Share

BAB 5

"Jeni.." Panggil suho dengan antusiasnya saat melihat Jelo tengah berjalan melintasi halaman sekolah menuju kelas. 

Sambil berlarian kecil, ia menghampiri Jelo yang tersenyum ke arahnya. Sorot mata tajam dari fans suho menancap hebat, siap mengintimidasi Jelo yang berani bertegur sapa dengan Suho di depan banyak orang. Namun, tentu saja hal itu tidak berpengaruh baginya. Tatapan intimidasi dari Jelo selalu yang paling unggul.

Pernah sekali saat pertama ia mendaftar menjadi murid transfer di SMA Rajawali, ia bertemu dengan salah seorang kakak tingkat yang ingin menguji kekuatan mentalnya. Ia dipermalukan di depan banyak murid, tapi yang luar biasa darinya, Jelo sama sekali tidak menunjukan wajah kesal ataupun hard feeling. Dia hanya diam dan menatap tajam ke arah senior yang terus saja berkata kasar padanya. Mengeluarkan aura mengintimidasi dengan ucapan "just a fool who cares about the foolishness".

Perkataan yang sarkas, Cukup membuat kakak tingkatnya terdiam, tidak menyangka jika Jelo, gadis yang dipikirnya akan mudah menangis dengan perlakuannya, malah melemparkan kata-kata sarkastik dan membuat ia ditertawakan satu sekolahan.

Banyak kejadian yang menjadikan nama Jelo melesit dan terkenal sebagai wanita Anti sosial dengan tatapan intimidasinya.

***

Suho dan Jelo berjalan menyusuri koridor dan berbincang beberapa hal kecil. Tidak banyak yang dikatakan Jelo sendiri, ia hanya sekedar menjawab beberapa pertanyaan yang Suho ajukan.

"How's your morning?" Tanya Suho lembut.

"Good" Balasan simpel dari Jelo.

"kamu masih tinggal sendiri?" Ucap suho kembali memberi pertanyaan.

"Yap, like u see :)" sekali lagi, Jelo hanya menjawab dengan singkat.

"Hm, I get itLet me know if you need any help" sanggah Suho yang dibalas anggukan dari Jelo.

"Beri aku nomor telponmu" Sembari menyodorkan Hpnya ke arah gadis yang berjalan dinsampingnya.

Jelo sejenak terdiam sebelum menolak keinginan suho secara terang-terangan. "Aku gak punya" Ucapnya.

"Really? Jangan bohong, I know u have" Merasa terusik dengan tingkah Suho, Jelo mulai berjalan lebih cepat, meninggalkan Suho beberapa langkah jauh darinya.

Pria itu merasa Jelo membangun tembok batasan untuknya. Saat ini Jelo benar-benar bukan seperti yang ia kenal dulu. Dua tahun cukup merubah semuanya, pikir Suho.

Jelo menarik nafas panjang dan menghembuskannya, ia kemudian tersenyum sinis, tidak suka dengan sikap suho yang terkesan tahu segala tentang dirinya. 

Suho kembali menyusul Jelo, menarik pelan lengannya sehingga gadis itu kembali berhenti dan berbalik menatap suho.

"What?" Ucap Jelo datar.

Tatapannya menjadi tajam menusuk ke retina Suho. Merasa suasana dan hubungan mereka tidak seperti dulu lagi, suho tersenyum simpul dan berjalan duluan meninggalkan Jelo di koridor sekolah, ada perasaan kecewa yang tidak terbendung dalam hatinya. Ia ingin Jeni-nya kembali seperti dulu, Jeni yang ia kenal sangat lembut dan begitu mengerti dirinya.

Jelo begitu tahu, apa yang dilakukannya ke Suho benar-benar salah, ada rasa bersalah yang hinggap dihatinya begitu juga rasa rindu untuk sahabat kecilnya itu. Tapi apa daya, jika Jelo terus membangun komunikasi lebih dengan suho, maka yang ia peroleh hanyalah masalah. Sudah cukup persembunyiannya mulai terusik, Kali ini ia harus benar-benar mempertimbangkan lagi bagaimana agar orang tuanya tidak tahu jika ia dan Suho berada disatu sekolah yang sama.

Sesampainya mereka di kelas, Jelo hanya menatap punggung Suho dengan rasa bersalah. Tidak mengerti lagi harus bertindak seperti apa dengan Sahabatnya itu. Ia tidak ingin semua pusat perhatian tertuju padanya, jika ia menghampiri suho sekarang dan akhirnya yang bisa ia lakukan hanyalah duduk diam sembari membaca buku.

"Good morning" Sapa Dimas yang tiba-tiba muncul di hadapan Jelo, membuat ia memutar bola mata memelas, enggan meladeni tingkah dimas dan langsung membenamkan wajahnya ke dalam lipatan lengan yang ia tumpukan diatas meja.

Dimas yang merasa sangat di abaikan mencoba untuk tetap berpikir positif, suatu saat Jelo akan membalas sapaannya dengan senyum manis yang jika dipikirkan saja membuat jantungnya seakan mau loncat keluar melalui rongga mulut. Perasaan menggelitik yang ia suka.

Akhirnya, Dimas memutuskan untuk meninggalkan Jelo dan mengarah ke tempat duduknya, sembari terus memperhatikan gerak-gerik gadis yang disapanya beberapa menit lalu. Sementara itu, disisi kelas yang lain, Eka terus-menerus melayangkan perhatian atas sikap dimas kepada Jelo yang tentu saja membuatnya galau. Eka merasa tidak adil jika dimas memperhatikan gadis Ansos yang mengabaikannya, ketimbang Eka yang terus-terusan memberi perhatian padanya. Tapi di sisi lain, Dia tidak ingin memaksa Dimas untuk menyukainya ataupun harus memberi perhitungan kepada Jelo atas apa yang sebenarnya tidak ia ketahui. Bukan salah Jelo jika dimas menaruh hati padanya.

Tidak hanya Eka yang melihat kejadian dimas dan Jelo. Suho pun memperhatikan dengan seksama dan jelas ada rasa jengkel dan marah pada dimas yang berani mendekati sahabat kecil sekaligus cinta pertamanya itu. Perasaan Suho begitu besar ke jelo hingga membuat dia sedikit posesif dan tidak ingin Jelo dilirik pria manapun, terkecuali Ayah dan koko-nya.

Di samping itu ada Anastasia, fitra dan juga isa yang merencanakan sesuatu untuk memberi ganjaran bagi Jelo yang terus-terusan membuat mereka marah. Eka jelas tidak mengetahui rencana sahabat-sahabatnya dan dalam hal ini Anas memutuskan untuk tidak melibatkan Eka.

Jelo yang hanya ingin kehidupan sekolahnya berjalan mulus, seperti tidak menemukan hal itu di kehidupannya. Dia berpikir, entah kesalahan apa yang diperbuatnya pada masa lalu, hingga hidupnya sangat sulit seperti sekarang. Mental dan fisik jelo tidak sebegitu baiknya seperti dulu. Ia harus rutin ke Psikiater untuk menghilangkan trauma yang terbentuk akibat kematian adiknya dan juga, ia harus mengkonsumsi obat untuk mengatasi panic attack yang kadang-kadang muncul jika ia mengalami atau melihat sesuatu yang mengingatkannya pada kejadian masa lampau.

Adik Jelo meninggal akibat tindakan yang menjatuhkan diri dari atas gedung perusahaan milik Ayahnya sendiri. Jelo yang saat itu tahu ada yang tidak beres dengan adiknya mencoba untuk menemui dan menghiburnya, tapi tak kunjung ia temukan. Semua orang sibuk mencari, terkecuali ayahnya yang hanya mementingkan urusan pekerjaan.

Bagi Jelo, Ayahnya memang tidak begitu memperhatikan adik bungsunya. Ia hanya begitu memanjakan Jelo dan juga Yefta, koko-nya. Terutama Jelo, ia menjadi kesenangan Ayahnya dikarenakan apapun yang bisa ia lakukan. Berawal dari seorang Profesor yang bekerja di Universitas Indonesia, mengajak Jelo untuk mengikuti lomba sains ajang internasional di kampus terkenal itu, dan benar saja Jelo mendapat penghargaan Juara Ilmuan sains termuda dengan piagam dan sertifikat Legalitas Internasional yang menjadikan dirinya masuk dalam salah satu daftar anak dengan kepintaran di atas rata-rata pada masanya. Ia di elu-elu kan juga oleh sahabat-sahabat Ayahnya dan membuat sang ayah selalu mengangkat dagu ketika berbicara tentang anak keduanya itu.

Sejak saat itu Deliyana Verhone Mahendra, menjadi tidak terlihat dimata Arya Mahendra. Padahal ia juga begitu banyak memperoleh perhargaan dari ajang-ajang lomba yang diikuti. Namun, tidak satupun dari penghargaan itu membuat ayahnya luluh.

"Ana" panggilan yang diberikan keluarga untuknya. Gadis kecil cantik yang sedikit frustrasi karena faktor dan keadaan disekelilingnya, menjadikan dia pribadi yang pendiam dan sulit untuk bergaul. Ia hanya akan berbicara baik dan terbuka kepada kakak-kakaknya.

Singkatnya, akhir dari cerita seorang Ana ialah ketika ayahnya ingin menyekolahkan ia ke luar negeri sendirian. Mentalnya yang terguncang tentu saja semakin membuatnya menolak rencana itu, terlebih ia berpikir pastilah ayahnya ingin membuangnya jauh sehingga mengirimnya ke luar negeri seorang diri, walaupun belum tentu kenyataannya seperti itu. Mengakhiri hidupnya adalah pilihan terbaik meski sampai saat ini, dunia hanya mengetahui jika kematian Ana murni karena kecelakaan bukan bunuh diri.

Kisah Ana menjadi Aib keluarga yang terus-menerus ditutup-tutupi Ayahnya, membuat Jelo geram dan memutuskan untuk berpaling dari keluarga. Kini kisah Ana menjadi awal kesuraman bagi hidup Jelo. Ia harus menerima fakta dan mengalami sendiri bagaimana adiknya dikucilkan oleh orang yang ia cintai. Untung saja koko Jelo tidak pernah membiarkan ia sendiri dan terus mengawasinya dari jauh.

Koko-nya pun tahu bahwa psikis Jelo sedang terganggu dan mendaftarkan adiknya di psikiater terbaik di dalam negeri.

Kisah memilukan dari seorang Jenifer Olivia Mahendra yang tidak banyak diketahui orang diluar sana membuatnya tumbuh menjadi gadis dengan kehidupan yang kelam.

Lalu, apakah ia bisa kembali mengecap kehidupan yang indah?

"Let see!".

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status