Share

BAB 3

Masih dengan Novel dan headset yang terpasang di telinga. Tidak ada yang tahu, jika Jelo memasang headset ditelinganya tanpa setelan musik. Headset merupakan satu-satunya senjata ampuh dan menjadi tameng untuk sifat anti sosialnya.

"Psstt.. ppsstt...!" Terdengar suara dari arah kiri Jelo.

Mendengar kode suara tersebut tetap tidak membuat Jelo berkutik dan lantas ingin menoleh serta bersikap ramah. 

"Pssst... Ppsst..." Sekali lagi suara itu terdengar, namun tidak juga menggoyahkan sisi ansos dari Jelo. Ia sangat tidak ingin terlibat dengan banyak orang. Ia meyakini, jika melibatkan diri dengan orang lain hanya akan membawa masalah baru dalam hidupnya begitu juga dengan masalah perasaan.

Masih saja pada posisi yang sama, tidak ada yang berubah dari Jelo. Dimas yang sedari tadi memberi kode terlihat gemas dengan sikap acuh yang diberikan Jelo, sampai akhirnya ia memutuskan untuk mendatangi meja dimana Jelo duduk dan mulai memperkenalkan dirinya dengan baik sebagai tahap awal untuk suatu hubungan.

 "Hubungan?" Memikirkannya saja membuat hati dan perut dimas terasa di kelitik.

Tentu saja ia tidak ingin terlalu terlihat agresif, hanya saja jiwa dan perasaannya tertantang untuk hanya sekedar memperkenalkan diri ke Jelo.

Dimas mendekat namun tanpa sadar seketika pula Jelo berdiri dan berbalik ingin keluar dari bangkunya. Tatapan mereka bertemu sangat dekat membuat dimas segera menahan nafasnya dan mematung. Sebaliknya dengan Jelo, ia hanya memandang dimas dengan ekspresi datar kemudian berlalu begitu saja.

Kaget? Bukan lagi, hanya saja sulit untuk seorang Jenifer Olivia menunjukan ekspresi yang lain selain cuek dan angkuh. Jelo segera berlari menuju toilet untuk menghilangkan perasaan terkejut dan juga malu. Setelah semuanya kembali membaik, ia keluar dan menemukan Suho mematung diluar toilet wanita, sedang menunggunya. Tidak ingin penyamarannya terbongkar, ia segera berlalu dari hadapan Suho dan mempercepat langkahnya.

Tidak cukup jauh ia berjalan sampai Suho lari mengejar dan menariknya ke sudut kooridor sekolah. Untung saja hanya beberapa pasang mata yang melihat kejadian suho menarik dirinya dan juga keadaan saat itu terbilang tidak terlalu ramai.

"Kemari lah" Tegas suho datar, sembari berjalan sambil menarik lengan Jelo dengan genggaman yang cukup membuat gadis itu tertarik dengan kasar. 

"Apaan si? Sakit tau gak" Ucap Jelo yang berusaha melepaskan menggaman Suho dan mencoba untuk kabur darinya. Tapi tetap saja, tenaga suho tidak sebanding dengan usahanya melepaskan diri.

Sampai pada ujung koridor sekolah, suho mulai melonggarkan genggamannya. Jelo mulai merasa tidak ada gunanya untuk berlari lagi saat ini, semuanya sudah berakhir.

"Kamu!" Tegas suho yang membuat Jelo sedikit memundurkan langkahnya dan tiba-tiba saja merasa deg-degan. 

Baru kali ini ia merasa jantungnya berdebar kencang karena penyamarannya terungkap. Tidak butuh hitungan detik, Suho menarik lengan Jelo mendekat dan memeluknya erat, melepaskan segala kerinduan akibat sudah terlalu lama tidak bertemu. Suho terdengar membuang nafas lega, setelah memastikan yang dipeluknya adalah wanita yang selama ini ia cari.

"I miss you so much" Ucapnya lembut, sembari membelai rambut Jelo.

Perkataan yang sukses membuat gadis itu pertama kali menunjukan sisi lembutnya kembali. Ia membalas rangkulan Suho dan menangis terisak dalam pelukannya. 

"I'm sorry" Hanya kata itu yang terucap jelas dari mulutnya. 

Suho mempererat dekapannya, sembari melepas rindu dengan teman kecil sekaligus menjadi cinta pertama baginya. Setelah merasa cukup puas melampiaskan rindu antara mereka, Suho mulai mempertanyakan alasan Jelo meninggalkan rumah dan berujung dalam pelariannya. 

"Its very complicated, i can't tell you all the reasons, but please, don't tell anyone about my family and who am i, if they ask about something, just saying we are an old friend" Ucap Jelo menatap Suho dengan tatapan penuh permohonan.

Suho hanya terdiam mencoba memahami apa yang dikatakan Jelo dan memikirkan rencana sendiri untuk mencari tahu, apa yang sebenarnya terjadi. Mereka menghentikan aktivitas reunian, karena semua mata sudah menatap ke arah mereka, menela'a gerak gerik yang mereka lakukan. Walaupun tidak semua siswa melakukan hal itu, hanya beberapa murid saja. Ada juga yang menatap dengan rasa kagum, setelah mendengarkan mereka sedikit berbicara dalam bahasa inggris satu dengan yang lain.

Ketika mereka beranjak kembali ke kelas, Anas dengan jelas menghadang Jelo di depan pintu. Merasa sangat jengkel dengan semua yang dilakukan Jelo, entah apa yang telah diperbuat wanita itu padanya. Eka dan teman-teman yang lain hanya terdiam terpaku melihat suasana tegang yang terjadi.

"Lo kecentilan, ya, sekarang! Setelah pura-pura budeg dan pura-pura anti sosial di depan kita-kita, eh pas ada cowok ganteng, lo malah asik ngegodain dia!" Kata sarkastik dari Anas, sukses membuat Jelo menatap tajam dan mulai mengeluarkan aura mengintimidasi darinya. Anas pun tidak ingin kalah dan tetap menatap sinis dengan fake smile menghiasi wajahnya.

"Mulutmu tidak jauh beda dengan otak mu. Kotor dan bodoh" Tegas Jelo, yang tentu saja sedikit membuat Anas goyah namun tidak ingin menghilangkan pandangan darinya. 

Jelo tidak mau membuang-buang waktu dengan meladeni tingkah anastasia. Ia tetap pada pendiriannya, tidak ingin terlalu banyak membangun komunikasi berlebih. Bahkan mengeluarkan sebaris penuh kalimat saja sudah membangun komunikasi diantara mereka berdua, pikir Jelo.

Setelah kejadian antara Anas dan Jelo berakhir, kelas mulai menjadi riuh. Ada yang pro dan kontra pastinya. Beberapa dari mereka mulai membicarakan Jelo dan Suho yang terlihat di koridor tadi. Beberapa juga membicarakan tentang aura intimidasi yang dibuat Jelo untuk anas. Dan berbagai macam cerita lainnya.

Jelo tidak ingin ambil pusing dan hanya mencoba tenang sembari memasang headset di telinga dan mulai lagi membaca buku novel kesukaannya. Suho hanya sesekali berbalik badan memperhatikan Jelo yang sibuk dengan kegiatannya sendiri. Dengan senyum yang terukir di wajah pria itu, membuat dimas merasa sedikit terusik.

Dimas sedari tadi memperhatikan kedekatan Suho dan Jelo yang tidak biasa. Mulai dari pertemuan mereka di ujung koridor, beberapa hal yang diucapkan Jelo menggunakan bahasa inggris, yang tentu dimengerti pria itu dan sedikit banyak mengganggunya, juga tentang pandangan murid baru itu ke Jelo yang makin membuat dimas merasa kalah start.

Sejujurnya ia juga adalah salah satu anak pandai di dalam kelasnya. Walaupun tidak begitu pintar seperti Jelo, tapi dimas sering masuk ranking 5 besar dan juga rajin mengikuti olimpiade sains mewakili sekolahnya.

Singkat cerita, perasaan yang dimas miliki untuk Jelo kali ini benar-benar membawanya pada rasa penasaran yang menjadi-jadi. Tidak banyak yang ingin Dimas tahu, hanya saja dia sangat yakin dibalik kehidupan tertutup Jelo, ada sisi-sisj yang pastinya akan membuat ia sangat merasa tertarik bukan untuk menggoda, namun hal itu yang seakan berbicara, minta untuk di tolong.

"Jenife, ada hal yang menarik untuk digali dari lo, tunggu saja, gw bakalan cari tahu siapa lo sebenarnya" Ucapnya pelan, sembari menunjukan semirik.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status