Share

9-TATAPAN

Suara dari Ayu yang tiba-tiba berubah menjadi suara Satria dengan nada yang sangat berat membuatku tidak bisa berbuat apa-apa lagi sekarang.

Bahkan, kini Ayu yang sedang dirasuki lagi oleh Satria melompat ke arahku dengan sangat cepat, salah satu tangannya berubah seperti cakar hewan dan ingin melukaiku di tempat itu.

Lompatannya sungguh tidak masuk di akal, dia seperti hewan buas yang akan menerkamku dan ingin mengoyak-ngoyak tubuhku dengan tangannya yang kecil itu.

Aku benar-benar tidak siap, karena aku masih shock dengan keadaan Ayu yang benar-benar parah daripada sebelumnya. Tubuhnya yang penuh luka dan darah yang mengucur membuat batinnya kini pasti sedang merasakan sakit yang amat sangat. Namun dia tidak bisa meminta tolong kepada siapapun karena tubuhnya sedang diambil alih oleh ayahnya sendiri yang menginginkannya mati menyusul dirinya.

Otakku berputar dengan cepat, dan kali ini otakku membuat tubuhku ikut bergerak, di saat rasa lelah yang aku rasakan.

Settt

Tubuhku secara reflek dimiringkan, tepat sepersekian detik tangan Ayu sampai ke arah mataku. Tangannya memang kecil, namun dengan kondisi seperti itu Ayu bisa mudah merobek wajahku pada saat itu.

Aku benar-benar tidak percaya, sesaat aku dengan jelas melihat tangan Ayu melewati wajahku dengan sangat dekat. Hanya beberapa centimeter jaraknya denganku pada saat itu.

Hingga akhirnya,

Bruggg

Ayu terjatuh di antara rerumputan yang ada di belakangku. Tubuhnya berguling-guling beberapa kali hingga akhirnya tubuhnya terhenti ketika tubuhnya menabrak batu yang ada di ujung sana.

Arggghhhhh

Suara jeritan menggema di udara, tampaknya Ayu kembali sadar ketika tubuhnya berguling dan menabrak batu yang ada disana. tubuhnya yang terkapar mengerang, tangannya yang penuh luka kini memegang punggungnya akibat rasa sakit yang dirasakan olehnya.

Aku yang melihat perubahan itu sontak langsung menghampirinya, karena aku tahu tubuhnya kembali sadar setelah dia terguling beberapa kali pada saat itu.

Namun,

Krotak, krotak

Setelah beberapa langkah aku berlari mendekatinya. Tiba-tiba tubuhnya kembali melakukan gerakan yang aneh, kepalanya seperti digelengkan ke kiri dan ke kanan. Bahkan kedua tangannya kini seperti memukulnya beberapa kali dengan sekuat tenaga.

Pemandangan yang sungguh sangat-sangat mengerikan untuk aku lihat. Karena, suara erangan dari Ayu yang kesakitan tiba-tiba berubah kembali.

Satria yang masih berada di dalam tubuh Ayu sepertinya tidak menginginkan Ayu untuk kembali mengambil alih tubuhnya lagi.

Malah, dia melukai Ayu dengan tubuhnya sendiri agar tubuhnya bisa di ambil alih lagi olehnya meskipun kondisinya sudah seperti itu.

“DIAM KAU!”

“SEHARUSNYA KAU IKUT MATI DENGANKU!”

Nada bicara Ayu berubah, tubuhnya yang awalnya hanya menggelengkan kepala saja. Kini malah semakin menyeramkan dan sangat sadis untuk disaksikan, tubuhnya kini berguling-guling kembali disana, tangan kanan dan kirinya seperti ingin memukul satu sama lain.

Bahkan aku dengan jelas melihat perubahan wajahnya yang berubah secara tiba-tiba, wajah yang mengekspresikan rasa sakit yang luar biasa, dan wajah yang diliputi kemarahan yang saling bergantian satu sama lain.

Aku yang masih berdiri tak jauh dari Ayu hanya bisa memandanginya. Tidak ada yang bisa aku perbuat, tidak ada yang bisa aku lakukan sekarang, meskipun otakku berputar mencari cara agar Ayu bisa kembali mengambil alih lagi tubuhnya, tapi aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa.

Ayu yang berada di ujung sana masih berjibaku dengan hantu Satria yang merasuki tubuhnya.

Hingga akhirnya.

Ayu yang awalnya berguling-guling di tanah, secara perlahan bangkit dan berdiri dengan senyuman yang mengerikan. Dia kembali menyeringai kepadaku dengan rambutnya yang terurai panjang.

Luka-luka di tubuhnya bertambah banyak, baju dan celananya sobek di beberapa sisi. Salah satu tangannya terlihat lunglai, sepertinya ada sesuatu yang patah sehingga tangannya bisa seperti itu.

Tampaknya, Satria kembali mengambil alih tubuh Ayu pada saat itu, karena aku bisa dengan jelas tatapannya yang berubah. Seperti sebuah tatapan yang tadi aku lihat ketika tubuh Ayu ingin menerkamku dengan sekuat tenaga.

Namun, kini ada sesuatu yang tampak berbeda. Meskipun mulutnya menyeringai kepadaku dengan darah yang keluar dari mulutnya, namun di dalam tatapan yang tajam kepadaku, ada tetesan-tetesan air mata yang mengalir.

Tetesan dari air mata yang membasahi pipinya dan bercampur dengan darah yang berada di wajahnya sebelum akhirnya jatuh ke tanah.

Ayu menangis, dia benar-benar menangis. dia pada saat ini sedang meminta tolong kepadaku yang hanya bisa berdiri dan tidak melakukan apa-apa pada saat itu.

Batinnya mungkin ingin sekali berteriak, tapi dia hanya bisa menangis sebagai pertanda bahwa dia sedang benar-benar butuh bantuanku sekarang.

Jujur, aku benar-benar tidak tega melihat anak sekecil itu harus tersiksa dengan sangat berat oleh hantu ayahnya sendiri.

Sehingga…

Tap, tap, tap,

Secara tidak sadar aku berjalan selangkah demi selangkah, mendekati Ayu yang kini berdiri disana dengan wajahnya yang berubah menjadi mengerikan.

Aku sudah tidak mempedulikan rasa takutku sekarang, rasa iba dan rasa cemas yang aku rasakan kini lebih besar daripada rasa takutku akan hantu dari suamiku sendiri.

Aku sudah tidak peduli, apabila tubuhnya yang sedang diambil alih akan mencakar ku atau akan menggigitku ketika aku mendekatinya, karena air mata yang keluar dari matanya membuatku harus melakukan hal ini.

Aku berjalan mendekatinya, namun semakin aku mendekat, seperti ada sebuah tekanan yang sangat kuat yang membuat diriku sedikit bergetar karena aura yang dikeluarkan oleh Ayu pada saat itu.

Namun, aku tetap memaksakan diriku, meskipun semakin dekat aku berjalan. kulitku terasa ditusuk-tusuk oleh jarum kecil yang banyak.

Hingga akhirnya, ketika beberapa langkah lagi aku berjalan mendekatinya.

Tiba-tiba, Ayu kembali berkata kepadaku, wajahnya benar-benar marah, karena beberapa kali dia melarangku untuk ikut campur dengan urusannya.

“SUDAH AKU BILANG!”

“JANGAN KAMU IKUT CAMPUR URUSANKU DENGAN ANAK INI!”

“KARENA DIA HARUS IKUT MATI BERSAMAKU!”

Aku tetap tegar mendengar perkataan itu, tubuhku tidak bergeming meskipun suaranya terdengar sangat keras di depannya.

“Aku tidak bisa membiarkan Ayu mati, dia layak untuk hidup di tempat ini bersamaku, Satria,” kataku dengan nada yang sedikit sedih karena melihat tubuh mungilnya itu terus-menerus  mengeluarkan air mata tanpa henti.

“TIDAK, DIA.... HARUS... TETAP... MATI MINAH!”

“MATIIIIII…!”

“KARENA KALAU TIDAK…”

“MAKA.......”

Plak

Secara tidak sadar, sebuah tamparan keras aku layangkan kepada Ayu. Aku benar-benar tidak sadar melakukan hal itu. Aku hanya ingin Ayu tersadar dan melakukan apapun agar dirinya bisa kembali menjadi Ayu yang aku kenal.

Aku tidak tahu apakah cara ini berhasil atau tidak. Namun, ketika aku menampar keras Ayu dengan salah satu tanganku pada saat itu.

Mata Ayu tiba-tiba terpejam, mulutnya yang awalnya terbuka kini mendadak tertutup, dan tubuhnya yang awalnya berdiri kini ambruk dan terkapar di tanah.

Ayu mendadak tidak sadar ketika aku menampar wajahnya, namun aku masih merasakan hembusan nafas dan jantungnya yang masih berdetak dengan normal.

Sontak, aku langsung terduduk tepat di dekat Ayu yang tergeletak di sana. air mata kembali muncul dari kedua mataku, melihat kondisi Ayu yang tampak berantakan dengan luka yang memenuhi sekujur tubuhnya.

Sambil menangis, aku mengangkat Ayu dengan kedua tanganku. Dan berkata kepadanya yang tidak sadarkan diri di sana.

“Aku tidak akan membiarkan kamu diambil oleh hantu ayahmu sendiri, terlepas apa yang terjadi di antara kalian berdua. Namun kamu sudah sepantasnya hidup dengan layak bersamaku di tempat ini.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status