Beranda / Rumah Tangga / SELINGKUH DENGAN TETANGGA / Anak Kecil Tidak Pernah bohong

Share

Anak Kecil Tidak Pernah bohong

Penulis: Adena Putri
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-26 14:46:13

________

 

"Apa yang  kamu katakan itu benar, Sayang?" Mas Haris mengelus rambut Mikhaila yang pastinya lembut itu. "Bundamu telponan?"

"Iya, Ayah." Jawab Mikhaila cepat.

"Mungkin kamu salah dengar, Sayang! Bunda memang tidak tidur. Tapi, bunda itu sibuk memomong adikmu yang rewel terus," Aku segera menyela, membuat anak sulungku menoleh dan memiringkan kepalanya.

"Kok bunda senyum-senyum?"

"Ya, biar Syahdan anteng, sayang." Belaku sambil segera menekan hidung mancungnya. "Khaila juga masih bayi seperti itu. Khaila tidak ingat, Ya?"

Nampak wajah putri sulungku yang memang darah daging Mas Haris, berubah pias. Rupanya ia kalah telak.  Heran, anak bau kencur sudah ikut campur urusan orang tua.

"Bundamu benar, Sayang. Mungkin karena semalam  Khaila mimpi!"

Penuturan Mas Haris membuat aku bisa menarik napas sebab merasa lega, ternyata Mas Haris tidak percaya dengan ocehan putrinya. Ya, tentu saja ia akan membelaku. Sebab tahu bagaimana dulu suamiku melihat aku harus gadang tiap malam karena Mikhaila terus rewel. Belum lagi, punya anak kecil memang repot yang mengharuskan banyak oceh untuk menghibur.

"Kamu mau puasa, Aline?" Aku mendongak mendengar pertanyaan Mas Haris. Aku tahu, dia pasti mengalihkan perhatian.

"Kalaupun tidak, boleh-boleh saja. Kamu baru saja habis melahirkan. Kecuali, kalau kamu kuat, Aline!" Belum aku menjawab, dia sudah berujar kembali.

"I-i-iya, Mas!" Aku hanya menunduk dan memasukan kembali telur dadar yang tinggal sedikit ke mulut.

***

Aku memomong Syahdan yang dibedong didekat kaca depan sambil menatap kepergian Mas Romli untuk mengantarkan istrinya mensurvei tempat dimana Risma akan mendirikan butik. Ah, polos sekali kamu, Risma. Habis-habisan kamu cari uang bahkan sampai rela menunda kehamilan, dan mengorbankan banyak waktu. Sedangkan, kau tak menikmatinya. 

Ya, Mas Romli terkadang cukup menengadahkan tangan untuk mendapatkan uang. Dan  saat berhasil dia langsung menyerahkannya padaku sebagai bentuk nafkah. Sedangkan Risma, ia kadang lupa waktu dan sibuk sampai-sampai tidak sadar jika hal itu membuat suaminya bermain api dengan istri tetangga. Risma berusia tiga tahun lebih tua dariku. Namun, baru lima tahun ia menjalankan biduk rumah tangga dengan suaminya. Sedangkan aku sudah menginjak tujuh tahun dengan Mas Haris. Meskipun, usiaku masih muda. Risma, bisa dikatakan ia terlalu sibuk dengan karir sampai-sampai menikah pun di usia yang hampir senja.

Seutas senyum terbit di bibirku setelah mobil yang menghantarkan kekasih gelapku hilang ditelan jarak. Namun, langsung bungkam saat tiba-tiba ada satu kendaraan roda dua yang mengarah ke halaman rumah dan berhenti di sana.

"Terima kasih, Mang!" 

Aku refleksi melangkah mundur saat tahu siapa yang datang. Ibu? Mau apa ibu ke sini? Segera kusembunyikan uang lima ratus ribu pemberian Mas Romli pagi tadi. Untung, suamiku tidak curiga sebab Mas Romli pura-pura mengantarkan wadah. Padahal, isinya memberikan uang yang telah dijanjikan juga melihat Syahdan yang mungkin ia rindukan.

"Nenek?" Khaila yang tengah asik menyisir rambut selesai mandi, menghambur keluar dan memeluk wanita yang menenteng berbagai tas di tangannya.

"Khaila? Kamu sudah besar, sayang?" Ibu mengusap pucuk kepala putriku. Namun, ekor matanya mengarah padaku. Apa maksudnya tatapan itu? Pasti dia datang untuk mengintimidasi, apalagi sekarang ada Mas Haris.

"Ini, Nenek bawa oleh-oleh kesukaan Mikhaila." Ibu berujar setelah pelukan pada cucunya terlerai.

"Rempeyek isi kacang tanah!"

"Hore!" Putriku bersorak dan segera menerima plastik berwarna transparan sehingga isinya nampak. Sedangkan ibu, langsung meletakkan barang bawaannya di sudut ruangan. Sepertinya tak ada niat untuk mendekati. Ah, ibu.

"Oya, Ayah Mikhaila dimana?" tanyanya mengabaikan aku yang terus berdiri memperhatikan. 

"Ayah sedang asyik memberi makan ayam-ayamnya, Nek. Ayam ayah banyak banget, nanti Mikhaila minta sembelikan satu untuk nenek ya!"

"Pinter banget!" Puji ibuku sambil menyentil dagu gadis berusia lima tahun itu. Aku hanya bisa memalingkan wajah ke sembarang arah. Kesal juga lama-lama.

Mikhaila menyeret tangan neneknya untuk menemui Mas Haris yang sedari tadi sibuk dengan peliharaannya. Aku hanya mennggaruk kepala yang tidak gatal ini saat melihat reaksi kedua bola mata ibu saat menatap sekeliling ruangan ini. Mungkin ia bertanya-tanya kenapa berantakan? Tentu saja, sebab aku membiarkannya seperti ini.

***

"Aline,"

"Ya," sahutku. 

"Ibu ingin bicara denganmu," tuturnya tanpa menghentikan aktivitasnya memotong ayam yang Mas Haris sembelihkan.

Ya, sesuai permintaan Mikhaila bahwa neneknya ingin disembelihkan ayam, dan Mas Haris melakukannya bahkan tiga sekaligus. Namun, aku angkat tangan untuk memasak. Sehingga, ibu yang turun tangan mengurusnya. Sedangkan Mas Haris, saat ini sedang mencari bakatul untuk pakannya ayam peliharaannya.

"Bicaralah, Bu. Aku sedang sibuk menenangkan Syahdan yang rewel dari tadi," titahku yang duduk di kursi khusus sambil menyodorkan puting ini pada mulut putraku.

Ibu berbalik badan, dan menghentikan tangannya memotong ayam. Aku hanya menautkan kedua alis menanti apa yang akan dibicarakan.

"Aline, kamu segera hentikan perbuatan tercela ini. Dan, berterus terang pada suamimu!" Ibu berujar dengan suara yang serak. Sedangkan, kedua bola matanya terus menatapku yang membuatku merasa risih. " Kamu tidak sadar, bahwa perbuatan kamu sudah di luar batas!"

"Apa ibu tidak sadar. Ibu juga juga mantan pelakor,"

"Ibu bukan pelakor, Aline!" Pekik ibu membantah ucapanku.

"Lantas, bagaimana dengan keempat kakak yang membenci Aline sebab perbuatan ibu yang membuat Mbak Halimah mati?" Telakku tak mau kalah.

"Itu kecelakaan, Aline. Bukan sebab_"

"Tapi, kecelakaan itu karena dia patah hati melihat suaminya bersanding di pelaminan, Bu!"

"Aline, jaga omongan kamu. Semua itu sudah berlalu, dan ibu sudah mengakui dan meminta ma'af atas kesalahan itu. Makanya, ibu tidak mau kamu merasakan penyesalan."

"Cukup ibu saja, Aline!"

"Bukankah buah tidak akan jatuh jauh dari pohonnya?" Bantahku tak terima. Singa yang bersemayam di dalam jiwaku sepertinya terbangun. "Jadi, Aku mohon ibu untuk tidak ikut campur urusanku. Aku melakukan semua ini karena Mas Haris seperti tidak punya waktu untukku, Bu! Apalagi, siapa yang menjamin dia tidak mencari kehangatan pada wanita lain di perantauan?"

"Aline, tugas sang istri itu menjaga diri saat suami tidak ada. Bukan malah mencarin kehangatan pada pria lain. Apa kamu tidak memikirkan akibat ke depannya, Aline? Apa kamu tidak menimbang bagaimana perasaan Risma jika ia tahu?"

"Dia yang salah, Bu. Coba kalau dia tidak terlalu sibuk dengan karirnya, mungkin Mas Romli tidak akan mencari kehangatan di tempat lain?" 

"Kami memang sama-sama terabaikan oleh pasangan, Bu! Ibu tahu itu?" Aku berdesis dengan menaikan nada bicara.

"Tapi, sebagai seorang istri shalihah, kamu _"

"Aku bukan istri shalehah, Bu!"

"Harus berusaha untuk menjadi, Aline!"

" Apa ibu juga pantas disebut shalehah setelah merebut suami orang?"

Tak ada sahutan dari mulut wanita yang telah melahirkanku setelah kalimat yang mungkin menyakitkan itu terlontar begitu saja. Mungkin, dia sadar bahwa apa yang aku katakan ini memang benar. Aku masih belum bisa menghapus bayangan akan makian orang-orang yang menyatakan bahwa aku anak pelakor. Belum lagi-lagi, setelah menikahi laki-laki beranak empat, kasih sayang ibu jadi terbagi. Lebih ke mereka, dan aku sebagai anak kandungnya dari almarhum bapak harus terabaikan.

"Ibu memang tidak shalehah, Aline! Tapi ibu sedang belajar untuk menjadi itu_ "

"Nenek!"

Perdebatan kami terhenti saat mendengar suara yang memanggil. Kami menoleh ke arah sumber suara dan melihat Mikhaila tergopoh-gopoh mendekati dengan napasnya yang tersengal-sengal.

"Cucu nenek yang cantik? Ada apa?" tanya ibu. Aku hanya menyimak sambil terus menekan-nekan puting ini pada mulut Syahdan yang tak kunjung berhenti menangis.

"Nek, Mikhaila_"

.

.

.

.

Bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • SELINGKUH DENGAN TETANGGA   Keputusan terkini

    ______Aline menunduk untuk menetralkan gelombang yang saling tabrak dibenaknya. Sesekali ia mengangkat wajah, menatap sosok Mikhaila yang terus memeluk Syahdan, juga Mutmainnah yang menatapnya tajam secara silih berganti. Sungguh, jika selama ini sering mendapatkan pilihan, pilihan sekaranglah yang paling sulit. Patuh demi buah hati, atau bertahan demi harga diri."Aku bisa membencimu hingga mengakar, tapi tidak untuk memutuskan tali darah antara anak dan ibu. "Ketus Mutmainah nyaris hilang kesabarannya yang memang tipis. "Maka dari itu, masih menahan diri aku mintai satu keputusan darimu, Aline!"Mata Mutmainnah yang tak lagi bening itu terus menatap sang menantu dengan penuh kobaran api di netranya. Sesekali ia meraup udara sebanyak-banyaknya serta membuang sangat kasar."Baiklah," Tutur Aline sambil menarik napas."Aku memilih Khailanya yang tinggal bersamaku!" Dengan satu tarikan napas, kalimat itu

  • SELINGKUH DENGAN TETANGGA   Belanja untuk Sang Putri

    ______"Ada apa, Ris? Kenapa Risma pindah?" Mutmainah yang sedari tadi samar-samar menangkap pembicaraan Haris dan Risma di via telepon, menarik bokongnya dan mendekati sang putra. "Dan kenapa pula mesti mendadak?""Katanya, kedua orang tua Justin ingin ditemani putranya di akhir usia. Jadi, dia minta mereka tinggal di rumah yang berdekatan!" Sahut Haris memberikan penjelasan."Lo, terus rumah yang itu bagaimana?""Semula dia titipkan padaku, Bu. Setelahnya mungkin akan dijual, atau dijadikan rumah sewaan!"Mendengar penjelasan dari sang putra, Mutmainah menggedikan bahunya. "Ya, itu lebih baik sih. Kalau pemiliknya rukun!"" Daripada rumah kamu yang dibiarkan kosong molompong!" Mutmainah mencabik, kembali memalingkan wajahnya pada layar televisi tepat menayangkan film legend suara hati seorang istri."Kan itu rumah sejarah antara aku dan Aline, Bu. Jadi, canggung dijual jika

  • SELINGKUH DENGAN TETANGGA   Belanja untuk Sang Putri

    ______"Ada apa, Ris? Kenapa Risma pindah?" Mutmainah yang sedari tadi samar-samar menangkap pembicaraan Haris dan Risma di via telepon, menarik bokongnya dan mendekati sang putra. "Dan kenapa pula mesti mendadak?""Katanya, kedua orang tua Justin ingin ditemani putranya di akhir usia. Jadi, dia minta mereka tinggal di rumah yang berdekatan!" Sahut Haris memberikan penjelasan."Lo, terus rumah yang itu bagaimana?""Semula dia titipkan padaku, Bu. Setelahnya mungkin akan dijual, atau dijadikan rumah sewaan!"Mendengar penjelasan dari sang putra, Mutmainah menggedikan bahunya. "Ya, itu lebih baik sih. Kalau pemiliknya rukun!"" Daripada rumah kamu yang dibiarkan kosong molompong!" Mutmainah mencabik, kembali memalingkan wajahnya pada layar televisi tepat menayangkan film legend suara hati seorang istri."Kan itu rumah sejarah antara aku dan Aline, Bu. Jadi, canggung dijual jika

  • SELINGKUH DENGAN TETANGGA   Bukti Darah memang lebih kental

    ______"Mana jatah rokoknya?" Sebuah tangan menampan tepat di depan wajah yang sudah kuyu bersimbah keringat."Tahan dulu, Mas. Ini baru laku sepuluh ribu!""Alah, Kerja begitu saja tidak be-cus!"Pray!Meja tempat meletakkan kompor digebrak. Sehingga, wajan yang terletak di atasnya terlempar yang berakibat minyak panasnya berceceran kemana-mana."Mas, kamu itu bagaimana sih? Aku mati-matian untuk tidak membeli secuil pun makanan guna mengisi perut demi modal. Dengan pongahnya kamu tumpahkan?" Aline menatap nyalang suaminya uang sudah kesekian kali melakukan hal serupa. "O, kamu berani menyalahkan suamimu, Hah?" Bentak Romli yanh tidak terima dengan tak kalah sengit. "Seharusnya kamu yang benar menata barang-barang ini,""Dasar Oon!"Mendengar kalimat yang seumpama sebilah belati yang menusuk ulu hati. Aline memilih untuk diam dan melangk

  • SELINGKUH DENGAN TETANGGA   Mencari Syurga di Dunia

    _______"Ibu?"Haris me-me-kik kala usai berbincang dengan perawat, malah mendapatkan Iis sudah berdiri di belakangnya. Laki-laki beralis tebal itu memiringkan tubuh dan mendongak ke belakang ibu mertuanya dan mendapatkan Yusra berdiri diujung lorong dengan menampakan senyuman hangat disertai anggukan kepala. Dengan ragu-ragu, sudut bibir Haris mengulas senyum membalas laki-laki bercambang tebal itu."Ibu kenapa ada disini? Siapa yang sakit?" Haris memberondong pertanyaan disela ia meraih tangan berbalut kain milik ibu mertuanya, mengecupnya penuh takdzim.Iis mengulas senyum disela wajahnya beraura mendung serta pelupuk mata yang tiada berhenti mengeluarkan air bening. "Kamu sendiri sedang apa disini, Haris?""Ibu sedang menunggu suami yang sedang ditangani!" Lanjutnya menjawab pertanyaan sang menantu yang sempat terjeda."Ayah Riswanto mengidap penyakit apa, Bu?" Bukan menjawab, Haris mal

  • SELINGKUH DENGAN TETANGGA   Ternyata berada di tempat yang sama

    ________"Pak, Jang-""Jangan halangi papa, Ma!" Pinta Riswanto mengangkat tangan. "Tapi Mama takut terjadi sesuatu pada Papa!""Papa akan lebih sakit jika Aline tidak ditemukan, Ma. Jikapun mati, Papa akan merasa sangatlah bersalah dan tidak tenang di alam sana!" Ungkap Riswanto dengan suara serak disela ia harus menekan dada karena terbatuk-batuk."Papa jangan berfikir demikian. Papa pasti sehat, Papa pasti panjang umur." Bantah Iis dengan suara yang tak kalah serak serta air mata yang berderai. "Biar Mama yang cari Aline, Pa!""Mama lebih baik masak banyak untuk mempersiapkan kedatangan putri kita, Ma. Aline pasti sangatlah lapar, suaminya seorang pengangguran yang banyak hutang dan menuntut!"Kalimat pemungkas itu cukup membuat Iis terhenyak. Tangannya yang tengah menahan dada sang suami, ditarik paksa oleh Riswanto sehingga terlepas. Ia terkesima hingga tak sanggup untuk memb

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status