Share

BAB 2

"Ini baru permulaan, Jenifer Olivia Mahendra" Pungkasnya.

***

Hari ini Jelo terlihat uring-uringan, berkat kabar dari sang kakak yang dipanggilnya dengan sebutan koko, mengatakan bahwa teman kecilnya Suho Hwang, akan pindah ke Indonesia untuk sementara waktu dan akan mendaftar sebagai siswa transfer di sekolahnya.

Kabar itu sukses membuat Jelo berkeringat dingin. Pasalnya, selama ini persembunyian yang sudah ditutupnya rapat-rapat akan terbuka seiring berjalannya waktu dengan kedatangan Suho. Dia hanya bisa berdoa semoga saja Suho sudah tidak begitu mengenalinya atau identitas sebagai anak pengusaha Konglomerat dan Model Top di Indonesia akan terbongkar. Tentu saja Ayah dan Ibunya akan menjemput ia dengan paksa, jika mereka tahu dimana Jelo tinggal dan bersekolah.

Sebenarnya mudah saja bagi Ayahnya untuk menemukan Jelo, jika saja kokonya tidak mengeluarkan uang lebih banyak dari sang Ayah untuk memanipulasi informasi mengenai adiknya. Dan juga Jelo merupakan anak yang cerdas dengan IQ diatas rata-rata, ia dengan sangat mudah mengelabui orang-orang suruhan ayah atau ibunya, jika mereka bertemu di jalan.

Hari ini, Dimas terlihat begitu memperhatikan Jelo dari ujung rambut hingga kaki. Terlihat seperti sedang mengincar mangsa sejak pertemuan mereka di pintu atap sekolah, dimas mulai begitu tertarik dengan Jelo, seperti ada sesuatu yang sangat memikat dari seorang Jenifer Olivia Mahendra.

Dimas dan Jelo hanya duduk berjarak sebangku jauhnya, sehingga terlalu terlihat jika dimas sedari tadi memperhatikan Jelo yang uring-uringan. Di samping itu, Eka Cs juga terus-terus memperhatikan Jelo terlebih Fitra dan Anas. Mereka sedari tadi menunggu peluang untuk meluncurkan bullyan terhadap Jelo.

"Guys, gimana kalo kita labrak sekarang aja? Udah gak sabar nih gw" Ucap anas sarkas dan bar-bar, sangat terlihat. Keinginan untuk membuat Jelo bertekuk lutut dikaki mereka benar-benar diluar ekspektasi Eka. 

"Kita bawa ke atap sekolah saja" Usul fitra yang di setujui oleh isa dan Anas. 

Eka hanya terdiam melihat ketiga sahabatnya yang begitu anarkis, ingin membuat Jelo benar-benar mengakui keberadaan mereka. Tidak ada yang bisa dibuatnya, selain hanya mengikuti apa yang dilakukan oleh teman gengnya, dan juga tentu ia tidak ingin terlibat lebih jauh, maka, ia hanya akan melihat dari jauh apa yang akan dilakukan oleh ketiga sahabatnya.

๐Ÿ”” Bell masuk pun berbunyi.

Jelo semakin deg-degan melewati hari-harinya di sekolah. Terdengar riuh kabar dari anak-anak di sekitar bahwasannya ada murid baru trasferan luar negeri yang akan masuk ke kelas XII IA 2. 

"Kenapa kelas yang dituju, harus kelas gw" Ucapnya dalam hati yang semakin terlihat gusar. 

"Hai" Sapa dimas yang disambut tatapan kurang suka dari Jelo. 

"Mau apa?" Timpalnya dengan pandangan sinis.

Pria itu hanya tersenyum menanggapi ucapan Jelo "Nothing, just want to say Hai doang" Sanggahnya.

Jelo kembali terdiam dan tidak menimpali apa pun perkataan dimas. Merasa di abaikan, dimas beranjak pergi dan kembali ke tempat duduknya. Tapi sikap acuh, cuek dan garang dari Jelo lah yang membuatnya semakin merasa tertarik dan tertantang untuk mendekati gadis ansos itu.

"Selamat pagi anak-anak" Sapa salah seorang guru yang masuk ke kelas dan membuat semua murid terdiam dalam sekejap. Semua pusat perhatian tertuju hanya kepada guru dan satu orang yang baru mereka lihat. Riuh kembali terdengar ketika Eka tidak sengaja mengeluarkan kata pujian yang di layangkan oleh kaum hawa dikelasnya melalui pikiran mereka. 

"Ganteng!" Ucap Eka yang di sambut teriakan dan tawa dari yang lain.

"Cukup anak-anak! Coba tenang, ibu membawa teman baru untuk kalian".

Sembari guru menjelaskan sedikit mengenai siswa baru dan mempersilahkannya memperkenal diri di depan kelas, Jelo sibuk membuat dirinya tidak terlihat dari jangkauan siswa baru yang bernama Suho Hwang.

 "Mampus" Ucap jelo dalam hati. 

Dia sudah menduga, lambat laun rahasianya akan terbongkar mengingat Suho sudah resmi menjadi teman kelasnya. Dimas yang memperhatikan Jelo sedari tadi, mengetahui ada yang tidak beres dengan wanita itu hari ini. Sangat terlihat, jika Jelo sedang menjauh dan memojokkan diri seakan bersembunyi.

 "Bersembunyi? dari siapa?" Pikir dimas, mulai menerka-nerka apa yang sedang dilakukan gadis itu.

Namun secara naluri dia melirik ke depan memperhatikan dan menduga, jangan-jangan murid baru itu yang menjadi alasannya. Singkat cerita, setelah dipersilahkan untuk duduk dibangku kosong yang hanya berjarak dua bangku dari depan Jelo, suho sama sekali tidak menggubris ataupun terlihat sok akrab dengannya, membuat perasaan Jelo menjadi lega, walau sedikit bercampur rasa was-was. 

"Mudah-mudahan dia tidak mengenaliku" Gumam Jelo pelan. 

Setelah proses belajar mengajar selesai ๐Ÿ”” bell istirahat pun berbunyi. 

Jelo masih memperhatikan suho dengan seksama, kalau-kalau ada gerakan yang mencurigakan darinya. Namun belum lama matanya mengawasi suho, Anastasia sudah berdiri di depan meja dan menghalangi pandangannya, membuat ia sedikit terpojok.

"Naksir lo, ya, sama anak baru? mentang-mentang dia ganteng, hah?" Ucap Anas mencoba memancing emosi Jelo, namun tetap saja di tanggapinya dengan santai, walaupun sebenarnya dia sedikit malu, sebab semua mata tertuju melihatnya begitu juga dengan Dimas dan Suho.

Jelo sama sekali tidak berkutik, mata tangguhnya melihat lurus kedepan dan mulai memasang handsat serta mengambil buku novel kesukaannya, tanpa menghiraukan Anas yang berdiri tegap di hadapannya. 

"WOY! Gw lagi ngomong. Budek lo ya?!" Teriak Anas yang menarik perhatian murid-murid lain.

Bukannya memancing emosi Jelo, malah Anas lah yang tersulut emosi. Mata semua murid dikelas memandag mereka sekarang, dimas yang juga sedikit merasa terusik dengan kelakuan Anas, mencoba untuk membuat gadis bar-bar itu menjauh dari Jelo.

Botol mineral plastik yang masih berisi sedikit air miliknya, dilemparkan tepat mengenai belakang Anas dan membuat gadis bar-bar itu berbalik arah menatap sinis ke arah dimas. 

"Ngapain lo! Sakit tau gak" Ucapnya kesal, dengan tingkah Dimas.

"Upss, sorry! Gw kira tong sampah nyaring bunyinya tadi" Timpal dimas sambil tersenyum sinis.

"Lo ngapain sih bikin ribut? mau gw laporin guru BP?" Gertak dimas yang tentu saja membuat Anas mundur seketika. 

Mendengar kata guru BP adalah sesuatu yang lebih menakutkan dan membuat Anas tidak berani berkutik lebih. Namun bisa dipastikan kadar kekesalannya ke Jelo meningkat drastis.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status