"Baba, besok-besok kita main ice skating lagi seru, Baba,” ujar Sydney seperti biasa dengan semangat yang overdosis. "Ah tidak lah kamu jatuh terus," ucap David. Setelah makan malam, keluarga bahagia itu pergi untuk mengajak Sydney yang sudah cerewet sepanjang hari bermain ice skating. "Licin, Baba sangat sulit mengendalikan diri." "Oleh karena itu, Sydney. Kan sudah dikatakan untuk selalu bergandengan dengan Baba tapi Sydney melepaskan diri." David pura-pura marah dengan anaknya tapi bukannya takut Sydney malah tertawa. Bocah itu tetap ceria seperti biasanya. Meliihat semangat Sydney semua rasa capek juga melayang entah ke mana. "Kenapa malah tertawa, Baba sedang mengingatkan kamu, bukan?" "Iya, tapi melihat lipatan jidat yang terbentuk di dahi Baba lucu seperti Opa, hahaha. Seperti ini ni. Hahaha...." Sydney mencontohkam dahi Babanya yang tadi mengerut hingga terdapat beberapa lipatan di sana. Verena hanya menahan tawanya. David menghela napas lalu menormalkan dahinya hin
Kelsea berjalan untuk masuk ke dalam rumah. "Kelsea, Mommy 'kan sudah bilang kamu jangan menghajar David. Keponakanmu jadi marah denganmu bukan." "Mom, lagian Sydney kenapa sih malah belain itu aki-aki," ucap Kelsea kesal. Dia tadinya ingin menghabisi Pria Tua itu tapi malah keponakannya yang harus kena sasaran dan terjatuh. "Kan—" "Kelsea, baju kamu basah sudah kamu mandi lalu ganti baju lebih dulu," ucap Gerald kepada anaknya. "Baiklah, Dad," ucap Kelsea lalu masuk ke dalam untuk mandi. Dengan tubuh yang basah dan juga air yang menetes ke lantai. Setelah masuknya Kelsea, Rara kembali mengoceh kepada Gerald. "Ini semua salah kamu Gerald. Coba aja kamu tidak menyuruh Kelsea buat hajar David pasti e Sydney tidak akan marah." "Aku tidak menyuruh, Rara. Memang Kelsea wajar kalau marah karena adiknya mendapat pendamping yang tidak sesuai dengan kriteria kita semua Dan sangat tidak cocok untuk anak kita yang cantik." Damn! Dia tidak salah apa-apa dan sekarang menjadi kamb
Rara masuk ke kamar dengan membawa nampan berisi makanan untuk keluarga kecil yang sedang merajuk. Sedangkan Gerald dan juga Kelsea akhirnya makan duluan di bawah. Rara mengetuk pintunya setelah itu baru Verena membukanya. "Ya ampun, Mommy, bawa sebanyak ini sendirian?" tanya Verena yang langsung mengambil alih. Nampan itu berisi banyak sekali makanan dan jug dessert. "Tidak banyak itu. Nanti kalau kamu kurang tinggal bilang aja, ya. Telepon ke bawah nanti Momny antarkan lagi,” pesan Rara membuat Verena merasa tak enak hati. Walau mereka melakukan semua ini demi menuruti Sydney yang sedang merajuk. "Tidak apa, Mom, itu semua sudah lebih dari cukup juga, Mommy sudah makan?" tanya Verena lagi. "Sudah, Mommy. Kamu yang penting makan, terutama Sydney." "Daddy sama Kelsea berhenti baru makan juga, karena lama menunggu kami dari tadi?” "Sudah, jangan dipikirkan.” "Ya sudah sekarang Mommy makan juga. Jangan sampai tidak makan, ya." "Iya, ajak Sydney makan. Biar dia tidak m
Hari pernikahan yang dinantikan telah tiba. Dengan banyaknya rintangan dalam mengadakan resepsi pernikahan ini akhirnya sampai juga di hari pernikahan mereka. Walau masih ditunda seperti perkiraan Kelsea, karena David yang harus bolak-balik dari Perth ke Frankrut untuk mengurus dokumen pernikahan mereka. "Terimakasih, Verena. Berkat kamu yang pemberani mendekati laki-laki tua sepertiku. Aku jadi bisa luluh denganmu," ucap David yang masih tidak percaya dia akhirnya menikah kedua kalinya bersama seorang perempuan yang lebih pantas dijadikan anak olehnya.Verena tertawa sambil merasakan matanya memanas, dia tak pernah merasa menyesal untuk jatuh pada pria tua seperti David. Dirinya sudah yakin jika pria tua ini adalah masa depannya dan nama anak-anak mereka sudah ada dalam list. "Aku yang juga harus berterimakasih kepadamu, David. Terimakasih telah sabar kemarin-kemarin menerima penolakan dari keluargaku. Bahkan kamu sampai rela babak belur demi bisa bersamaku,” balas Verena sambil
Siang menjelang. Sepasang kekasih yang baru saja melangsungkan pernikahan kemarin kini masih bergulung di bawah selimut setelah aktivitas mereka semalaman dan baru tidur di pagi hari menjelang siang. Verena membuka matanya. Melihat mata suaminya. Kini dia sudah bisa menyebutnya suami.Wanita itu mengangkat kepala dan tak dapat diungkapkan dengan kata-kata betapa dia bahagia sekarang. Apa yang sudah dia perjuangkan rasanya tidak sia-sia, laki-laki tua yang tidak terlihat sama sekali, apalagi di masalah ranjang. Jangan ditanya. Verena kembali terkikik dengan wajah memerah karena memikirkan pergulatan mereka semalam yang tidak ada habisnya, rasanya lebih puas setelah menjadi suami istri. "Sudah puas melihat wajah tampanku?" tanya David membuat Verena terkejut. Dia pikir David masih tidur oleh karena itu dia bisa memandangi wajah tampan suaminya. Pura-pura Verena kembali masuk dalam selimutnya karena tak mau ketahuan, tapi David membuka selimut miliknya membuat Verena merenggut kesal se
Setelah satu bulan menyiapkan segala dokumen untuk perpidahan Verena mengikut David ke Perth. Makin bersedih perasaan Rara semua anak-anaknya berjauhan, tapi ini yang harus bisa diterima jika mereka punya kehidupan masing-masing.Tak ada lagi bocah cerewet yang sering menganggu dan ada saja tingkahnya setiap weekend, paling mereka bertemu beberapa tahun kemudian. Verena, David, Sydney bersiap untuk pulang ke Perth. Di rumah kedua orang tuanya hanya ada Asher yang belum pulang. Verena beranit bertaruh setelah ini Asher tidak akan dibolehkan lagi untuk menetap berbeda, semenjak usia 20 Asher keluar dari rumah dan tinggal sendiri. "Say goodbye pada Opa dan Oma dulu, Sweeny. Kita mau pergi jauh," jelas Verena sebenarnya hatinya bersedih. Puluhan tahun dia akan tinggal di negara asing walau sudah beberapa kali melihat Perth tetap saja kampung halaman yang menjadi tempat berpulang dan melepas rindu. "Iya, Bubu." Sydney turun dari gendongan Babanya. "Opa, Oma, Uncle Asher aku haru
Sydney kini sudah mulai sekolah. Sydney selalu ingin diantar berdua oleh orang tuanya. Jadi, setiap berangkat sekolah pasti ayahnya mengantarkannya. Dan Verena yang selalu menunggu anaknya. Verena belum memutuskan untuk mencari kerja atau mengurus anak, karena upah pengasuh anak kecil lebih besar dari gajinya. Dia juga masih menyesuaikan budaya yang terasa berbeda."Belajar yang rajin, Sweeny,” pesan David pada sang putri. Dia melupakan pasal kangguru dan semangat sekolah karena dengan cepat Sydney punya banyak teman karena semua orang suka padanya yang begitu cerewet."Iya, Baba. Baba, hati-hati ya berangkat kerjanya," balas Sydney. Di tempat terbaru dia juga banyak mengalami culture shock walau anak-anak lebih cepat menyesuaikan keadaan, apalagi meniru teman-temannya, Sydney lebih dewasa sekarang dan pengertian."Iya, Sweeny. Kiss, Baba dulu." David menunjuk pipinya untuk mendapatkan kiss dari anaknya. Sydney langsung bangkit dan mencium seluruh wajah David membuat David tersenyum
Besok adalah hari ulang tahun David. Verena mulai memikirkan kado apa yang bisa dia beri untuk sang suami, atau berencana untuk membuat kejutan untuknya. Wanita itu sudah membaik, dan bisa beraktivitas seperti biasanya. Sakitnya beberapa waktu yang lalu memang benar adanya kalau dirinya memang sedang mengandung seperti dugaannya. Sejak sakitnya saat itu Verena belum memberitahu David kalau dirinya hamil. David pun sepertinya tidak menaruh curiga karena tidak ada tanda-tanda mual selama ini. Itu juga yang menjadi keuntungan bagi Verena. Dia berencana untuk memberi kado pada David setelah dipikir-pikir, dan semoga David tidak curiga sama sekali. "Bubu, kenapa melamun?" tanya David. Verena langsung menarik tangannya saat dia ketahuan sedang mengelus perutnya tanpa sadar. Kehadiran makhluk baru dalam perutnya membuat Verena lebih bahagia lagi. Sebentar lagi dia akan punya bayi dengan diberi nama kota yang lain. Verena masih menutupi kehamilannya karena dia ingin memberi kejutan pa