pikiran Mafida masih belum bisa mencerna semua omongan bahkan nasehat ataupun saran dari kedua wanita itu. Dia butuh menenangkan diri untuk sementara ini.

Yah, lebih baik untuk sementara ini ia menginap dihotel dulu, karena dia sendiri belum sanggup jika langsung bertemu dengan adiknya maupun Imam. Dia belum tahu harus bagaimana saat bersikap didepan mereka.

Mafida lalu meraih handphonenya menghubungi assistennya.

"El, bilangin ke Pak Wahid ya, mobilnya tidak usah dianter kerumah ya," pinta Mafida.

"Baik Bu nanti saya sampaikan ke pak Wahid," jawab Elisa dari seberang telpon.

Mak Sri dan Mak Ulin masih setia ada disamping Mafida menemani Mafida.

Setelah usai menghubungi sang asisten. Mafida memesan taksi melalui aplikasi online.

"Terimakasih Mak Sri dan Mak Ulin, atas semuanya saya pamit mau istirahat dihotel dulu untuk sementara," pamit Fida.

"Baiklah Jeng hati-hati ya jaga kesehatan," jawab Mak Sri.

"Ho'oh Jeng hati-hati, kalau ada perlu bantuan atau apa jangan sungkan hubungi kami," jelas Mak Ulin.

Begitu mobil taksi online datang, Mafida lekas memasuki mobil tersebut.

"Tujuan sesuai aplikasi ya Bu,"tanya sang supir.

"Iya Pak," jawab Fida pasti.

"Baik Bu, silahkan gunakan sabuk pengamannya," imbuh sang supir taksi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
bojone mas Rohmat
mafida sekarang punya cctv hidup
goodnovel comment avatar
OSERJKY
untung punya tetangga baik semua
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • SCANDAL    BAB 5

    Cerai ? kata-kata itu masih terngiang-ngiang ditelinganya, saran dari Mak Sri. Akankah dia bisa bercerai dengan Imam suami yang ia cintai tapi nyatanya juga yang menyakitinya.Mafida akan memikirkan saran dari dua Wanita itu. Karena baginya dalam berumah tangga hal yang tidak bisa ditolerir adalah selingkuh, judi, KDRT dan minum-minuman haram. Baginya itu udah kesalahan fatal.Memang tak mudah dalam mengambil keputusan disaat situasi seperti ini.Pikiran dan juga emosi pasti sedang berkecamuk.Setelah sampai dihotel Aston, Ia memesan kamar hotel VIP untuk dirinya. Dan setelah ia sampai dikamarnya, tubuhnya ia hempasan diatas kasur king size tersebut.Tangisan kembali terdengar dari bibir Mafida, dirinya masih tidak menyangka bahwa adiknya dan suaminya tega menyakitinya. *** Jam delapan malam dihotel Aston.Deringan telepon genggam milik Mafida berbunyi, ia yang sempat tertidur sebentar karena efek lelah menangis, dengan mata yang masih sembab ia bangun dari tidurnya lalu meraih

    Last Updated : 2025-02-27
  • SCANDAL    BAB 6

    Setelah selesai bertemu lawyer, Mafida memutuskan untuk pergi ke Spa. Tubuh dan pikirannya butuh istirahat sejenak.Mafida udah bertekad ingin bercerai dengan Imam, dan untuk adiknya dia akan memberikan pelajaran sedikit nantinya.Tapi yang ia cemaskan ibunya, sanggupkah nanti ia memberi tahukan semua ini ke ibunya. Anna selama ini dia selalu menjadi anak kesayangan ibunya. Ibunya selalu memanjakan Anna, bahkan terkadang terkesan pilih kasih antara dirinya dan Anna.Jika sejak kecil Mafida udah dididik dengan keras untuk mandiri, sedangkan adiknya berkebalikannya. Selalu dimanja, semua kebutuhan bahkan permintaan adiknya selalu diturutin. Hanya ayahnya yang selama ini selalu bersikap adil. Hanya saja Ayahnya meninggal saat usianya masih delapan belas tahun karena sakit Jantung.Sebelum ayahnya meninggal, Ayahnya membagikan wasiat berupa tabungan dan tanah untuk Mafida dan Anna masing-masing mendapatkan senilai 1,2 Milyar dan sepetak tanah ukuran yang lumayan besar.Selang satu tahun

    Last Updated : 2025-02-28
  • SCANDAL    Bab 7

    Keesokan harinya. Mafida kembali menyibukkan dirinya direstonya. Ia berusaha melupakan rasa sakit dan kecewa yang sedang menderanya. "Selamat siang Bu, gimana kondisi ibu," tanya Elisa saat melihat Bossnya memasuki area Resto "Yah lumayan El, gimana Resto kemarin dan hari ini apakah semua kondusif," tanya Fida. "Semua aman terkendali Bu, dan semua laporan sudah saya letakkan dimeja ibu," jawab Elisa dengan tersenyum. "Baguslah," puji Fida. Dengan langkah pasti Mafida memasuki ruangannya dan mulai sibuk dengan laporan-laporan manajemen tentang Resto nya. Dering telepon seluler menghentikan kegiatan Mafida sejenak, ia menengok ke layar ponselnya. Begitu melihat nama yang muncul di layar handphonenya, Mafida menghela nafas berat. Ya siapa lagi kalau bukan Imam yang menelponnya. Panggilan t

    Last Updated : 2025-04-30
  • SCANDAL    Bab 8

    Saat Mafida terbangun dan mulai ingat apa yang menimpanya, ia memegangi lehernya yang masih terasa sakit. Luka fisik yang didapat nya akan sembuh tapi luka yang tak terlihat lebih sulit disembuhkan. "Bu minum dulu Bu," ucap Elisa, dengan menyodorkan segelas air putih dihadapan Mafida. perlahan Mafida bangun dari posisinya, lalu ia pun mulai meraih gelas yang berisi air putih yang berada diatas meja, dan meminum nya secara perlahan. "Terimakasih El," ucapnya dengan sendu. "Apa ibu ga sebaiknya melaporkan tindakan suami Ibu ke kantor polisi?" saran Elisa dengan rasa prihatin. "Biar nanti aku hubungi pengacara ku El," jawabnya pelan. "Saya turut prihatin Bu, semoga Ibu bisa menyelesaikan semua problem Ibu dengan baik," ucap Elisa dengan penuh harap. Mafida hanya mengangguk kan kepalanya, ia mengedarkan kondisi ruangan nya yang sudah rapi. "Kamu bisa kembali bekerja El, terimakasih atas semuanya," ucapnya dengan nada datar. "Baik Bu saya permisi," pamit Elisa lalu menutu

    Last Updated : 2025-05-01
  • SCANDAL    BAB 1

    Dikediaman Fida. "Fida titip adekmu Anna, tolong dijaga baik-baik ya disitu," ucap Ibu Vita kepada Mafida, diseberang telepon. "Iya Bu, ini Anna juga baru sampai disini Bu," jawab Fida dengan pasti. " Seng rukun ya sama adekmu, oh iya apa Imam sudah pulang kerja ?" Tanya ibu Vita. "Belum Bu kan, ini masih jam kerjanya Mas Imam Bu," ucap Fida sambil melihat jam ditembok yang ada cicaknya. "Yasudah kalau bagitu, titip salam untuk suamimu ya, " "Walaikumsalam iya Bu, nanti tak sampaikan mas Imam," sambungan telepon pun mati setelah ucapan salam. Lalu Mafida mengalihkan pandangannya kepada adeknya, yaitu Anna yang udah duduk disofa empuk miliknya. "Kalau udah hilang capeknya, bawa kopermu kedalam kamar ya dek, kamar nomer dua," titah Mafida kepada Anna. "Siap Kakak ku yg cantik," ucap Anna dengan wajah semringahnya. Mafida adalah sosok istri yang cantik, Sholehah dan lembut. Dia juga merupakan pemilik dari Rumah makan Saung Wong Deso yang terkenal itu, sebelum dia meni

    Last Updated : 2025-02-24
  • SCANDAL    Bab 2

    Saat dikampus. Tidak butuh waktu lama Anna bisa beradaptasi dilingkungan barunya, dia begitu cepat bisa mendapatkan teman, dia sekarang memiliki teman sekampus yaitu Nonavi dan Lais. Tiga sekawan itu sedang asik nongkrong di kantin. "Eh hari ini kita ada jadwal mata kuliah Ilmu hukum, dosennya terkenal killer loh," ucap Lais sambil makan keripik kentang. "Emang siapa dosennya," tanya Anna dengan Antusias "Miss Ira, dia terkenal killer, pokoknya jangan sampai ada yang telat saat matkul dia, atau jangan sampai ada yang gak ngerjain tugas dari Miss Ira, bisa bahaya," imbuh Lais. "Trus trus," kali ini Nonavi tak kalah antusias. "Ya intinya jangan ada yang nyenggol atau ngebantah Miss Ira, senggol sedikit bisa berujung kena hukuman," kata Lais. "Seperti apa hukumanya," tanya Nonavi yang makin penasaran. "Poin kalian bisa dikurangin, bahkan ada yang tidak boleh mengikuti matkulnya selama seminggu, ada pula yang pernah disuruh mengitari lapangan sebanyak sepuluh kali. Pok

    Last Updated : 2025-02-25
  • SCANDAL    BAB 3

    Semenjak kejadian Anna yang tanpa sengaja melihat adegan erotis kakaknya, Anna mulai sering curi-curi pandang ke arah kakak iparnya dan kearah bagian celana kakak iparnya. Ada rasa penasaran dalam diri Anna. *** Suatu hari "Mas, mbak Fida kemana, kok tumben udah mau isya belum ada dirumah," tanya Anna saat melihat Imam sedang menonton televisi sendirian. Imam menengok sesaat ke arah Anna sebelum ia akhirnya menjawab pertanyaan dari Anna. "Mbakmu, masih direstonya, katanya pulang agak telat," jawab Imam dengan santai. "Oohhhh, mas Imam lagi nonton apa," tanya Anna penasaran. "Ini lagi nonton film Korea, ga tahu sih judulnya apaan, soalnya asal nonton aja," ujar Imam panjang kali lebar. Dengan langkah cepat Anna duduk disebelah Imam ikut menonton film tersebut. "Gimana kuliah mu Ann," tanya Imam. "Ah aman aja Mas," bohong Anna, padahal aslinya dia dapat hukuman dari Miss Ira. "sudah dapat teman," "sudah donk Mas," Beberapa menit kemudian... Ada adegan yang

    Last Updated : 2025-02-26

Latest chapter

  • SCANDAL    Bab 8

    Saat Mafida terbangun dan mulai ingat apa yang menimpanya, ia memegangi lehernya yang masih terasa sakit. Luka fisik yang didapat nya akan sembuh tapi luka yang tak terlihat lebih sulit disembuhkan. "Bu minum dulu Bu," ucap Elisa, dengan menyodorkan segelas air putih dihadapan Mafida. perlahan Mafida bangun dari posisinya, lalu ia pun mulai meraih gelas yang berisi air putih yang berada diatas meja, dan meminum nya secara perlahan. "Terimakasih El," ucapnya dengan sendu. "Apa ibu ga sebaiknya melaporkan tindakan suami Ibu ke kantor polisi?" saran Elisa dengan rasa prihatin. "Biar nanti aku hubungi pengacara ku El," jawabnya pelan. "Saya turut prihatin Bu, semoga Ibu bisa menyelesaikan semua problem Ibu dengan baik," ucap Elisa dengan penuh harap. Mafida hanya mengangguk kan kepalanya, ia mengedarkan kondisi ruangan nya yang sudah rapi. "Kamu bisa kembali bekerja El, terimakasih atas semuanya," ucapnya dengan nada datar. "Baik Bu saya permisi," pamit Elisa lalu menutu

  • SCANDAL    Bab 7

    Keesokan harinya. Mafida kembali menyibukkan dirinya direstonya. Ia berusaha melupakan rasa sakit dan kecewa yang sedang menderanya. "Selamat siang Bu, gimana kondisi ibu," tanya Elisa saat melihat Bossnya memasuki area Resto "Yah lumayan El, gimana Resto kemarin dan hari ini apakah semua kondusif," tanya Fida. "Semua aman terkendali Bu, dan semua laporan sudah saya letakkan dimeja ibu," jawab Elisa dengan tersenyum. "Baguslah," puji Fida. Dengan langkah pasti Mafida memasuki ruangannya dan mulai sibuk dengan laporan-laporan manajemen tentang Resto nya. Dering telepon seluler menghentikan kegiatan Mafida sejenak, ia menengok ke layar ponselnya. Begitu melihat nama yang muncul di layar handphonenya, Mafida menghela nafas berat. Ya siapa lagi kalau bukan Imam yang menelponnya. Panggilan t

  • SCANDAL    BAB 6

    Setelah selesai bertemu lawyer, Mafida memutuskan untuk pergi ke Spa. Tubuh dan pikirannya butuh istirahat sejenak.Mafida udah bertekad ingin bercerai dengan Imam, dan untuk adiknya dia akan memberikan pelajaran sedikit nantinya.Tapi yang ia cemaskan ibunya, sanggupkah nanti ia memberi tahukan semua ini ke ibunya. Anna selama ini dia selalu menjadi anak kesayangan ibunya. Ibunya selalu memanjakan Anna, bahkan terkadang terkesan pilih kasih antara dirinya dan Anna.Jika sejak kecil Mafida udah dididik dengan keras untuk mandiri, sedangkan adiknya berkebalikannya. Selalu dimanja, semua kebutuhan bahkan permintaan adiknya selalu diturutin. Hanya ayahnya yang selama ini selalu bersikap adil. Hanya saja Ayahnya meninggal saat usianya masih delapan belas tahun karena sakit Jantung.Sebelum ayahnya meninggal, Ayahnya membagikan wasiat berupa tabungan dan tanah untuk Mafida dan Anna masing-masing mendapatkan senilai 1,2 Milyar dan sepetak tanah ukuran yang lumayan besar.Selang satu tahun

  • SCANDAL    BAB 5

    Cerai ? kata-kata itu masih terngiang-ngiang ditelinganya, saran dari Mak Sri. Akankah dia bisa bercerai dengan Imam suami yang ia cintai tapi nyatanya juga yang menyakitinya.Mafida akan memikirkan saran dari dua Wanita itu. Karena baginya dalam berumah tangga hal yang tidak bisa ditolerir adalah selingkuh, judi, KDRT dan minum-minuman haram. Baginya itu udah kesalahan fatal.Memang tak mudah dalam mengambil keputusan disaat situasi seperti ini.Pikiran dan juga emosi pasti sedang berkecamuk.Setelah sampai dihotel Aston, Ia memesan kamar hotel VIP untuk dirinya. Dan setelah ia sampai dikamarnya, tubuhnya ia hempasan diatas kasur king size tersebut.Tangisan kembali terdengar dari bibir Mafida, dirinya masih tidak menyangka bahwa adiknya dan suaminya tega menyakitinya. *** Jam delapan malam dihotel Aston.Deringan telepon genggam milik Mafida berbunyi, ia yang sempat tertidur sebentar karena efek lelah menangis, dengan mata yang masih sembab ia bangun dari tidurnya lalu meraih

  • SCANDAL    BAB 4

    Di Saung Wong Deso milik Mafida.Tepatnya diruang kerja Mafida."El, hari ini kamu handle ya semuanya, awasi kerjaan semuanya, aku mau pulang dulu kepala ku tiba-tiba pusing, yang di cabang biar dihandle Herlis," ujar Mafida yang udah bersiap-siap untuk pulang."Siap bu, tapi apakah ibu tidak apa-apa bawa mobil sendiri," tanya Elisa dengan rasa kwatir."Aku naik taksi aja El, nanti mobilnya suruh anter Pak Wahid kerumah ya," titah Mafida sambil beranjak pergi dari hadapan Elisa. "Siap Bu hati2 ya," jawab Elisa asistennya. "Oke, makasih ya El," ucap Mafida."sama-sama Bu, sudah menjadi tugas saya sebagai asisten ibu," jawab Elisa dengan tersenyum lembut.Mafida akhirnya berlalu meninggalkan Restonya. ***Sesampainya di rumah jam masih menunjukkan jam satu siang, Mafida heran karena melihat motor suaminya ada dirumahnya. Pasalnya ini masih jam kerja. "Loh Mas Imam kok, ada dirumah, tadi kan berangkat kerja. Ini juga masih jam satu siang. Kok tumben sekali Mas Imam pulang tanpa ka

  • SCANDAL    BAB 3

    Semenjak kejadian Anna yang tanpa sengaja melihat adegan erotis kakaknya, Anna mulai sering curi-curi pandang ke arah kakak iparnya dan kearah bagian celana kakak iparnya. Ada rasa penasaran dalam diri Anna. *** Suatu hari "Mas, mbak Fida kemana, kok tumben udah mau isya belum ada dirumah," tanya Anna saat melihat Imam sedang menonton televisi sendirian. Imam menengok sesaat ke arah Anna sebelum ia akhirnya menjawab pertanyaan dari Anna. "Mbakmu, masih direstonya, katanya pulang agak telat," jawab Imam dengan santai. "Oohhhh, mas Imam lagi nonton apa," tanya Anna penasaran. "Ini lagi nonton film Korea, ga tahu sih judulnya apaan, soalnya asal nonton aja," ujar Imam panjang kali lebar. Dengan langkah cepat Anna duduk disebelah Imam ikut menonton film tersebut. "Gimana kuliah mu Ann," tanya Imam. "Ah aman aja Mas," bohong Anna, padahal aslinya dia dapat hukuman dari Miss Ira. "sudah dapat teman," "sudah donk Mas," Beberapa menit kemudian... Ada adegan yang

  • SCANDAL    Bab 2

    Saat dikampus. Tidak butuh waktu lama Anna bisa beradaptasi dilingkungan barunya, dia begitu cepat bisa mendapatkan teman, dia sekarang memiliki teman sekampus yaitu Nonavi dan Lais. Tiga sekawan itu sedang asik nongkrong di kantin. "Eh hari ini kita ada jadwal mata kuliah Ilmu hukum, dosennya terkenal killer loh," ucap Lais sambil makan keripik kentang. "Emang siapa dosennya," tanya Anna dengan Antusias "Miss Ira, dia terkenal killer, pokoknya jangan sampai ada yang telat saat matkul dia, atau jangan sampai ada yang gak ngerjain tugas dari Miss Ira, bisa bahaya," imbuh Lais. "Trus trus," kali ini Nonavi tak kalah antusias. "Ya intinya jangan ada yang nyenggol atau ngebantah Miss Ira, senggol sedikit bisa berujung kena hukuman," kata Lais. "Seperti apa hukumanya," tanya Nonavi yang makin penasaran. "Poin kalian bisa dikurangin, bahkan ada yang tidak boleh mengikuti matkulnya selama seminggu, ada pula yang pernah disuruh mengitari lapangan sebanyak sepuluh kali. Pok

  • SCANDAL    BAB 1

    Dikediaman Fida. "Fida titip adekmu Anna, tolong dijaga baik-baik ya disitu," ucap Ibu Vita kepada Mafida, diseberang telepon. "Iya Bu, ini Anna juga baru sampai disini Bu," jawab Fida dengan pasti. " Seng rukun ya sama adekmu, oh iya apa Imam sudah pulang kerja ?" Tanya ibu Vita. "Belum Bu kan, ini masih jam kerjanya Mas Imam Bu," ucap Fida sambil melihat jam ditembok yang ada cicaknya. "Yasudah kalau bagitu, titip salam untuk suamimu ya, " "Walaikumsalam iya Bu, nanti tak sampaikan mas Imam," sambungan telepon pun mati setelah ucapan salam. Lalu Mafida mengalihkan pandangannya kepada adeknya, yaitu Anna yang udah duduk disofa empuk miliknya. "Kalau udah hilang capeknya, bawa kopermu kedalam kamar ya dek, kamar nomer dua," titah Mafida kepada Anna. "Siap Kakak ku yg cantik," ucap Anna dengan wajah semringahnya. Mafida adalah sosok istri yang cantik, Sholehah dan lembut. Dia juga merupakan pemilik dari Rumah makan Saung Wong Deso yang terkenal itu, sebelum dia meni

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status