Beranda / Romansa / SELIR HATI / Bab 148 - Konflik Internal Istana

Share

Bab 148 - Konflik Internal Istana

Penulis: lucyta
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-01 23:35:33

Keheningan di ruang kerja itu pecah oleh suara pintu yang terbanting.

David terlonjak. Dokumen-dokumen di tangannya hampir terjatuh ketika ia melihat siapa yang muncul di ambang pintu.

Raja Ayah.

Wajahnya terlihat tegang, napasnya tersengal seperti baru saja berdebat panjang.

“David, Putraku.” Suaranya rendah tapi gemetar menahan emosi. “Ayah sudah menemui ibumu.”

Darah David seperti surut dari seluruh tubuhnya.

“Ayah? Apa yang terjadi?” David menelan ludah. “Apa yang… apa yang beliau bilang?”

Raja Ayah melangkah masuk, menutup pintu rapat-rapat, lalu memijat pelipis seperti mencoba menahan ledakan di kepalanya.

“Dia tidak menyangkal dengan semua ini, Nak,” katanya, suaranya patah. “Semua yang kamu temukan & curigai itu benar.”

"Apa? Ayah bilang kecurigaanku benar?"

David membeku. Dokumen di tangannya akhirnya jatuh, menyebar di lantai seperti serpihan kebenaran yang baru ia lihat setengahnya.

“Jadi yang terjadi selama ini...” suara David bergetar, “yang mengatur Aruna untuk menggoda
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • SELIR HATI   Bab 178 - Menolak Pulang

    Ayah Dian sudah menggenggam tangan putrinya, berniat membawa pergi dari istana yang semakin terasa pengap. Namun Dian justru menarik tangannya perlahan.“Ayah,” suaranya pelan, tapi cukup membuat semua mata tertuju padanya. “Aku belum bisa pulang sekarang. Aku mau bantu istana ini.”Ayah Dian menoleh cepat. “Dian, anakku. Istana ini bukan tempat yang aman. Lebih baik kau ikut pulang ayah dan tidak ikut campur urusan istana yang bukan wewenangmu.” “Ayah, aku tahu,” jawab Dian jujur. Dadanya naik turun, jelas gugup. “Tapi justru karena itu aku harus tinggal di sini. Kalau aku pergi sekarang, semua ini akan dianggap tidak pernah terjadi.”Ratu Ibu langsung melangkah mendekat, wajahnya berubah, bukan lagi keras, melainkan penuh kepura-puraan yang nyaris menyentuh batas memohon.“Tuan Jaya,” katanya lembut tapi penuh tekanan, “izinkan Dian tinggal di istana. Demi kebenaran. Demi nama baik kerajaan.”Ibu Dias mendengus sinis. “Atau demi rencana busukmu sendiri, Yang Mulia Ratu?”Ratu Ibu m

  • SELIR HATI   Bab 177 - Tak Setuju

    Ayah Dian masuk dengan langkah cepat dan wajah merah menahan marah. Usianya sudah tidak muda, tapi sorot matanya tajam dan penuh wibawa. Begitu melihat Dian berdiri kaku di tengah ruangan dengan tatapan tertekan, langkahnya langsung berhenti.“Dian.” Suaranya berat. Penuh kekhawatiran sekaligus amarah.Dian menoleh cepat. “Ayah. Kenapa ayah datang kemari?”Tanpa menunggu penjelasan apa pun, Ayah Dian langsung melangkah ke arahnya, berdiri di samping putrinya seperti perisai. Lalu pandangannya beralih ke Ratu Ibu, tanpa basa-basi.“Ratu, jadi ini caranya Anda memperlakukan anak orang lain?” tanyanya datar tapi mengandung bara. “Dipanggil ke istana, dijadikan alat perjodohan, lalu dilempar ke tengah konflik keluarga kerajaan?”Ratu Ibu mengangkat dagu. “Saya hanya menawarkan kesempatan untuk Dian.”“Kesempatan?” potong Ayah Dian tajam. “Anak saya bukan barang tawar-menawar politik. Dian datang ke sini karena Anda memintanya, bukan karena ambisinya.”Dian menunduk, jemarinya saling mengg

  • SELIR HATI   Bab 176 - Calon Pendamping Baru untuk David

    Dian berdiri kaku di tengah ruangan, langkahnya terhenti ketika melihat seluruh keluarga kerajaan menatapnya seperti ancaman baru yang tak diundang. Dias langsung mundur satu langkah, wajahnya memucat. “Aku pulang saja,” gumamnya, namun suaranya cukup terdengar hingga David refleks menoleh.“Dias!” David menahan pergelangan tangannya. “Kumohon, jangan pergi dariku dan istana ini.”Dias menatap tangan itu, lalu menatap wajah David yang tampak lebih kacau dari sebelumnya. Namun sebelum ia menjawab, Ratu Ibu melangkah maju seperti seorang pemenang.“Kebetulan sekali Dian datang,” katanya tenang namun menusuk. “Biarkan dia melihat sendiri bagaimana sikap David berubah karena pengaruh yang tidak jelas.”Ibu Dias seketika bersuara lantang, “Pengaruh apa maksud Anda? Anak saya? Kalau Anda tuduh anak saya, sebut saja langsung!”Ruangan kembali tegang. Dian menelan ludah, terlihat benar-benar tidak nyaman. “Maaf, saya datang karena dipanggil, bukan bermaksud membuat masalah.”“Ibu!” David mem

  • SELIR HATI   Bab 175 - Ketika Ratu Ibu Bersikeras

    Pagi itu istana sudah terasa aneh. Pelayan berjalan lebih cepat dari biasanya, beberapa prajurit mondar-mandir tanpa arah jelas.David baru saja keluar dari kamar ayahnya ketika seorang prajurit mendatanginya, wajahnya gugup.“Paduka, ada tamu yang baru tiba. Ratu Ibu yang mengundang.”David langsung merasa ada yang tidak beres. “Siapa tamunya?”Prajurit itu menelan ludah. “Non... Nona Dian, Paduka.”David sampai memejamkan mata.“Apa, Dian datang kemari? Tanpa aku tahu?”Prajurit hanya menunduk.“Ratu Ibu bilang untuk perkenalan singkat. Ia bilang Paduka sudah menyetujuinya.”David mengumpat dalam hati. "Ibu!"Di ujung koridor, suara para pelayan berubah riuh. Sesosok perempuan bergaun lembut memasuki istana, sopan, sedikit gugup, tidak tahu apa pun soal kekacauan keluarga ini.Dian.Dias yang sedang berjalan bersama ibunya langsung berhenti ketika melihat perempuan itu muncul. Rona wajahnya memudar. Ibunya Dias memicingkan mata, lalu langsung berdiri tegap, seolah bersiap berkelahi.

  • SELIR HATI   Bab 174 - David Menjawab

    Ruangan itu masih panas oleh pertengkaran sebelumnya. Tidak ada yang beranjak, seolah semuanya menunggu letupan berikutnya. Raja Ayah duduk bersandar lemah, tapi matanya tetap terarah pada David, putra yang sebentar lagi harus membuat keputusan terberat dalam hidupnya.David akhirnya menghela napas panjang. Ia menatap Dias lama sekali, seolah tengah mengukur luka yang tidak bisa diperbaiki hanya dengan kata-kata.Lalu ia bicara.“Aku mencintaimu, Dias.”Nada suaranya jujur, tanpa ragu. “Aku selalu mencintaimu. Dari awal sampai sekarang, perasaan itu nggak pernah hilang.”Dias berkedip cepat, seolah tidak percaya itu keluar dari mulut David.“Tapi,” David melanjutkan, suaranya menurun drastis, “sikap kamu berubah. Kamu menjauh. Kamu marah terus. Kamu nggak mau aku bantu, kamu nggak mau aku tanya. Bahkan hal-hal kecil pun kamu jadikan alasan untuk mengamuk. Dan sekarang, aku mulai ragu apakah kamu masih lihat aku sebagai suamimu.”Dias membuka mulut, tapi tak ada suara yang keluar.Ratu

  • SELIR HATI   Bab 173 - Semakin Rumit

    Ketegangan di ruang keluarga itu memuncak. Napas terasa berhenti , seolah apa pun yang keluar dari mulut seseorang akan berubah menjadi ledakan berikutnya. Dias berdiri di tengah, wajahnya penuh warna: marah, takut, tersinggung, tapi juga putus asa. Suara napasnya saja sudah menunjukkan betapa tertekannya ia.“Apa salah aku sampai Ibu tega menjodohkan David dengan orang lain?”Pertanyaan itu menggema seluruh ruangan.Ratu Ibu melangkah maju dengan tatapan tajam. “Masih bisa tanya salahmu?” ujarnya dingin, suaranya menusuk. “Dias, kau tinggalkan suamimu. Kau bohongi kami. Kau membuat warga susah. Kau tinggalkan ayahnya. Kau tak merawat siapa pun. Kau justru tertawa di taman bersama ibumu saat keadaan keluarga ini sedang kacau. Itu bukan sekadar salah. Itu pengkhianatan terhadap keluarga suamimu.”Dias tersentak mundur. “Itu tidak benar! Ibu selalu menyalahkan aku! Semua sudah benci sama aku!”“Karena kau memberi alasan untuk dibenci.”Jawaban Ratu Ibu menggema seperti cambuk.David men

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status