Home / Romansa / SELIR HATI / Bab 69 - Tak Terucap

Share

Bab 69 - Tak Terucap

Author: lucyta
last update Last Updated: 2025-10-25 19:25:08

Udara pagi terasa lebih dingin dari biasanya. Kabut tipis menutupi halaman istana, membuat segalanya terlihat samar. Gita berdiri di dekat jendela, menatap keluar dengan pandangan kosong. Cangkir tehnya sudah lama dingin, tapi tangannya belum mau melepaskannya.

Sari masuk pelan, membawa baki berisi sarapan. “Nyonya belum makan apa pun sejak tadi. Saya bawakan bubur ayam dan telur rebus, mungkin bisa sedikit menghangatkan.”

Gita menoleh sambil tersenyum. “Terima kasih, Sari. Aku belum lapar.”

Sari menatapnya dengan cemas. “Apa masih kepikiran pembicaraan tadi malam?”

“Sedikit,” jawab Gita jujur. “David bilang ingin memperbaiki semuanya, tapi aku nggak tahu dari mana harus percaya lagi.”

Sari duduk di ujung kursi. “Mungkin bukan soal percaya, Nyonya. Kadang orang cuma butuh waktu buat nunjukin kalau niatnya sungguh-sungguh.”

“Kalau ternyata waktu itu malah bikin semuanya makin jauh?” Gita menatap teh di tangannya. “Aku takut nunggu sia-sia lagi.”

Sari terdiam. Ia tahu, rasa takut Gita b
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • SELIR HATI   Bab 93 - Kecurigaan Raja David

    Cahaya matahari pagi menembus tirai kamar, menimpa wajah David yang belum sempat memejamkan mata semalaman. Pikirannya masih terjebak pada kejadian semalam, tatapan Aruna, ucapannya, juga sesuatu yang terasa aneh di sudut ruangan kamarnya.Ia duduk di tepi ranjang, menatap meja kerja. Laptop masih terbuka, teh di cangkir sudah dingin. Tapi yang paling mengganggunya adalah rasa tidak tenang yang terus berputar di kepala. Ada sesuatu yang terasa salah.David berdiri, berjalan pelan ke arah rak buku di pojok kamar. Ia memandangi tempat kecil di mana semalam sempat terlihat seberkas cahaya. Tapi pagi ini, benda itu sudah tidak ada. Raknya bersih, bahkan debu pun seolah lenyap.Ia mengerutkan kening, mencoba mengingat detail kecil dari malam itu. “Aku nggak salah lihat,” gumamnya lirih. Tapi kalau memang ada sesuatu di sana, siapa yang mengambilnya?Ketukan di pintu memecah lamunannya.Tok… tok… tok…Suara itu terdengar ceria. “Pagi, David, apakah kamu sudah bangun?" sapa Aruna.David mena

  • SELIR HATI   Bab 92 - Rekaman Malam

    Lampu kamar hotel masih menyala. David duduk di depan meja, menatap layar laptop yang menampilkan laporan hasil pertemuan siang tadi. Matanya lelah, tapi pikirannya jauh lebih penat. Sejak berangkat ke luar negeri bersama Aruna, ia hampir tidak punya waktu untuk bernapas.Pintu kamar tiba-tiba diketuk pelan.Tok… tok… tok…David menghela napas, lalu membuka pintu. Aruna berdiri di depan dengan senyum, rambutnya terurai rapi. Di tangannya ada nampan berisi dua cangkir teh hangat.“Haii... aku pikir kamu butuh sesuatu yang manis supaya tetap fokus,” katanya ringan.David menatap jam. Hampir tengah malam. “Harusnya kamu istirahat, Aruna. Besok kita masih ada pertemuan pagi.”“Aku nggak bisa tidur, Vid,” jawab Aruna sambil melangkah masuk tanpa menunggu izin. Ia meletakkan nampan di meja dan menatap laptop David. “Kamu kerja terus, seolah nggak capek.”“Aku sudah terbiasa,” David menutup sebagian layar laptop, berusaha menjaga jarak. “Aku cuma ingin semua beres sebelum balik.”“Kamu selal

  • SELIR HATI   Bab 91 - Pagi yang Sepi

    Sinar matahari menembus tirai tebal kamar hotel. David duduk di tepi ranjang, menatap kosong ke cangkir kopi yang sudah dingin di tangannya.Aruna baru keluar dari kamar mandi, rambutnya masih basah, mengenakan bathrobe putih yang menggantung longgar di tubuhnya. Tatapannya langsung tertuju pada David yang tampak begitu jauh, entah pikirannya ke mana.“Kenapa diam aja, Yang Mulia?” tanya Aruna pelan, berusaha terdengar santai tapi matanya awas, membaca ekspresi lelaki itu.David tidak langsung menjawab. Ia hanya menghela napas dan berjalan pelan ke arah jendela besar yang memperlihatkan pemandangan kota di luar negeri itu. Jalanan sibuk, tapi di sini... justru terlalu sunyi.“Semalam aku nggak bisa tidur, Aruna,” gumamnya pelan.“Karena mikirin aku ya? Aduhh jadi malu," Aruna tersenyum, mencoba bercanda.David menoleh sebentar, lalu kembali menatap ke luar. “Bukan itu. Karena pikiranku ada di tempat lain.”Aruna tahu maksudnya. Gita. Perempuan yang meski bukan lagi siapa-siapa secara

  • SELIR HATI   Bab 90 - Malam di Hotel

    Hari itu terasa panjang bagi David. Rapat berjam-jam, tatapan Aruna yang terus menempel di pikirannya, dan perasaan bersalah yang tiba-tiba muncul tanpa alasan jelas.Ia memejamkan mata sebentar. Dalam hening, bayangan wajah Gita muncul begitu saja, tenang, lembut, dan jauh dari semua hiruk pikuk politik istana.David menghela napas. “Kenapa kau masih muncul di pikiranku terus, Git,” gumamnya pelan.Ketukan di pintu membuatnya tersadar.David menoleh, suaranya tenang, “Silakan masuk.”Aruna muncul, mengenakan gaun tidur satin berwarna krem dan membawa nampan berisi teh hangat. “Saya pikir Anda belum tidur, Baginda. Saya titipkan teh supaya bisa sedikit rileks.”David memalingkan wajah, menatap jam di meja. “Kau seharusnya istirahat. Kita berangkat pagi besok, Aruna.”Aruna tersenyum. “Saya tahu. Tapi rasanya canggung kalau saya tidur duluan sementara Anda belum. Lagipula, ruangan Anda ini persis di depan kamar saya. Tadi saya lihat lampunya masih menyala.”David menatapnya sekilas. “I

  • SELIR HATI   Bab 89 - Saat Meeting

    Aroma kopi dari lobi hotel masih terasa sampai ke ruang rapat tempat David duduk dengan wajah serius. Beberapa pejabat asing sudah siap mengikuti serangkaian meeting pagi ini, membolak-balik dokumen kerja sama yang harus ditandatangani hari itu.“Aruna belum datang juga?” tanya David tanpa menoleh.Belum sempat ajudannya menjawab, pintu terbuka pelan. Aruna masuk dengan senyum manis dan gaun putih rapi yang mungkin sedikit berlebihan untuk suasana formal.“Maaf, Baginda. Saya datang agak terlambat ke ruang meeting, tapi saya sudah siapkan semua berkasnya,” katanya sambil berjalan mendekat.David hanya menatap sekilas. “Baiklah... kita mulai saja. Agenda kita padat.”Suara David terdengar datar, tapi matanya sempat menatap cepat ke arah Aruna sebelum kembali ke meja.Selama rapat berlangsung, Aruna duduk di sampingnya, menjelaskan beberapa data dengan lancar. Ia tampak profesional, tapi caranya menatap David di sela-sela kalimat terasa terlalu lama.David berusaha untuk tetap fokus, me

  • SELIR HATI   Bab 88 - Antara Dingin dan Hangat

    Pagi di hotel itu terasa dingin. David sudah bangun lebih dulu, duduk di meja sambil menatap layar laptop, tapi pikirannya entah ke mana.Kopi di cangkirnya sudah dingin sejak tadi. Di meja seberang, surat dari Gita masih terlipat rapi, namun David belum sanggup menyimpannya. Setiap kali melihat tulisan tangannya, dada David seperti diremas.Pintu kamar berderit. Aruna masuk dengan rambut setengah basah, hanya mengenakan kimono hotel berwarna putih. Langkahnya pelan, tapi cukup membuat David menoleh.“Pagi, David,” sapa Aruna..David hanya mengangguk. “Pagi.”Ia menatap layar lagi, mencoba fokus. Tapi matanya sempat tertarik ke arah Aruna yang sedang menuang teh.“Apakah tidurmu nyenyak, Vid?” tanya Aruna sambil duduk di kursi seberang.“Lumayan.”“Lumayan, atau tidak sama sekali?” Aruna menatapnya dengan senyum.David tidak menjawab. Ia tahu Aruna pandai membaca perubahan kecil di wajah seseorang.“Aku juga tidak bisa tidur,” ucap Aruna pelan. “Kupikir mungkin udara di sini terlalu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status