Verena kembali lagi ke dapur. Dia melihat anaknya yang antusias memasak bersama Mommy-nya. Di tempat lain David duduk di kursi meja makan dekat dapur sambil mengawasi mereka. Verena lebih memilih mendekat ke arah David dan menanyakan keadaannya. "David...." panggil Verena dan dia duduk di sebelah David. "Kenapa, Verena?" tanya David mengalihkan pandangannya kepada Verena. "Apa wajahmu kembali sakit setelah Daddy lagi-lagi memukulmu?" "Tidak, Sayang. Tenang saja. Aku kuat demi kamu." Verena tersenyum tipis."Tapi, tetap saja wajahmu babak belur lagi. Aku ambilkan kotak obat lagi ya biar aku obati lukamu. Jangan keras kepala, Pak Tua." David mengangguk. Dia kembali melihat anaknya yang antusias Memasak bersama Rara. Dia tidak peduli berapa pukulan yang dilayangkan Gerald karena kemarahannya asalkan Sydney akan kembali ke pelukannya dan Gerald akan menerimanya. Pria itu menghela napas, entah sampai kapan dia akan melunak. "Baba ... Baba jangan ke mana-mana ya disitu saja dekat
Gerald masuk ke dalam kamarnya. Dia kesal melihat keakraban David dengan anak dan cucunya. Bahkan sekarang cucunya enggan dekat dengannya karena David. Rara yang melihat David masih dengan raut wajah semrungut pun menaikkan satu alisnya bingung, suaminya memang sangat keras kepala. Sekali tak suka akan tetap pada pendiriannya. Apalagi sudah sejak lama dia menyimpan dendam pada David. Mereka memang punya masa lalu yang tidak mengenakan."Ada apa lagi sih, Daddy? Wajah kamu seperti anak kecil, yang meminta permen tak dikasih atau seperti kurang jatah," ucap Rara saat melihat Gerald yang masuk lalu duduk di kasur dengan kasar."Hem,” gumam Gerald sedang dalam mood yang tidak baik. Puluhan tahun dia mengenal suaminya, tentu saja Rara tahu lahir batin apa yang Gerald rasakan, hanya saja terlalu egois jika kebahagiaan anak kecil yang tidak tahu apa-apa dikorbankan hanya karena orang dewasa yang tidak mau mengalah. "Jangan buat wajah seperti itu. Seperti anak kecil saja." "Aku tak suka,
Setelah Gerald menyetujui acara pernikahan, David dan Verena dia tidak berhenti senyum. Setelah penantian sejak kemarin dan penantian lama ditinggal David akhirnya mereka benar-benar bisa berkumpul. "Kira-kira Daddy kenapa ya tiba-tiba setuju kita nikah? Mana ngomongnya digantung-gantung lagi bikin aku deg-deg an sendiri dari tadi," ucap Verena. Mereka kini sedang tidur berdua. Verena masih memikirkan bagaimana tadi Daddy-nya bisa menerimanya begitu saja. "Ya tentu bagus, bukan? Sehingga kita tidak usah menunggu lama lagi,” jawab David. Mereka sama-sama lega dengan sikap Gerald yang mendadak berubah "Pasti Daddy luluh karena diancam Mommy. The power of senjata Mommy dan aku tahu sekali apa yang Mommy ancamkan. Hahaha, Daddy kalau sama anak-anaknya tegas tapi sangat takut pada istri," ucap Verena sambil tertawa geli membicarakan ayahnya yang langsung jadi tikus kecebur got kalau sang istri sudah marah. "Ya, aku seharusnya juga berterimakasih kepada Rara. Walaupun, Rara awalnya
Skye menatap ke arah bocah kecil yang sedang berjalan melaluinya itu dengan tatapan bingung. Bagaimana bisa dia melewatkan hal terpenting di hidup adiknya? Ia tidak mengetahui sama sekali bagaimana caranya keponakannya itu bisa mendapatkan ayah baru. Maksudnya bagaimana pada akhirnya Verena luluh dan bisa menerima David kembali, padahal dari awal Verena yang meminta agar menutup semua akses yang berhubungan dengan David.Akhirnya karena penasaran, Skye bergegas keluar. Ia melihat Verena dan David yang berinteraksi bersama, keduanya tampak saling mencintai terpancar dari wajahnya. Walau bagi Skye masih terasa aneh karena Verena berakhir dengan pria tua yang seumuran dengan ayahnya.Pria tua itu juga menatap ke arah adiknya penuh cinta dan hal itu terlihat sama sekali tak wajar di mata Skye. Akhirnya semua orang menyadari kehadiran dari Skye. Skye kemudian menghampiri mereka dengan langkah yang dibuat sedikit cepat.Tempo yang cepat itu sebenarnya Verena artikan dengan Skye tidak sabar
Setelah mereka pulang dari took roti milik Skye. Keluarga itu membahas seputar hari pernikahan mereka. Senyum merekah tidak berhenti menghiasi wajah Verena. Dia bahagia tentu saja, walau semua keluarganya menentang pada akhirnya tapi mereka luluh setelah melihat keseriusan David. Ya, dia memang tidak salah memilih Pak Tua ini. "Kenapa Bubu senyum-senyum?" tanya Sydney. "Hm? Tidak, Bubu hanya senang saja." Rara tersenyum sedangkan Gerald membuang napasnya kasar dia tahu kalau penyebab senyum-senyum anaknya itu pasti karena sebentar lagi mereka akan menikah. Rasanya mau tidak rela tapi jika anak-anaknya bahagia maka dia akan ikut bahagia, walau di kasus David rasanya berat sekali. "Dan senyum-senyum tidak ada sebabnya, Bubu?" tanya Sydney sambil meletakan jari-jari mungilnya di dagu. Otak kritisnya tidak bisa menerima begitu saja. "Ya memang kalau senyum harus ada sebabnya?" serang Verena balik. "Bubu ngeri ah, Sydney taku mau dekat, Bubu masa Bubu senyum-senyum sendiri," uc
Verena selesai menggunakan gaun pertama dia mencoba ke luar untuk meminta penilaian calon suaminya. Tadinya, mereka sedang sibuk dengan tab tapi kedatangan Verena membuat mereka langsung terdiam. Benar-benar tidak berkedip melihat Verena. Pria itu menelan ludah berkali-kali, gadis rambut keriting yang ia sebut gadis cacing atau hasil kondom bocor benar-benar membuatnya lupa untuk bernapas. So stunning! Verena yang tidak mendapat respons apa-apa jadi bingung sendiri. Apa gaunnya jelek hingga membuat mereka tidak berkomentar? "Gimana gaunnya? Jelek, ya?" tanya Verena dengan muka ditekuk. Dia yang tadinya bersemangat menjadi sedikit bad mood karena responas david. "Tidak, Bubu. Bubu terlihat amat cantik. Persis seperti seorang ratu." Verena yang dipuji anaknya pun tersenyum, sedikit membaik mood-nya sekarang walau David masih saja terdiam. "David, kamu diam saja? Apa tidak suka dengan gaun yang kugunakan saat ini?" tanya Verena lagi. "Engghhh ... Tidak! Kamu terlihat sang
"Baba, besok-besok kita main ice skating lagi seru, Baba,” ujar Sydney seperti biasa dengan semangat yang overdosis. "Ah tidak lah kamu jatuh terus," ucap David. Setelah makan malam, keluarga bahagia itu pergi untuk mengajak Sydney yang sudah cerewet sepanjang hari bermain ice skating. "Licin, Baba sangat sulit mengendalikan diri." "Oleh karena itu, Sydney. Kan sudah dikatakan untuk selalu bergandengan dengan Baba tapi Sydney melepaskan diri." David pura-pura marah dengan anaknya tapi bukannya takut Sydney malah tertawa. Bocah itu tetap ceria seperti biasanya. Meliihat semangat Sydney semua rasa capek juga melayang entah ke mana. "Kenapa malah tertawa, Baba sedang mengingatkan kamu, bukan?" "Iya, tapi melihat lipatan jidat yang terbentuk di dahi Baba lucu seperti Opa, hahaha. Seperti ini ni. Hahaha...." Sydney mencontohkam dahi Babanya yang tadi mengerut hingga terdapat beberapa lipatan di sana. Verena hanya menahan tawanya. David menghela napas lalu menormalkan dahinya hin
Kelsea berjalan untuk masuk ke dalam rumah. "Kelsea, Mommy 'kan sudah bilang kamu jangan menghajar David. Keponakanmu jadi marah denganmu bukan." "Mom, lagian Sydney kenapa sih malah belain itu aki-aki," ucap Kelsea kesal. Dia tadinya ingin menghabisi Pria Tua itu tapi malah keponakannya yang harus kena sasaran dan terjatuh. "Kan—" "Kelsea, baju kamu basah sudah kamu mandi lalu ganti baju lebih dulu," ucap Gerald kepada anaknya. "Baiklah, Dad," ucap Kelsea lalu masuk ke dalam untuk mandi. Dengan tubuh yang basah dan juga air yang menetes ke lantai. Setelah masuknya Kelsea, Rara kembali mengoceh kepada Gerald. "Ini semua salah kamu Gerald. Coba aja kamu tidak menyuruh Kelsea buat hajar David pasti e Sydney tidak akan marah." "Aku tidak menyuruh, Rara. Memang Kelsea wajar kalau marah karena adiknya mendapat pendamping yang tidak sesuai dengan kriteria kita semua Dan sangat tidak cocok untuk anak kita yang cantik." Damn! Dia tidak salah apa-apa dan sekarang menjadi kamb