Share

BAB 6

"Good Morning" Sapa dimas yang sudah sekitaran lima belas menit menunggu Jelo keluar dari apartemennya. Jelo yang sedikit terkejut berusaha mengontrol ekspresi dan hanya menengok sesaat lalu berjalan melewati dimas begitu saja.

Dimas tidak menyerah, pantang baginya untuk mundur sebelum Jelo merespon sapaannya. Kali ini ia bertekad untuk ke sekolah berbarengan dengan Jelo. Mereka berjalan bersama namun sedikit berjarak, dimas tepat berjalan dibelakang Jelo dengan jarak beberapa meter, menuju halte Bus.

Dengan semangat ia memperhatikan apa saja yang dilakukan Jelo sebelum ke sekolah. Dari yang ia lihat, pertama-tama Jelo singgah di toko roti depan apartemen untuk membeli sebungkus roti cokelat dan juga susu rasa banana untuk menjadi teman pengganjal perut pagi ini. Ia kemudian memakan makanannya sampai habis, sembari berjalan memasang headset ditelinganya dan terlihat seakan menikmati alunan musik yang ia dengar.

Sesekali dimas tersenyum melihat tingkah Jelo. Tidak ada yang aneh, hanya saja gadis itu terlihat lebih calm

dibanding saat berada di sekolah. Sebelum bus datang, sebuah mobil sport hitam berhenti tepat di depan Jelo, dengan kaca mobil yang diturunkan terlihat jelas seorang laki-laki tersenyum ke arahnya.

Dari jauh mereka seperti sedang bercengkrama, kemudian lelaki itu keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Jelo, dan setelahnya mereka berdua pergi meninggalkan halte bus, membuat pikiran dimas meliar kemana-mana, namun ia masih berusaha berpikiran positif dan tidak ingin memikirkan macam-macam hal tentang Jelo, tetapi melihat gadis itu ikut secara langsung tanpa dipaksa dan juga ia terlihat akrab dengan pria yang lebih dewasa darinya, membuat dimas sedikit merasa, "apakah Jelo sudah memiliki kekasih?" Batinnya.

Dengan segera dimas menghilangkan pikiran yang tidak-tidak tentang Jelo dan memutuskan untuk berangkat ke sekolah menggunakan taxi online. Sesampainya di sekolah, dimas melihat mobil sport yang menjemput Jelo terparkir bagus di halaman. Entah apa yang dipikirkannya, hanya saja dimas berlari ke arah kelas dan menemukan Jelo yang sedang membaca novel kesukaannya.

Ada perasaan lega skaligus penasaran tentang siapa gerangan lelaki yang menjemput Jelo tadi. Disisi lain, Suho memperhatikan, sedari awal masuk ke kelas hingga sekarang Jelo hanya terlihat fokus dengan novelnya. Suho mengambil inisiatif untuk mengajak Jelo berbicara dan meminta maaf sekaligus memberikan ganjaran untuk dimas yang selalu mengambil kesempatan melirik ke arah sahabat kecilnya itu.

Suho menghampiri Jelo dengan segera, "Jen.." Panggilnya sedikit mengejutkan Jelo.

Jelo berbalik menatap ke arah sumber suara, dan di dapatinya Suho tengah berdiri tepat disamping mejanya, yang tentu saja menghalangi pandangan dimas yang terus-terusan melihat ke arah mereka berdua.

Jelo tersenyum kecil, lalu menutup buku novel yang ia baca dan menatap ke arah Suho.

"Hm?" Timpalnya.

"Sorry. Untuk apa yang terjadi kemarin" Ucap Suho seraya tertunduk.

Jelo tersenyum simpul ke arah sahabatnya itu, senyum yang sangat jarang terlihat, "it's okey! Gw juga minta maaf sudah bersikap gak baik kemarin :)" Timpal Jelo, membuat Senyum terukit di wajah mereka berdua.

Suho tersenyum simpul membalas ucapan Jelo dan beranjak berbalik ke tempat duduknya, membuat dimas geram dengan tingkah sok asik darinya.

Dimas sungguh tidak mengerti, 'apa hubungan antara Jelo dan anak baru yang bernama Suho itu sampai dia berani mendekati Jelo dan mengajaknya bercerita, begitupun sebaliknya'. Rasa penasaran dimas yang begitu besar mengarahkannya untuk mencari tahu tentang siapa Jelo sebenarnya.

Selang beberapa menit seorang adik tingkat menghampiri Jelo. Tidak butuh waktu yang lama untuk ia bangkit dan meninggalkan tempat duduknya, diikuti pandangan Suho dan Dimas hingga ia menghilang dari penglihatan mereka.

Dimas yang berada di sebelah kiri berjarak dua bangku dari Suho terus berlanjut memperhatikan gerak-gerik suho dengan tajam. Merasa dipantau, suho berbalik menengok dan jelas saja, didapatinya dimas dengan sorot mata yang tajam melihat kearahnya. Tatapan mereka bertemu sepersekian detik kemudian Suho melempar senyum sinis ke arah dimas dan kembali pada posisi duduknya semula.

Dimas tentu menangkap sinyal meremehkan dari suho, kepalan tangannya mengeras, tentu ada perasaan geram bertaut di hatinya, membuat ia meraih telpon genggamnya dan menghubungi seseorang.

✉️... :

"cari tau orang yang bernama Suho Hwang, dan kirim informasinya sekarang".

"Siap laksanakan, Tuan!".

Tidak butuh waktu lama, ID suho terpampang jelas di layar ponsel dimas, sedikit membuat matanya terbelalak. "Cukup mengesankan" Gumam dimas pelan dengan semirik dibibirnya.

Sementara ia sibuk membaca pesan yang masuk, suho tiba-tiba saja merebut ponsel milik dimas dan sekejap membantingnya ke lantai, begitu tahu dimas membaca artikel tentangnya yang jelas bukan hanya diperoleh dari om gugel melainkan dibobol dari akses perusahaan milik Ayahnya, yang diketahui oleh Suho berkat orang IT handal yang ia pekerjakan.

"Sh*t.. what are u doing, man!" Ucap dimas sarkas, tak terima suho membanting hpnya hingga rusak.

"Ups, Sorry! Akan ku ganti. But Stop checking up on me" Sekali lagi suho menatap sinis dimas dengan senyum meremehkan darinya.

Untung saja Jelo sedang tidak berada di kelas, pikir dimas. Sangat malu baginya, jika Jelo tahu ia mendapatkan informasi mengenai Suho secara ilegal.

🔔Bell masuk pun berbunyi, namun Jelo belum juga tiba dikelas. Tidak hanya dimas yang terlihat kuatir. Suho pun terlihat uring-uringan dibuatnya.

Disisi lain, Jelo terkejut ketika ia menghampiri laboratorium lama yang sudah jarang digunakan dan hanya ada Anastasia, Isa serta Fitra di dalamnya. Adik tingkat yang menghampirinya tadi, memberi tahu jika guru mapel sains memanggil dia untuk mengambil beberapa perabotan di laboratorium yang lama, namun kenyataannya ia sekarang terjebak diantara tiga orang yang selalu saja menganggu.

"Akhirnya lo datang juga" Ucap Anas dengan sumringah. 

Fitra dan isa mencoba menutup akses dari dalam lab sehingga orang luar tidak akan menyangka ada mereka di dalam ruangan. Lampu yang begitu gelap dan juga hanya ada sinar dari beberapa jendela yang tidak di tutupi kain, membuat penglihatan Jelo menjadi samar. 

"Pegang!" Perintah anas ke teman-teman komplotannya. Ia memasangkan lakban hitam ke mulut Jelo dan kedua temannya memegang erat tangan Jelo seraya Anas memukuli wajah dan juga perutnya. Namun sialnya, panic attack Jelo mendadak muncul dan membuatnya tidak dapat melakukan apa-apa.

Setelah terdengar bell masuk, Anas, isa dan juga fitra bergegas keluar dari laboraturium, menuju kelas. Sama sekali tidak ada rasa bersalah ataupun kasihan yang muncul dalam benak mereka melihat kondisi Jelo yang mereka tinggalkan di laboratorium.

Tiba jam istirahat, Jelo sama sekali belum Balik ke kelas membuat Suho beranjak dari tempat duduknya dan mulai mencari ke berbagai tempat di sekolah ini. Melihat Suho berlari keluar kelas, memicu perasaan kuatir dimas terhadap Jelo semakin menjadi-jadi.

Suho mencoba mencari ke segala arah, tapi belum juga ia menemukan sosok Jelo. Ia berkeliling hingga tidak sengaja menabrak seseorang tepat di depan kantor kepala sekolah dan membuatnya terkejut bukan main, pasalnya yang bersinggungan dengannya adalah Yefta Ryza Mahendra, kakak kandung dari Jelo.

"Ry Hyung!" Ucap suho terkejut kemudian membungkuk memberi salam. Ry, panggilan Jelo dan Suho untuk Yefta. Ia sedikit terkejut dan juga sekaligus senang karena bisa bertemu dengan suho. 

"Suho! Wah, long time no see, kau semakin tinggi sekarang" Suho hanya membalas ucapan yefta dengan senyum simpul namun dengan segera Yefta menangkap gelagat aneh darinya. 

"What's wrong?" Pungkasnya dengan penasaran memperhatikan Suho yang terlihat uring-uringan.

Suho menceritakan apa yang terjadi secara berbisik agar tidak di dengar oleh orang-orang disekitar yang mulai memperhatikan mereka. Jantung Yefta seakan berhenti berdetak ketika mendengar sesuatu terjadi menimpa adik satu-satunya. Wajah Yefta menjadi pucat, gelagat kalang kabut menyergap dirinya. Dengan segera Suho menyadarkan Yefta, sebelum membuat heboh satu sekolahan. 

"Hyung! Sadarlah, kita tidak punya banyak waktu, kita harus temukan dia sekarang" Jelas suho membuat Yefta kembali sadar, tangannya kini mulai mengepal keras dan rahangnya mulai mengerat. 

"Fu*k!!! Berani-beraninya mereka membuat hal yang tidak baik pada adikku, jika terjadi apa-apa dengan Jeni, aku tidak akan segan-segan menutup semua akses donatur untuk sekolah ini, lihat saja!" Kecam Yefta, tak tanggung-tanggung.

Suho hanya bisa menelan salivahnya dengan tegang, ia tahu betul bagaimana Yefta, jika sudah mencapai puncak kemarahannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status