Home / Urban / SEBUAH PENGHIANATAN / BAYANGAN MASA LALU

Share

BAYANGAN MASA LALU

Author: Riri Kaori
last update Last Updated: 2021-08-13 10:58:41

Sudah lama aku menunggu hasil dari interviewku tapi belum juga ada kabar sama sekali. Mungkin aku harus melanjutkan studiku saja di perguruan tinggi dan mungkin jurusan yang cocok buatku adalah psikologi. Entah mengapa aku sangat suka tentang psikologi manusia. Mungkin jurusan ini berguna untkku kedepannya.

Aku harus menyusun segala keperluanku untuk mendaftarkan diri di perguruan tinggi, semoga saja aku dapat diterima.

Sebelumnya aku harus cari tau tentang universitas yang akan masuki untuk mengetahui apakah aku dapat nyaman di universitas tersebut atau tidak, karena menurutku kenyamanan adalah hal yang penting agar aku betah untuk belajar di tempat itu.

*****

Malam ini senja kembali menyapaku penuh hangat, seolah senja itu akan memberiku kabar yang membuat aku senang atau malah sebaliknya. Tapi aku harap senja itu memngantarkan kabar baik untukku walau hanya sekali saja.

Aku menikmati keindahan senja itu dengan menyerupun teh jahe merah hangat agar badanku bisa sedikit hangat dari dinginnya cuaca ini.

Tak lama kemudian, aku teringat kembali oleh masa kelamku saat aku masih kecil. Spontan rasa sakitku kembali memuncak yang hingga pada akhirnya aku merasa ingin membalas mereka karena sudah membuangku ke jalanan hingga aku nyaris mati.

Aku tak peduli apapun alasannya yang penting mereka harus merasakan apa yang selama ini aku rasakan.

Mereka berfikir aku adalah anak pembawa sial dalam keluarga menurut mereka, tapi sangat jauh berbeda dengan seorang perawat yang aku panggil dengan panggilan ibu yang berfikir aku adalah seorang anak pembawa keberuntungan.

Bukannya aku membeda- bedakan mereka, tapi itulah perbedaan yang sangat nyata yang aku alami. Walaupun ia hanya seorang perawat yang pernah menolongku tapi paling tidak ia benar- benar memperlakukan ku layaknya anak sendiri.

Senja perlahan tenggelam dan kegelapan mulai datang menemaniku seperti biasanya. Kegelapan yang sangat begitu setia terhadapku saat pertama kali ibu meninggalkanku selama- lamanya untuk menghadap sang ilahi.

Aku duduk di sofa teras kamar ibuku dan melampiaskan kesedihan yang bercampur aduk dengan kepedihan dan amarahku selama ini dengan cara menangis. Mungkin saat ini hanya itu yang bisa aku lakukan. Sedih karena ibu meninggalkanku selama- lamanya, pedih dan marah ketika keluargaku sendiri yang membuangku ke jalanan hingga aku nyaris mati.

Aku menangis semampuku dan berbicara pada kegelapan berharap ada angina yang akan menyampaikan semua ini pada ibu. Aku butuh pelukan ibu saat hatiku sedang tak karuan agar aku bisa tenang. Tapi kini ibu sudah taka da di sampingku yang setiap saat ada untukku. Entah apa yang harus aku lakukan saat sendiri seperti ini aku seakan sangat lemah dan tak berdaya. apakah semua ini akan menguatkanku agar aku mampu berdiri di atas kaki ku sendiri atau aku harus menyerah pada kenyataan ini!

Tidak, aku tak boleh seperti ini, aku harus kuat. Itu amanah ibu kepadaku. Aku tak boleh menjadi wanita yang sangat lemah hanya karena masa lalu. Dari masa lalu mungkin aku dapat belajar untuk dapat tegar menghadapi segala yang aku hadapi dan jalani. Semua ini hanyalah sebuah hal yang akan membuatku bisa lebih dewasa jika aku dapat belajar dari rasa sakit, pedih dan amarahku. Aku harus bangkit dan berusaha menganggap semua ini adalah sebuah lelucon kehidupan.

Tapi, biar bagaimana pun juga saat ini aku benar- benar merasakan yang namanya keterpurukan. Orang yang selama ini menganggapku seperti anak kandungnya sendiri sudah tiada. Tak dapat kupungkiri setelah kematian ibu hanya kegelapan, kesunyian dan kehampaan yang setia menemaniku hingga saat ini.

Rasanya sangat sulit tapi itulah yang aku hadapi. Apapun itu aku sangat terpuruk dan ntah sampai kapan aku harus menikmatinya, akupun tak tau. Sebab aku mungkin sudah dinyamankan dengan apa yang selama ini menjadi ritualku, duduk di teras kamar ibu sambil berbicara dengan kegelapan dan berharap angin datang membawa rintihan hatiku untuk di sampaikan kepada ibu apa yang sedang aku rasakan dan alami tanpanya.

Kedengarannya memang aku sangat manja jika sama ibu, itulah aku. Dan memang ibu sangat memanjakan ku lebih dari seorang anak kandungnya sendiri. Oleh karena itu tanpa ibu aku sangat terpuruk seperti saat ini.

Aku terkadang berusaha untuk bangkit dari keterpurukan ku tapi ketika aku mengingat tentang masa laluku kembali aku mulai seperti ini lagi. Karena kekuatan ku terletak pada ibu yang selama ini menyelamatkan dan merawatku dengan sangat baik.

Angina malam yang begitu dingin dan malam yang dihiasi cahaya bintang di langit membuatku merenungkan tentang masa depanku, agar apa yang aku inginkan dengan mudah kudapatkan.

Tak terasa malam semakin larut, akupun masih di betahkan dengan suasana mala mini. Entah mengapa setiap malam tiba aku seperti ini, betah menatap langit malam dan menikmati hembusan demi hembusan angin yang hanya sekejap lewat untuk memastikanku baik- baik saja.

Aku memang tak punya teman, sebab aku tak suka berteman. Malampun ku anggap musuh ketika ia datang pertama kalinya. Dan memang aku tak pernah membuka diri untuk bergaul dengan siapa saja. Karena sejak ibi mengangkatku sebagai anaknya, ibu benar- benar menjagaku agar tak satupun ada orang yang bisa menyakitiku. Hingga sekarang aku sendiri tanpa teman, hanya kegelapan, kesunyian dan kehampaan yang setia datang menemaniku.

Akupun tak sadar jika tertidur menikmati malam ini. Ibu kembali datang mengelus kepalaku lalu tersenyum. Ibu memelukku begitu erat seakan ia tau aku sangat merindukan pelukan hangatnya yang penuh dengan ketulusan. Ibu tak berkata apapun kepadaku, ibu datang kedalam mimpiku hanya untuk tersenyum sambil memelukku sangat erat. Ketika aku terbangun, aku tak sanggup membendung air mataku yang keluar sangat deras membasahi pipiku ini. Semua seakan nyata, dan pelukan ibu sekan nyata kurasa. Bahkan aku masih merasakan sisa pelukan erat ibu di tubuhku ini. Mengapa ini sangat sulit untuk ku terima. Inilah alasan mengapa setiap malam aku merasa seperti ini.

Situasi ini menuntunku untuk terbiasa dalam kesendirian. Tanpa teman, keluarga dan tanpa ibu. Aku benar- benar sendiri. Apa yang harus aku lakukan? Sangat sulit rasanya ketika aku ingin bangkit, tapi keterpurukan selalu datang meyapaku. Jika aku seperti ini terus kapan aku bisa untuk bersikap dewasa!

Terkadang fikiran warasku datang membantuku untuk berfikir jernih tapi lebih banyak keterpurukan yang datang menyapaku untuk kembali merasakan hal- hal yang dapat membuatku sedih.

“Hufff… nyamuk ini sangat menggangku yang sedang bersedih.

Sebenarnya hidup ini sangat lucu, ibarat kata seperti seorang actor yang akan berganti peran apa saja dan kapan saja. ”Harusnya jika aku sangat muda untuk mengeluarkan air mata mengapa aku tak ikut main film saja untuk memerankan peran yang di berikan oleh sang sutradara.” Kataku dalam hati sambil menghibur diri.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • SEBUAH PENGHIANATAN   KEBINGUNGAN KU

    Disisi lain Romi tak memiliki anak dari selingkuhan yang ia nikahi secara siri, dan kehidupannya pun kini semakin merosot. Romi dan selingkuhan nya kini hidup semakin sulit, di tambah lagi selingkuhan yang ia nikahi itu memiliki pria lain.Usaha mantan mertuakupun kian merosot dan orang kepercayaan Romi telah menggelapkan dana perusahaan lalu menghilang. Romi seakan gila akibat tak memiliki aset lagi sama sekali.Oleh sebab itu selingkuhan Romi yang ia nikahi kini berpaling karena Romi tak memiliki apa-apa lagi. Dan itu semua aku ketahui dari salah satu mantan karyawan Romi yang di pecat saat aku tak sengaja bertemu di sebuah swalayan ketika hendak berbelanja untuk kebutuhan putriku.Namu berbanding terbalik denganku, saat ini masalah materi bukan menjadi masalah utama dalam kehidupanku karena putriku memiliki rezeki yang bagus. Tapi yang menjadi masalah utamaku dalam kehidupanku adalah aku hanya takut putriku kecewa ter

  • SEBUAH PENGHIANATAN   BATIN MEREKA SANGAT DEKAT

    Seiring berjalannya waktu tak terasa usia putriku sudah 5 tahun. Ia pun semakin menganggap bahwa dokter Pras adalah ayahnya, namun perasaan akan takut kekecewaan putriku terhadap ku semakin besar.Aku tak ingin putriku kecewa karena mengetahui bahwa dokter Pras sebenarnya hanyalah ayah angkatnya. Setelah Ki diskusikan kepada dokter Pras tentang hal ini, iapun menanggapi nya dengan santai. Entah apa yang ada di dalam pikiran dokter Pras ini.Hari demi hari telah terlewati, putriku begitu sangat manja terhadap dokter Pras yang ia anggap sebagai ayahnya yang sebenarnya.Aku tak ingin Karena hanya masalah ini justru putriku membenciku, aku tak ingin putriku menganggap bahwa aku telah membohongi nya. Bagaimana tidak putriku sangat pandai menjebak dengan pertanyaan-pertanyaan yang tak terduga.Di tambah lagi ketika putriku meminta untuk berfoto bersama dokter Pras dan denganku juga, memang sepeleh tapi itu

  • SEBUAH PENGHIANATAN   DOKTER PRAS

    Hari demi hari aku kembali pulih dan dokter Pras tak pernah berubah sama sekali padaku meski aku tak lagi menjadi pasien nya. Dokter Pras makin intens berkunjung ke rumah untuk bermain sejenak bersama putriku. Bahkan dokter Pras memberi nama putriku dengan nama Ratu Wani. Aku tak menjadi masalah mengenai nama pemberian dokter Pras untuk putri ku, mungkin hal itu dapat mengobati kerinduan dokter Pras kepada sang istri yang di mana mereka berdua dulu sangat menginginkan anak. Dokter Pras memperlakukan Ratu layaknya sebagai anak sendiri, bahkan terkadang dokter Pras memenuhi segala keperluan Ratu meski akupun sudah menolaknya berkali-kali karena ketidak enakan ku pada dokter Pras, tapi tetap saja ia melakukannya dengan alasan itu adalah rejeki Ratu yang tak boleh di tolak. Dokter Pras tak ingin melewatkan tumbuh kembang Ratu sedikit pun, dokter Pras sudah sangat menyayangi Ratu layaknya anaknya

  • SEBUAH PENGHIANATAN   PERJUANGAN KU

    Setelah melewati perjuangan demi perjuangan, kini aku sudah menjadi seorang ibu. Rasa haru, bahagia, sedih bercampur jadi satu. Tepat tanggal 10 September pukul 05.00 pagi anak perempuan semata wayangku lahir dan ku beri nama ia Nur yang artinya cahaya, agar ia dapat menguatkan siapapun itu termasuk aku ibunya dengan cahaya yang ia miliki. Aku berharap dengan lahirnya Nur ke dunia yang kejam ini aku dapat kuat menghadapi ujian hidup yang silih berganti. Meski Romi saat ini benar-benar tak ada di sisiku lagi, paling tidak Nur adalah kekuatan ku saat ini. Aku berjuang dengan seorang diri untuk merawat dan membesarkan anak semata wayangku. Aku tak peduli lagi dengan apa yang di lakukan Romi terhadap ku. Penghianatan Romi yang selama ini ia berikan kepadaku, kini aku berusaha melupakan nya demi anakku. Aku tahu saat ini Romi sedang menikmati kebahagiaan nya bersama Desi, ta

  • SEBUAH PENGHIANATAN   MEMILIH PERGI DARI KEHIDUPANNYA

    Saat ini aku menunggu hari untuk melahirkan anak pertamaku dari Romi, aku harap dengan kesendirianku ini aku bisa tegar melewati proses persalinanku. Aku sudah tak tau lagi di mana keberadaan Romi, sepertinya ia sudah bahagia hidup bersama Desi dengan sebuah ikatan sakral.Aku pikir mungkin setelah aku melahirkan anakku aku akan mengurus gugatan cerai terhadap Romi agar aku tak merasakan kepedihan yang amat dalam lagi. Tak mengapa jika aku seorang diri membesarkan anakku, dan kelak ketika anakku dewasa ia akan tahu dengan sendirinya siapa ayahnya yang sebenarnya. Aku tak akan melarang Romi jika ia ingin menengok anak semata wayangku, karena biar bagaimanapun juga Romi tetap ayah kandungnya. Kecuali ia ingin mengambilnya dariku mungkin aku akan bertindak tegas, sebab aku akan mengurus hak asuh anakku.Semuan yang ku lalui tidaklah muda, banyak hal yang membuat air mataku jatuh berkali- kali meski aku berusaha untuk menahannya namun tetap juga

  • SEBUAH PENGHIANATAN   KEPERGIAN IBU MERTUAKU

    “Bu……. Ibu……… bangun bu…. Bangun……..”“Romiiiiii……………… ibu Rom…………….. ibu…………..”“Ibu meninggal…….. Rom…. Kamu di mana? cepat pulang…. Ibu meninggal…”Aku histeris melihat ibu meninggal ketika aku bersihkan badan ibu mertuaku. Aku menelpon Romi yang baru saja berangkat ke kantor, tapi Romi hanya membentakku di telpon. Ibu benar- benar meninggalkan aku dan meninggalkan kita semua.Romi benar- benar tak memiliki hati, hatinya sudah di butakan oleh Desi. Anak macam apa Romi ini, ibunya meninggal malah ia membentakku di telpon.Bukannya ia langsung pulang untuk mempersiapkan pemakaman ibunya, malah ia pergi bersama Desi dengan alasan ada pekerjaan penting

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status