Setelah melewati perjuangan demi perjuangan, kini aku sudah menjadi seorang ibu. Rasa haru, bahagia, sedih bercampur jadi satu.
Tepat tanggal 10 September pukul 05.00 pagi anak perempuan semata wayangku lahir dan ku beri nama ia Nur yang artinya cahaya, agar ia dapat menguatkan siapapun itu termasuk aku ibunya dengan cahaya yang ia miliki.
Aku berharap dengan lahirnya Nur ke dunia yang kejam ini aku dapat kuat menghadapi ujian hidup yang silih berganti.
Meski Romi saat ini benar-benar tak ada di sisiku lagi, paling tidak Nur adalah kekuatan ku saat ini.
Aku berjuang dengan seorang diri untuk merawat dan membesarkan anak semata wayangku. Aku tak peduli lagi dengan apa yang di lakukan Romi terhadap ku. Penghianatan Romi yang selama ini ia berikan kepadaku, kini aku berusaha melupakan nya demi anakku.
Aku tahu saat ini Romi sedang menikmati kebahagiaan nya bersama Desi, ta
Hari demi hari aku kembali pulih dan dokter Pras tak pernah berubah sama sekali padaku meski aku tak lagi menjadi pasien nya. Dokter Pras makin intens berkunjung ke rumah untuk bermain sejenak bersama putriku. Bahkan dokter Pras memberi nama putriku dengan nama Ratu Wani. Aku tak menjadi masalah mengenai nama pemberian dokter Pras untuk putri ku, mungkin hal itu dapat mengobati kerinduan dokter Pras kepada sang istri yang di mana mereka berdua dulu sangat menginginkan anak. Dokter Pras memperlakukan Ratu layaknya sebagai anak sendiri, bahkan terkadang dokter Pras memenuhi segala keperluan Ratu meski akupun sudah menolaknya berkali-kali karena ketidak enakan ku pada dokter Pras, tapi tetap saja ia melakukannya dengan alasan itu adalah rejeki Ratu yang tak boleh di tolak. Dokter Pras tak ingin melewatkan tumbuh kembang Ratu sedikit pun, dokter Pras sudah sangat menyayangi Ratu layaknya anaknya
Seiring berjalannya waktu tak terasa usia putriku sudah 5 tahun. Ia pun semakin menganggap bahwa dokter Pras adalah ayahnya, namun perasaan akan takut kekecewaan putriku terhadap ku semakin besar.Aku tak ingin putriku kecewa karena mengetahui bahwa dokter Pras sebenarnya hanyalah ayah angkatnya. Setelah Ki diskusikan kepada dokter Pras tentang hal ini, iapun menanggapi nya dengan santai. Entah apa yang ada di dalam pikiran dokter Pras ini.Hari demi hari telah terlewati, putriku begitu sangat manja terhadap dokter Pras yang ia anggap sebagai ayahnya yang sebenarnya.Aku tak ingin Karena hanya masalah ini justru putriku membenciku, aku tak ingin putriku menganggap bahwa aku telah membohongi nya. Bagaimana tidak putriku sangat pandai menjebak dengan pertanyaan-pertanyaan yang tak terduga.Di tambah lagi ketika putriku meminta untuk berfoto bersama dokter Pras dan denganku juga, memang sepeleh tapi itu
Disisi lain Romi tak memiliki anak dari selingkuhan yang ia nikahi secara siri, dan kehidupannya pun kini semakin merosot. Romi dan selingkuhan nya kini hidup semakin sulit, di tambah lagi selingkuhan yang ia nikahi itu memiliki pria lain.Usaha mantan mertuakupun kian merosot dan orang kepercayaan Romi telah menggelapkan dana perusahaan lalu menghilang. Romi seakan gila akibat tak memiliki aset lagi sama sekali.Oleh sebab itu selingkuhan Romi yang ia nikahi kini berpaling karena Romi tak memiliki apa-apa lagi. Dan itu semua aku ketahui dari salah satu mantan karyawan Romi yang di pecat saat aku tak sengaja bertemu di sebuah swalayan ketika hendak berbelanja untuk kebutuhan putriku.Namu berbanding terbalik denganku, saat ini masalah materi bukan menjadi masalah utama dalam kehidupanku karena putriku memiliki rezeki yang bagus. Tapi yang menjadi masalah utamaku dalam kehidupanku adalah aku hanya takut putriku kecewa ter
Sore ini aku menunggu senja untuk kembali datang menyapaku walau sesaat, tapi cuaca sore ini sedang tak bersahabat. Air yang jatuh dari langit mengingatkan ku pada peristiwa itu, peristiwa dimana aku pertama kali kehilangan Mama, Papa, dan kedua kakakku.Aku kehilangan mereka bukan karena kecelakaan, tapi karena mereka yang membuangku ke jalanan. Menurut mereka aku adalah anak pembawa sial, dan mereka membawaku sangat jauh dari rumah untuk membuang ku agar aku tau arah pulang.Aku tidak cacat, lalu mengapa mereka tega membuang ku! Aku tidak meminta untuk di lahirkan ke dunia ini. Aku menangis sekencang-kencangnya tapi tak sedikit pun mereka mengasihi ku. Aku seperti sampah di mata mereka.Namaku Tere. Saat itu usiaku 7 tahun. Tubuhku yang kurus ini menggigil karena hujan deras mengguyur tubuhku. Perutku yang lapar membuatku lemas berjalan untuk menemukan jalan pulang.Aku berjalan tanpa henti hingga
Pagi sudah datang, dan cahaya matahari menerpa wajahku melalui pentilasi jendela."Pagi anak manis, rupanya kamu baru bangun. Ini sarapannya, jangan lupa setelah sarapan obatnya di minum yah karena sebentar lagi dokter datang untuk memeriksa kondisi kamu". Kata perawat itu sembari menyimpan sarapan di atas meja yang terletak tepat di sisi kiri ku."Tante suster, aku boleh bertanya tidak?" Kataku sambil bangun dan duduk."Mau tanya apa anak manis?" Tanya perawat itu."Siapa yang membawa aku ke sini?" Tanyaku."Kemarin kebetulan aku melihat kamu terbaring lemas di jalan saat aku menuju untuk berangkat kerja di rumah sakit ini." Kata perawat itu."Tante suster lihat tidak seorang ibu-ibu yang sedang bersamaku?" Tanyaku."Tante suster tidak melihat siapa-siapa saat itu. Memangnya ada yang bersama kamu yah?" Tanya perawat itu lagi.&nbs
Tak terasa sudah seminggu aku di rumah sakit ini untuk di rawat. Dan kata Tante suster itu aku sudah bisa pulang."Anak manis hari ini kamu sudah bisa pulang karena kondisi kamu sudah sehat". Kata perawat itu.Aku hanya terdiam dan meneteskan air mata, aku bingung harus menceritakannya atau tidak tentang apa yang sebenarnya terjadi kepadaku. Tapi aku takut."Ada apa sayang? Ceritakan saja, tidak apa-apa kok. Tere percayakan sama Tante suster?" Tanya perawat itu.Dan akhirnya aku berusaha memberanikan diri untuk mengatakan apa yang sebenarnya terjadi terhadap diriku.Spontan perawat itu kaget dan sangat kasihan kepadaku. Aku menangis tersedu-sedu ketika menceritakan semuanya pada perawat itu, dan memelukku sangat erat.Suster itupun menangis karena tak tega melihatku harus hidup di jalan tanpa siapa-siapa. Hingga pada akhirnya ia memutuskan membawaku untuk tin
Di dalam kesendirian ku ini aku terkadang tak bersemangat untuk melanjutkan hidupku. Karena aku merasa tak ada lagi yang menyayangi ku seperti ibu yang sangat tulus menyayangi ku seperti anaknya sendiri.Aku memang sangat terpuruk, tapi aku juga bingung sampai kapan aku harus mempertahankan keterpurukan ku ini.Aku tak merasa bangga dengan semua yang ku dapatkan dari ibu. Semua yang ku miliki sekarang tetap bukan milikku meski ibu sudah mewariskannya semua kepadaku, tapi tetap saja itu bukan milikku.Aku merindukanmu Bu. Air mataku tak henti-hentinya mengalir deras membasahi kedua pipiku yang sudah tembem ini.Pendidikan yang kumiliki pun tak setinggi pendidikan di perguruan tinggi. Aku baru saja lulus dari bangku SMA dan setelah itu ibu pergi meninggalkan ku selama-lamanya.Ibu Memeng meninggalkan warisan atas namaku dan meninggalkan biaya pendidikan untuk masuk di perguruan tin
Hari ini aku berencana untuk mencari sebuah lowongan pekerjaan di salah satu situs internet. Selang beberapa saat aku mencari lowongan kerja, akhirnya aku mendapatkan nya. Aku mencoba untuk membuat persyaratan yang telah di tentukan oleh perusahaan tersebut dan kemudian mengantarkannya. Saat hendak di interview, dari kejauhan aku melihat sosok lelaki yang sangat mirip dengan ayahku. Aku melihat ayah yang sedang bergandengan tangan dengan seorang wanita muda. Aku memutuskan untuk menghampiri nya dan bertanya mana ibu. Tapi, berhubung aku telah di panggil oleh resepsionis untuk di interview maka kesempatan untuk berkomunikasi setelah sekian lama dengan ayah gagal. Sepertinya ada sesuatu besar yang telah terjadi antara ayah dan ibu. Ah sudahlah, aku harus konsen dengan interview ku yang pertama kali, aku tidak boleh membebankan pikiranku dengan hal lain. Bukankah mereka te