Share

ORANG DI MASA LALU HADIR

Beberapa hari kemudian aku mulai jalan untuk mengurus pendidikanku untuk masuk di salah satu universitas. Dan aku hanya bisa berusaha agar bisa di terima di universitas tersebut sambil aku menunggu hasil dari interview, kali aja aku dapat di terima dari perusahaan tersebut untuk bekerja. Lumayan aku bisa membiayai kuliahku sendiri tanpa memakai tabungan yang telah ibu siapkan untukku, agar kelak aku bisa menggunakannya untuk hal yang berguna.

*****

Hari ini cuaca di siang hari lumayan terik, membuat tenggorokanku sedikit kering. Setelah mengurus segala kelengkapan berkas kuliahku, aku menyempatkan waktu mampir di sebuah kedai sederhana untuk memuaskan dahaga hausku yang menggorogoti tenggorokan ku sejak tadi.

Ketika aku berada di kedai tersebut aku belum menyadari ada sesuatu yang aneh namun setelah pesanan minumanku tiba, betapa terkejutnya aku ketika yang mengantarkan pesanan minumanku tersebut adalah salah satu saudaraku. Aku tentu tidak menyapanya, karena aku sendiri tau bahwa ia sudah melupakanku, melupakan saudara yang pernah ia buang ke tengah jalanan.

Jika dilihat nampaknya ia adalah pemilik kedai ini. Mungkin kedai ini adalah kedai keluarga. Aku ingin mencari tau pemilik kedai ini namun hatiku berkata bahwa itu adalah sesuatu hal yang tak penting, karena menurut mereka aku adalah sesuatu yang membuat mereka semua sial, jadi bagaimana mungkin aku peduli dan ingin mencari tau tentang mereka. Tere yang sekarang sangat jauh berbeda dengan Tere yang dulu. Aku tidak ingin membebani hatiku dengan hal- hal yang seperti sampah, karena itu akan membuatku akan hancur jika aku akan mengingat semuanya kembali. Yang terpenting sekarang aku focus dengan apa yang ada di depan mataku, dan mungkin dengan cara seperti itu aku menunjukan pada mereka bahwa ini adalah Tere yang pernah mereka buang dan di tolong oleh seseorang dan merawat ku dengan samngat amat baik sehingga aku bisa memiliki segala- galanya. Bukan kesialan malainkan keberuntungan.

Setelah aku menghabiskan minumanku, tibalah saatnya untuk aku beranjak dari tempat itu. Saat aku kekasir untuk membayar tagihan minumanku, ternyata dugaanku benar bahwa ini adalah kedai keluarga karena yang duduk bagian kasir ada ibu kandungku sendiri dan aku melihat dari balik meja kasir tersebut saudaraku yang satunya sedang membersihkan gelas- gelas kotor sisa minum para pelanggan dan di samping kedai aku melihat ayahku sedang asik menghisap rokoknya yang tinggal setengah batang sambil menikmati kopi saat aku hendak menuju ke parkiran.

Bukankah ini adalah hal yang bagus jika mereka bisa memiliki sebuah usaha dan mereka bisa sukses sebagai pengusaha kedai tanpa kehadiran aku di tengah- tengah mereka, karena memang menurut mereka aku hanya sebagai anak yang membawa sial dalam kehidupan mereka.

Saat aku kembali kerumah, ponselku berdering tanda ada panggilan telepon masuk. Akupun langsung mengangkatnya. Dan terdengar dari sebarang bahwa ia adalah orang dari sebuah perusahaan tempat dimana aku memasukan lamaran kerjaku.

Dan orang itu mengabarkan bahwa aku di terima kerja. Cuma yang jadi masalah adalah perusahaan tersebut tidak mengizinkan aku bekerja sambil berkuliah karena aku harus bekerja sepanjang hari. Itu berarti ada yang harus aku korbankan. Penting bagi ibu aku memiliki pendidikan yang tinggi, tapi penting juga buatku untuk memiliki sebuah pekerjaan. Karena aku tak mungkin hanya bisa menghabiskan dana warisan pennggalan ibu. Jika itu semua telah ku gunakan aku akan memakai apa untuk bertahan hidup jika aku tak memiliki pekerjaan dan penghasilan untuk ku tabung sebagai tabungan masa depanku. Karena aku tak ingin menyimapan kesan bahwa aku adalah anak angkat yang hanya bisa menghabiskan harta warisan saja meski ibu sudah menganggapku sebagai anak kandungnya sendiri. Aku harus memikirkan hal itu semua, karena ini menyangkut masa depanku juga. Jika aku meiliki pekerjaan dan memiliki tabungan maka aku bisa melanjutkan pendidikanku di perguruan tinggi sesuai yang di inginkan ibu.

Dan yah, aku tak boleh menjadi seorang Tere yang bergantung pada apapun itu termasuk pada warisan ibu. Cukup ibu sudah menyekolahkanku untuk menjadi seorang yang bisa baca dan menulis selebihnya bakat yang ada di dalam diriku tinggal ku kembangkan dan bisa menghasilkan sesuatu agar apa yang di inginkan ibu dari dapat ku wujudkan perlahan- lahan.

Saatnya aku untuk beristirahat sejenak, menenangkan pikiranku yang seharian bekerja untuk berpikir keras tentang apa yang ku alami hari ini. Sebelum tidur aku memiliki ritual yaitu menikmati teh jahe merah hangat agar aku dapat sedikit hangat karena sekarang ibu telah tiada untuk bisa membuatku hangat dan tenang.

Aku membiarkan diriku serileks mungkin hingga aku dapat untuk tertidur sejenak meski sebenarnya pikiranku masih kemana- mana. Namun aku mengupayakan agar aku dapat mengistirahatkan otakku yang sudah seharian berpikir keras.

Masalah apa yang tadi kualami, aku berusaha untuk melupakannya agar aku dapat mengistirahatkan otakku yang sudah lelah perlahan- lahan. Jika aku masih saja memaksakan otakku untuk berpikir terus menerus maka mungkin kepalaku bisa sakit, jadi aku harus membiasakan diri untuk menganggap semua itu adalah sebuah lelucon dalam kehidupanku yang suatu saat akan berbalik arah.

Mataku belum juga terpejamkan namun tak terasa aku menghabiskan teh jahe merahku ini sebanyak dua gelas. Mungkin aku kebanyakan berfikir dan mungkin aku sangat keras kepala meski tubuhku sudah memberiku signal untuk beritirahat tapi aku tetap belum juga mengistirahatkan tubuh dan otakku. Otakku bekerja terus menerus untuk berpikir keras, apa yang sebaiknya harus aku lakukan agar mataku dapat terpejamkan walau sesaat! Aku hanya ingin mengistirahatkan tubuh dan otakku sejenak agar setelah beristirahat aku dapat berpikir dengan sedikit jernih untuk menyusun rencana ke depannya seperti apa.

Mungkin dengan bantuan music klasik aku bisa memejamkan mata sejenak. Akupun beranjak dari tempat tidur untuk memutar music klasik dari ponsel genggamku yang sudah ku letakkan di atas meja hiasku. Tapi hasilnya tetap sama. Aku harus bagaimana! Aku mencoba untuk mengambil air wudhu agar aku bisa tenang dan mendengarkan lantunan ayat suci Al- Qur’an yang terdapat dalam ponsel genggamku. Mungkin dengan begitu aku dapat terlelap, karena sepertinya aku harus banyak- banyak mendengarkan lantunan ayat suci Al-Qur’an agar aku betul- betul bisa menenangkan diriku yang sedang gelisah karena pikiranku sendiri yang bekerja terus menerus tanpa henti- hentinya.

Apa yang menjadi pikiranku aku tidak ingin itu yang akan merusak hatiku, karena yang mendidikku selama beberapa tahun adalah ibu, seseorang yang ku anggap sebagai malaikat penolongku.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status